LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG

Bagian Keenam Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Pasal 16 (1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PERTANIAN DAN PANGAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

5. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA MADIUN

.000 WALIKOTA BANJARBARU

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SITUBONDO

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG

Bagian Kesatu Kepala Balai Pasal 94 (1) Kepala Balai mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG

1.1 Latar Belakang. 1 [Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Pertanian ]

KEPALA DINAS Tugas Pokok:

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PETERNAKAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 8 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 8

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI RIAU

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

1. Penetapan kebijakan, pedoman, dan bimbingan pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimasi, dan pengendalian lahan pertanian tingkat daerah.

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B. TUGAS membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan ketersediaan dan kerawanan pangan serta distribusi pangan.

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Tanaman Pangan dan Hortikultura

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur, dengan tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang peternakan. Mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur sebagai entitas akuntabilitas kinerja diwajibkan menyusun perjanjian kinerja dengan memperhatikan dokumen pelaksanaan anggaran dan melakukan pengukuran kinerja yang telah dicapai serta menyampaikannya dalam Laporan Kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal penting dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Dengan demikian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur diharapkan semakin meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari penggunaan anggaran dalam membiayai program dan kegiatan. 1.2. LANDASAN HUKUM Landasan hukum penyusunan Laporan Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. 3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur. 4. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 93 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan seksi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 5. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 130 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-1

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan Laporan Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program/kegiatan dalam rangka mencapai visi dan misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Tujuan penyusunan Laporan Kinerja adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja kegiatan dan sasaran Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan beberapa rekomendasi. Diharapkan rekomendasi yang dihasilkan dari Laporan Kinerja ini dapat menjadi salah satu masukan dalam menetapkan kebijakan dan strategi yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 1.4 STRUKTUR ORGANISASI Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur, dengan tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang peternakan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi sebagai berikut : a) Kedudukan Dinas Peternakan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. b) Tugas Dinas Peternakan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang peternakan. c) Fungsi 1) Perumusan kebijakan teknis di Bidang Peternakan. 2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang peternakan. 3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya. 4) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Gubernur. Struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, sebagaimana Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 93 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : 1. Kepala Dinas 2. Sekretaris, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-2

penyusunan program, keuangan, hubungan masyarakat dan protokol. Untuk melaksanakan tugasnya, Sekretaris mempunyai fungsi : a. Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum; b. Pengelolaan administrasi kepegawaian; c. Pengelolaan administrasi keuangan; d. Pengelolaan administrasi perlengkapan; e. Pengelolaan urusan rumah tangga, hubungan masyarakat dan protocol; f. Pelaksanaan koordinasi penyusunan program, anggaran dan perundangundangan; g. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas bidang; h. Pengelolaan kearsipan dan perpustakaan dinas; i. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi organisasi dan tata laksana; j. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sekretaris membawahi : a. Sub Bagian Tata Usaha b. Sub Bagian Penyusunan Program c. Sub Bagian Keuangan 3. Kepala Bidang Kesehatan Hewan, mempunyai tugas pokok merencanakan, membina, melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan bidang kesehatan hewan. Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Bidang Kesehatan Hewan mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penerapan kebijakan dan pedoman kesehatan hewan; b. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengamatan, penyidikan dan pemetaan penyakit hewan; c. Pelaksanaan pembinaan penerapan dan pengawasan norma dan standar teknis pelayanan kesehatan hewan; d. Pelaksanaan fasilitasi, pembinaan dan pengawasan norma dan standar teknis pelayanan kesehatan hewan; e. Pelaksanaan fasilitasi teknologi alat dan mesin kesehatan hewan; f. Pelaksanaan penerapan kebijakan obat hewan; g. Pelaksanaan penerapan dan pengawasan standar mutu obat hewan; h. Pelaksanaan penanggulangan, pengawasan, pencegahan dan pemberantasan wabah penyakit hewan menular; i. Pelaksanaan koordinasi dengan institusi terkait dalam penolakan, penanggulangan, pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit hewan; j. Pelaksanaan fasilitasi, pembinaan dan pengawasan lalu lintas hewan pada pos pemeriksaan kesehatan hewan; DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-3

k. Pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan tindak karantina terhadap lalu lintas hewan berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan; l. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. Kepala Bidang Kesehatan Hewan, membawahi : a. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan dan Pelayanan Medik Veteriner b. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan c. Seksi Pengawasan Obat Hewan 4. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner, mempunyai tugas pokok merencanakan, membina, melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan bidang kesehatan masyarakat veteriner. Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Bidang Kesmavet mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penerapan pedoman, kebijakan, standar mutu, standar dukungan teknologi, kerjasama teknologi, pembinaan dan pengawasan, penetapan dan identifikasi standar teknis, pelaporan di bidang produk pangan asal hewan, produk non pangan asal hewan, hygiene sanitasi, dan kesejahteraan hewan; b. Pelaksanaan fasilitasi dan pengawasan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang produk pangan asal hewan, produk non pangan asal hewan, hygiene sanitasi dan kesejahteraan hewan; c. Pelaksanaan fasilitasi pelayanan perijinan, pengujian dan pengawasan mutu produk pangan asal hewan, produk non pangan asal hewan, hygiene sanitasi dan kesejahteraan hewan; d. Pelaksanaan fasilitasi, pembinaan dan pengawasan lalu lintas produk pangan asal hewan dan produk non pangan asal hewan lintas kabupaten/ kota dan pos pemeriksaan kesehatan hewan; e. Pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan tindak karantina terhadap lalu lintas produk pangan asal hewan dan produk non pangan asal hewan berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan; f. Pelaksanaan penerapan kebijakan, identifikasi, inventarisasi kebutuhan, penerapan standar mutu, penerapan standar teknis alat dan mesin kesehatan masyarakat veteriner; g. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan praktek hygieni sanitasi dan bio security produsen produk pangan asal hewan; h. Pelaksanaan sertifikasi nomor control veteriner (NKV) unit usaha produk pangan asal hewan yang memenuhi syarat; i. Pelaksanaan pembinaan kerjasama teknologi bidang kesehatan masyarakat veteriner; j. Pelaksanaan pengawasan penerapan teknologi kesehatan masyarakat veteriner; DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-4

k. Pelaksanaan penetapan dan identifikasi kebutuhan standar teknis rumah potong hewan / rumah potong unggas, keamanan dan mutu produk pangan asal hewan, laboratorium kesehatan masyarakat veteriner; l. Pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan laboratorium masyarakat veteriner; m. Pelaksanaan pengaturan dan pengawasan pelarangan pemasukan produk pangan asal hewan dan produk non pangan asal hewan; n. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknis rumah potong hewan, rumah potong unggas dan pet shop; o. Pelaksanaan pemberian rekomendasi instalasi karantina hewan; p. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner, membawahi : a. Seksi Produk Pangan Asal Hewan b. Seksi Produk Non Pangan Asal Hewan c. Seksi Hygiene Sanitasi dan Kesejahteraan Hewan 5. Kepala Bidang Budidaya, Pengembangan Ternak dan hewan Lainnya, mempunyai tugas pokok merencanakan, membina, melaksanakan, dan mengkoordinasikan kegiatan bidang Budidaya, Pengembangan Ternak dan hewan Lainnya. Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Bidang Budidaya, Pengembangan Ternak dan hewan Lainnya mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dalam penerapan kebijakan peningkatan produksi ternak, terutama dalam penetapan standar mutu bibit ternak; b. Pelaksanaan pengawasan peredaran lalu lintas bibit ternak dan hewan lainnya; c. Pelaksanaan pengawasan pengembangan penetapan kawasan peternakan dan kesehatan hewan; d. Pelaksanaan penerapan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan pedoman, penyebaran, dan bimbingan pengembangan peternakan dan kesehatan hewan; e. Pelaksanaan pembinaan; pengawasan dan pengembangan teknologi peningkatan serta mutu pakan ternak dan hewan lainnya; f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Kepala Bidang Budidaya, Pengembangan Ternak dan hewan Lainnya, membawahi : a. Seksi Kawasan dan Pembibitan b. Seksi Pakan dan Teknologi c. Seksi Penyebaran dan Pengembangan Ternak dan Hewan Lainnya 6. Kepala Bidang Agribisnis mempunyai tugas pokok merencanakan, membina, melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan bidang agribisnis. Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Bidang Agribisnis mempunyai fungsi : DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-5

a. Pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi permodalan, pengembangan pelayanan peternak, kemitraan dan pengolahan pasca panen, pengolahan hasil peternakan dan kesehatan hewan; b. Pembinaan dan penyebarluasan informasi serta promosi komoditas unggulan peternakan dan kesehatan hewan; c. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terminal cyber space agribisnis peternakan dan kesehatan hewan; d. Pelaksanaan pembinaan kelembagaan dan manajemen usaha tani ternak dan hewan lainnya, manajemen usaha tani dan pencapaian pola kerjasama usaha tani wilayah provinsi; e. Pelaksanaan pembinaan dan pemantauan harga pasar komoditas peternakan dan kesehatan hewan serta pengembangan agribisnis; f. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi pengawasan perijinan usaha peternakan dan kesehatan hewan, pengelolaan lingkungan dan teknologi pasca panen; g. Pelaksanaan pembinaan teknis pembangunan sarana fisik (bangunan), penyimpanan, pengolahan dan pemasaran sarana produksi hasil peternakan dan kesehatan hewan; h. Pelaksanaan pengawasan penerapan pedoman, norma standar unit pengeolahan, sarana usaha, alat transportasi dan unit penyimpanan dan kemasan hasil peternakan dan kesehatan hewan; i. Pelaksanaan pembinaan penyuluhan pengembangan peternakan dan kesehatan hewan; j. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Kepala Bidang Agribisnis membawahi : a. Seksi Pelayanan Keahlian, Informasi dan Perijinan b. Seksi Kelembagaan SDM dan Penyuluhan c. Seksi Bina Usaha dan Pembiayaan 7. Unit Pelaksana Teknis 8. Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari : a. Medik Veteriner b. Paramedik Veteriner c. Pengawas mutu bibit ternak d. Pengawas mutu pakan ternak e. Instruktur Inseminasi Buatan Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 130 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur, terdiri dari : 1. UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Jember DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-6

2. UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Malang 3. UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Batu 4. UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Kediri 5. UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Magetan 6. UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Tuban 7. UPT Inseminasi Buatan di Surabaya 8. UPT Laboratorium Kesehatan Hewan di Tuban 9. UPT Laboratorium Kesehatan Hewan di Malang 10. UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan di Madura 1.5. PEMBIAYAAN Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya, pada tahun 2014 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur didukung oleh anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 sejumlah Rp. 170.192.837.500,00 yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 18.004.920.000,00 dan Belanja Langsung untuk membiayai program dan kegiatan Rp. 152.187.917.500,00. 1.6. PERAN STRATEGIS DINAS PETERNAKAN Usaha peternakan berperan penting dalam penyediaan pangan protein hewani, terutama daging, telur, dan susu. Protein hewani bermanfaat sebagai sumber energi dalam beraktifitas, pertumbuhan sel dan jaringan serta cadangan energi tubuh. Hingga kini pemenuhan protein hewani tidak dapat digantikan dengan zat yang lain. Jumlah konsumsi protein hewani selama ini dinilai masih kurang dari nilai konsumsi protein hewani standar Pola Pangan Harapan (PPH). Tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia hanya 4,7 gr/orang/hari. Angka ini sangat rendah jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina yang rata-rata 10 gr/orang/hari. Dengan demikian usaha peternakan masih berpotensi untuk dikembangkan. Subsektor Peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian, yaitu mencakup perunggasan (misalnya ayam dan itik), ruminansia kecil (misalnya kambing dan domba) dan ruminansia besar (misalnya sapi dan kerbau). Disamping itu, juga termasuk produk turunannya seperti susu dan telur. Subsektor peternakan Provinsi Jawa Timur cukup berpengaruh secara nasional. Pada tahun 2014, populasi sapi potong Jawa Timur mencapai 28 % dari populasi nasional. Sapi potong Jawa Timur diekspor