BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai umur 6 bulan tanpa diberikan MP ASI (Makanan Pendamping. diberikan sampai bayi berumur 2 tahun (Marmi, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).


BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

MASALAH DAN STRATEGI PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DI INDONESIA. Ratih Putri Damayati 1 1 Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

1

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013). Masalah stunting (pendek) pada balita masih cukup serius, angka nasional 37,2 persen, bervariasi dari yang terendah di Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur (<30%) sampai yang tertinggi (>50%) di Nusa Tenggara Timur. Tidak berubahnya prevalensi status gizi, terlihat dari kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 25,5 % (2007) menjadi 34,3 % (2013) (Riskesdas, 2013). Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin,aktivitas, berat badan. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Proverawati,2010). Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui, pemberian ASI secara dini (early initiation) yang dimulai di tempat bersalin, teknik dan posisi menyusui 1

yang benar baik untuk ibu maupun bayi, menyusui atas permintaan bayi (on demand), dan diberikan secara eksklusif. ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan. ASI Eksklusif ini merupakan suatu faktor penting bagi keberhasilan menyusui jangka panjang (Roesli, 2005 desitasi Diana, 2007). Penelitian yang dilakukan Amelia (2013) bayi usia 0-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Imogiri I, bayi yang diberi MP ASI sebelum usia 6 bulan adalah 26,3%, bayi yang mengalami perkembangan motorik halus bayi sesuai dengan usianya sebanyak 73,3%. Besarnya risiko bayi yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus pada bayi yang diberikan MP ASI sebelum usia 6 bulan sebanyak 31,4% dan besarnya risiko bayi yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus pada bayi yang diberikan MP ASI mulai sejak usia 6 bulan sebesar 6,1%. Dapat disimpulkan bahwa bayi yang diberi MP ASI sebelum usia 6 bulan dapat mempunyai risiko terjadinya gangguan perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku gerak yang memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Padamanusia perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lain (Mahendra dan Saputra, 2006). 2

Penelitian oleh Proboningsih (2004) menunjukkan bahwa pada anak usia 12-18 bulan di Puskesmas Sidoarjo kelompok status gizi baik terdapat 78,6% memiliki perkembangan normal dan 21,4% perkembangan yang terhambat, sedangkan pada kelompok gizi kurang terdapat 53,6% memiliki perkembangan normal dan 46,4% perkembangan yang terhambat. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi normal dan status gizi kurang memiliki perbedaan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian). Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 %(2007), 23,8 % (2010) menjadi 34,3 % (2013). Persentase pemberian ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan dan minuman selain ASI pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusui dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen dan terendah di Papua Barat (21,7%) (Riskesdas, 2013). Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika seorang anak tidak mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada umur yang semestinya, dengan ketertinggalan dalam populasi yang normal (Sacker, 2011). Prevalensi keterlambatan disuatu populasi sangat bervariasi, studi yang dilakukan Dudley (2010) mencatat 3,3%-17% anak mengalami keterlambata. Penelitian tentang tumbuh kembang anak yang telah dilakukan di Institut Sistem Neuro-Motor Mesir dari tahun 2001-2002 mengemukakan bahwa, 31% pasien mengalami keterlambatan tumbuh kembang yang ringan, 3

34% pasien mengalami keterlambatan tumbuh kembang yang sedang, dan 29% mengalami keterlambatan yang sudah berat (Meliegy, 2004). Kemampuan motorik merupakan salah satu proses tumbuh kembang yang harus dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus maupun motorik kasar. Kemampuan tersebut berkembang sejalan dengan pertumbuhan usia dan kematangan saraf serta otot-otot anak (Kartika, 2002). Seiring dengan kemajuan zaman, banyak beredar iklan susu formula di lingkungan. Selain praktis, kandungan susu formula juga dibuat hampir sama dengan ASI pada umumnya. Hal ini sangat dimanfaatkan oleh ibu ibu rumah tangga terutama bagi ibu berkerja yang mempunyai bayi tanpa mengetahui dampak dari penggunaan susu formula bagi perkembangan khususnya perkembangan motorik halus bayi usia 7 12 bulan karena perkembangan anak dapat berjalan dengan baik seiring dengan pemberian ASI eksklusif dari usia 0 6 bulan. Kandungan nutrisi yang membedakan antara ASI dan susu formula yang sangat berperan penting dalam perkembangan adalah Taurin dan LPUAs (Long Chain Poyunsatured Fatty) zat ini hanya terdapat dalam ASI saja yang berperan penting dalam perkembangan otak terutama motorik halus bayi, sedangkan laktosa dan asam lemak ikatan panjang hanya sedikit yang terkandung dalam susu formula. Berdasarkan data cakupan ASI eksklusif selama 6 bulan di Karanganyar pada tahun 2013 adalah sebesar 14,93% (Dinas Kesehatan Karanganyar, 2013).Berdasarkan data survey pendahuluan di Puskesmas Colomadu tahun 2013 cakupan data ASI eksklusif selama 6 bulan adalah sebesar 57,4% (Puskesmas, 2013).Berdasarkan survei pendahuluan data 4

cakupan ASI eksklusif tahun 2013 di wilayah Puskesmas Colomadu 2 angka prevalensi yang paling rendah adalah di Desa Tohudan yaitu sebesar 25,76%. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi sehingga banyak ibu ibu yang bekerja dan banyak ibu ibu yang kurang memiliki kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif. Dari paparan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap status gizi dan perkembangan motorik bayi usia 7 12 bulan yang akan dilaksanakan di Wilayah kerja Desa Tohudan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar, karena minimnya cakupan ASI eksklusif yang menyebabkan terhambatnya status gizi bayi dan perkembangan motorik di desa tersebut. 5

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan pemberian ASI Eksklusif terhadap status gizi dan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan di Desa Tohudan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap status gizi dan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan di Posyandu Desa Tohudan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur status gizi bayi usia 7-12 bulan b. Untuk mendeskripsikan hubungan status pemberian ASI dengan perkembangan motorik halus bayi usia 7 12 bulan. c. Untuk mendeskripsikan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan motorik halus pada bayi usia 7 12 bulan. d. Untuk mendeskripsikan hubungan pemberian susu formula dengan motorik halus pada bayi usia 7 12 bulan. e. Untuk mengetahui hubunganantara status pemberian ASI dengan perkembangan motorik halus pada bayi usia 7 12 bulan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Colomadu II Sebagai bahan masukan terkait hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi dan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan di 6

Desa Tohudan, selanjutnya sebagai bahan informasi penyusunan program gizi untuk bayi. 2. Bagi Masyarakat Desa Tohudan Colomadu II a. Menambah pengetahuan kepada masyarakat khususnya orang tua bayi mengenai arti pentingnya pemberian ASI Eksklusif untuk bayi usia 7-12 bulan. b. Menambah pengetahuan ibu tentang hubungan status gizi antara bayi yang di beri ASI eksklusif dan bayi yang tidak di beri ASI eksklusif. c. Menambah pengetahuan ibu tentang hubungan perkembangan motorikbayi yang di beri ASI eksklusif dan bayi yang tidak di beri ASI eksklusif. d. Memberi informasi tentang pentingnya ASI eksklusif terhadap status gizi dan perkembangan motorik bayi usia 7-12 bulan. 3. Bagi Peneliti Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya dan menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman tentang hubungan status pemberian ASI eksklusif terhadap status gizi dan perkembangan motorikusia 7-12 bulan. 7