BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan kegiatan. Semiawan (1990:1) mengemukakan bahwa kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
Lisma Muda, Martianty Nalole, Samsiar RivaI. ABSTRAK Kata Kunci : Kemampuan, Mengenal Angka, Mencari Pasangan, Lambang Bilangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Bilangan Pengertian Bilangan. Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa. Sukar dicerna, sulit dipahami, rumit dipelajari, dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1 6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara pemberian stimulasi tersebut. Prinsip tersebut meninjau atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu dasar ilmu yang dipelajari di setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: RATNA HERAWATI A

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

OLEH : NURUL WULANDARI NPM :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan oleh Tuhan, yang harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam permainan maze anak-anak harus menemukan

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

Eti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar (Susanto dalam Siti Aisyah, 2011) Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

2014 APLIKASI MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA GAMBAR PROYEKSI PADA PEMBELAJARAN GAMBAR TEKNIK DI SMKN 2 GARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika telah dituangkan untuk mempelajari matematika di tingkat sekolah lanjutan.

BAB II KAJIAN TEORETIS. dapat, berada, kaya, dan adanya kekuatan melakukan sesuatu (Bakir & Suryanto, 2006:36).

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan yang selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaan. (educational for all) yang tidak diskriminatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris,

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN BOWLING PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

PENINGKATAN PEMAHAMAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KRANGGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

I. PENDAHULUAN. menyempurnakan Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Maryam Saban Samsiar Rivai, Irvin Novita Arifin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kondisi pembelajaran saat ini memberikan peran lebih banyak pada para

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa yang berkaitan erat dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ANGGREK MEKAR KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO JURNAL.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kepribadian anak sebelum ia memasuki jenjang pendidikan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Bangun Datar Dan Bangun Ruang

Transkripsi:

2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakikat Kemampuan Mengenal Angka 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Semiawan (1990:1) mengemukakan bahwa kemampuan adalah daya untuk suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Sedangkan menurut Smeth (1994:150) istilah kemampuan di definisikan dalam arti apa yang diharapkan di tempat kerja, dan merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan sikap yang dalam penerapannya harus konsisten dan sesuai standard kinerja yang dipersyaratkan dalam pekerjaan. Ada tiga komponen penting yang tidak tampak dalam kemampuan diri manusia yaitu: keterampilannya, kemampuannya dan etos kerjanya. (Gomes, 1995:6) mengatakan bahwa tanpa ketiganya, semua sumber daya tetap terpendam, tidak dapat dimanfaatkan, dan tetap merupakan potensi belaka. Dari ketiga komponen yang tidak kelihatan tersebut memang berada dalam diri manusia, tersimpan dalam bentuk kemampuan insani operasional atau operational human abilities. Sebagaimana digambarkan sebagai berikut: Lowler dan Proter (dalam Hasibuan, 2001:61) mendefinisikan kemampuan atau ability sebagai karakteristik individual seperti intelegensia, manual skill, traits yang merupakan kekuatan potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil. Selain itu kemampuan dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan 8

9 tertentu (Mendiknas, 045/U/2002 dalam Indrayanto, 2004:127). Kemampuan pada individu tersebut paling tidak ditentukan ole tiga aspek kondisi dasar yaitu: kondisi sensoris dan kognitif, pengetahuan tentang cara respon yang benar, dan kemampuan melaksanakan respon tersebut. Jadi kemampuan (ability) merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain kemampuan (ability) adalah what one can do dan bukanlah what he does do (Hersey, 1992:60 dalam Indriyanto 2004:128). Kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang merupakan prasyarat yang dimiliki untuk dapat memperlajari pelajaran baru pada jenjang selanjutnya. (Nashar, 2004:64) Kemampuan awal mempelajari suatu materi pelajaran berarti adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari perbuatan belajar sebelumnya. Dengan demikian, kesuksesan belajar pada suatu jenjang adalah bagaimana kemampuan awal yang dimiliki siswa dari jenjang sebelumnya. Hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar siswa pada jenjang tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah daya untuk melakukan sesuatu yang dinilai dari kondisi sensoris dan kognitif, pengetahuan untuk merespon dan kemampuan melaksanakan respon tersebut. 2.1.1.2 Pengertian Angka

10 Arti kata angka lebih mendekati arti kata digit dalam bahasa inggris. Dalam bahasa Indonesia belum ditemukannya pengertian kata angka. Dalam hal ini angka tidak lain adalah symbol yang digunakan untuk melambangkan suatu bilangan. (Erfan, 2008:1) Menurut Copley (2002:47) angka atau lambang bilangan atau symbol yang merupakan suatu obyek yang terdiri dari angka-angka. sebagai contoh bilangan 10 dapat ditulis dengan dua buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka 0. Sebuah angka digunakan untuk melambangkan bilangan, suatu entitas abstrak dalam ilmu matematika. Tetapi bagi orang-orang awam, angka dan bilangan seringkali dianggap dua entitas yang sama. Mereka pun umumnya menganggap angka dan bilangan sebagai bagian dari matematika. Memang bahasa Indonesia belum cukup baku sebagai alat komunikasi dalam ilmu dan sains, sehingga belum ada konsesus resmi bahwa angka dan bilangan melambangkan dua hal yang sangat berbeda. Demikian pula, kedua kata angka dan bilangan masih sering dipertukarkan dengan kata nomor. Kata nomor biasanya menunjuk satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yg berurutan. Misalnya kata nomor 3 menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4,,. Jadi kata nomor sangat erat terkait dengan pengertian urutan. Dalam mengenalkan angka pada anak, diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep angka, transisi, dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk angka. 2.1.1.3 Pengertian Kemampuan Mengenal angka untuk anak Usia Dini

11 Pada usia dini anak harus bisa dikenalkan angka, dalam mengenalkan agar pada anak sejak dini agar anak mampu mengetahui dasar-dasar matematika dan berguna untuk kehidupan anak dimasa yang akan datang, karena itu orang tua maupun guru harus bisa menstimulus kecerdasan-kecerdasan lainnya. Menurut Depdiknas (2007:2) bahwa pentingnya kemampuan mengenal angka pada anak adalah sebagai berikut: 1) Anak dapat berfikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengmatan terhadap benda-benda kongkrit, gambargambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak, 2) Anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung, 3) Anak memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi, 4) Anak memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya, 5) Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu spontan. Dalam mengenalkan angka pada anak orang tua maupun guru harus memperhatikan beberapa hal agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Hal tersebut setara dengan pendapat Nurani (2005:11.8) bahwa hal-hal yang perlu diingat dalam mengenalkan angka adalah sebagai berikut: 1) Mendapatkan angka adalah proses yang berjalan perlahan-lahan, anak mengenal benda dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pikiran mereka sehingga mulai membangun arti angka, 2) Belajar dengan trial and error dalam mengembangkan kemampuan menghitung dan menjumlahkan, 3) Menggunakan sajak, permainan tangan, dan beberaapa lagu yang sesuai untuk memperkuat hubungan dengan mengenal angka.

12 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal angka untuk anak usia dini merupakan proses awal anak untuk mengenal bentuk-bentuk angka yang ada dalam mata pelajaran Matemetika. 2.1.2 Teknik Mencari Pasangan Teknik mencari pasangan adalah teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir anak TK, seperti yang telah dikemukakan oleh Curran (dalam Saputra dan Rudyanto, 2005:69) bahwa teknik mencari pasangan menjadi salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru TK dalam mengembangkan kemampuan anak didiknya. Teknik belajar mengajar mencari pasangan ini pada tahun 1994 dikembangkan oleh seorang pakar pendidikan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah anak didik mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Khusus untuk anak TK, teknik belajar mengajar mencari pasangan dapat dirancang dala suasana bermain sambil anak itu belajar sesuatu. Dijelaskan pula oleh Saputra dan Rudyanto (2005:81) bahwa langkahlangkah yang harus guru TK lakukan dalam menerapkan teknik pembelajaran mencari pasangan adalah sebagai berikut: a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa Lambang bilangan.

13 b. Masing-masing anak didik mendapat satu buah kartu yang telah guru sediakan. c. Setiap anak didik mencari pasangan yang mempunyai kartu cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan Lambang angka 1. Berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan lambang angka 1. d. Anak didik dapat juga bergabung dengan dua atau tiga anak didik lain, yang memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu dengan Lambang angka 4 akan membentuk kelompok dengan pemegang kartu 4. Langkah-langkah ini dimaksudkan agar anak mengenali konsep komunikasi dengan kalimat sederhana dan juga mengenal gambar bilangan dengan benda-benda serta menghubungkan gambar bilangan dengan Lambang bilangan. Guru secara tidak langsung sudah mengajarkan konsep sederhana mengenai komunikasi dan matematika, sehingga pada akhir pembelajaran anak diharapkan akan meningkatkan dan berkembang kemampuan dalam hal bahasa dan kognitif. Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan, maka penanaman gambar bilangan melalui teknik pengajaran berhitung di TK Menurut Saputra dan Rudyanto (2005:82) dapat dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu sebagai berikut: a. Penguasaan konsep. Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.

14 b. Masa transisi dan konsep ke lambang. Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambangnya yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan dalam bentuk lambangnya. c. Lambang bilangan. Merupakan visualisasi dari berbagai konsep, misalnya lambang 7 untuk menggambarkan gambar lambing bilangan tujuh, merah melambangkan warna dan sebagainya. Dari berbagai konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengenalan angka 1-10 pada anak TK seharusnya menggunakan teknik pembelajaran mencari pasangan lambing bilangan juga dibantu oleh media/alat yang konkrit dan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menanamkan gambar bilangan pada anak TK, adalah sebagai berikut : a. Dalam menanamkan gambar bilangan, alat peraga/permainan tidak selalu berupa benda tiruan tetapi dapat juga benda asli. Contoh, pada penanaman gambar bilangan,anak dapat menggunakan alat yang ada di sekitarnya berupa anggota tubuh, buku, pensil, kelereng. b. Alat permainan (alat peraga) yang digunakan hendaknya tidak mudah diperoleh dilingkungan anak. c. Alat peraga/alat permainan hendaknya tidak monoton, akan tetapi hendaknya menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan sehingga dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan daya pikir anak.

15 d. Dalam menanamkan gambar bilangan tidak sekaligus, tetapi tahap demi tahap sesuai dengan kemampuan anak. Terkadang guru merasa bahwa anak mampu melaksanakan tugas yang diberikan tanpa melalui tiga tahapan penguasaan matematika, yakini : penguasaan konsep, masa transisi dan konsep ke lambang dan lambang bilangan. e. Anak dalam memahami gambar bilangan hendaknya diawali dengan memahami gambar bilangan dengan benda yan sejenis dan selanjutnya dapat dengan menggunakan macam-macam jenis benda. Cintoh : dari konkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang sederhana ke yang kompleks. f. Hendaklah di dalam penyajian, alat peraga/alat permainan yang digunakan sedapat mungkin disesuaikan dengan tema yang akan diajarkan. (Saputra dan Rudyanto, 2005:82) Adapun langkah-langkah pembelajarannya (Sugiyanto, 2008: 47) sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik (tulisan atau gambar); 2) Setiap peserta didik mendapatkan satu kartu; 3) Setiap peserta didik mencari pasangannya masing-masing (sesuai dengan isi kartunya); 4) Peserta didik bergabung dengan pemegang kartu yang memiliki topik sama dengan dirinya (menjadi satu kelompok); 5) Setiap kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara bersama-sama; dan 6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dimuka kelas. 2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Mencari Pasangan

16 Kelebihan teknik mencari pasangan menurut Dwitantra (2011:21) antara lain dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik, metode ini menyenangkan karena ada unsur permainan, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi dan efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Dwitantra (2011:21) juga menyatakan kelemahan teknik mencari pasangan antara lain jika guru tidak merancangnya dengan baik, maka akan banyak waktu yang terbuang, pada awal penerapan teknik ini, banyak siswa bisa yang malu berpasangan dengan lawan jenisnya, jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan, guru harus hatihati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan karena mereka bisa malu, dan penggunaan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. Menurut Lie (2002:30) suatu teknik pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari teknik mencari pasangan adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu. 2. Meningkatkan kreativitas belajar siswa. 3. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. 4. Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru.

17 5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis. Sedangkan kekurangan teknik ini adalah: 1. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai. 2. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan 3. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran sehingga Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran 4. Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja. 5. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. (Lie, 2002:31) Pada penerapan teknik mencari pasangan, dapat diketahui bahwa teknik teknik mencari pasangan dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan para peserta didik, proses pembelajaran lebih menarik dan anak dapat lebih antusias mengikuti proses pembelajaran. 2.1.4 Penerapan Teknik Mencari Pasangan Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Pada Anak TK Anak TK adalah subyek didik yang memiliki karakteristik tersendiri dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Mengenal konsep angka 1-10 temasuk dalam pengembangan matematika permulaan yang perlu dikembangkan untuk anak Tk usia 3-4 tahun. Dengan adanya kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan bermain, Teknik mencari pasangan lambang bilangan akan lebih

18 memotivasi anak dalam mengikuti kegiatan mengenal konsep angka, menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret, dan realistis. Kegiatan mencari pasangan lambang bilangan angka dapat digunakan untuk mengenal konsep angka pada anak TK melalui permainan sederhana, karena dalam pembelajaran teknik mencari pasangan bilangan yang dilakukan terdapat angka-angka 1-10 yang dapat digunakan untuk belajar, sehingga pembelajaran tidak membosankan lebih bervariatif dan menyenangkan. Khusus penggunaan dan pemanfaatan teknik pembelajaran, dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir konvergen, guru dapat menggunakan kartu acak untuk pengajaran menghitung angka dari 1-10. Pada kegiatan awal menenangkan anak dan membagi dua kelompok Guru mengajak anak-anak untu berhitung Guru mengadakan Tanya jawab tentang angka 1-10 serta Guru memperkerkenalkan lagu baru Ayo Berhitung. Secara operasional, guru memberikan kartu kepada seluruh anak yang berisikan angka dan gambar-gambar yang berbeda-beda jumlah. Selanjutnya, setiap anak akan mencocokkan kartu yang dipegangnya tersebut kepada anak yang lain. Misalnya, bagi anak yang memegang kartu angka 2, maka ia akan mencari pasangan lambang bilangan angka 2. Demikian pula dengan anak yang memegang kartu lambang bilangan angka 3. Maka ia akan mencari pasangan kartunya, yaitu kartu angka 3. Guru pula pada awalnya menunjukkan kartu-kartu angka 1-10 yang dibawanya sambil menanyakan kepada siswa angka pada masing-masing kartu serta memberikan penjelasan bentuk angka. Kemudian kartu tersebut dibagikan

19 kepada siswa secara acak. Setiap siswa mendapatkan kartu yang dibagikan. Siswa memikirkan jawaban angka dengan mencari pasangan angka 1-10 pada masingmasing temannya. Dan guru memberikan nilai kepada siswa sesuai siapa yang paling cepat mendapatkan pasangan. 2.1.5 Kajian Penelitian yang relevan Nurlaily, Zaroh. 2012. Dengan judul upaya meningkatkan kemampuan mengenal angka melalui penggunaan benda konkret pada anak kelompok A di TK Aba Pampang II Gunungkidul. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan pada kemampuan mengenal angka 1-10 anak kelompok A di TK ABA Pampang II Gunungkidul. Melalui benda konkret anak dapat menggunakan seluruh inderanya dengan cara melihat, menyentuh, memegang, dan memindahkannya secara langsung. Terlebih dahulu anak menghitung banyaknya benda, setelah itu benda dihubungkan dengan angka yang sesuai. Upaya untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka pada penelitian ini melalui penggunaan benda konkret yang menarik untuk anak yaitu berupa makanan. Dengan benda konkret tersebut kemampuan anak mengenal angka dapat meningkat sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh, kemampuan anak mengenal angka pra tindakan hanya ada 3 anak atau 23,07% dengan kriteria baik. Setelah adanya tindakan siklus I kemampuan mengenal angka kriteria baik menjadi 7 anak atau 53,85%. Pada tindakan siklus II kemampuan anak mengenal angka kriteria baik meningkat menjadi 11 anak atau 84,62%. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa benda konkret memiliki pengaruh besar dalam pembelajaran

20 mengenal angka, karena melalui penggunaan benda konkret kemampuan anak dalam mengenal angka dapat meningkat. Titik Purwanti, 2012. Skripsi dengan judul peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan anak usia 4-5 tahun melalui permainan kartu angka dan kartu bergambar di RA Babussalam Prembulan Galur Kulon Progo. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, yaitu peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pra tindakan pada indikator pertama sebesar 40% meningkat pada siklus I menjadi 65% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90%. Hasil pra tindakanpada indikator kedua sebesar 40% meningkat pada siklus I menjadi 60% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 85%. Selanjutnya phasil pra tindakan pada indikator ketiga sebesar 45% meningkat pada siklus I menjadi 70% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90%. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa melalui permainan kartu angka dan kartu bergambar memiliki pengaruh besar dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan, karena dengan permainan kartu angka dan kartu bergambar kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak meningkat. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan pemecahan masalah tersebut, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut Jika melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan maka kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo Akan meningkat.

21 2.3 Indikator Indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku di TK yakni pelaksanaan tindakan kelas dikatakan berhasil apabila 75% dari anak kelompok A mampu mengenal angka 1-10 dengan kriteria baik.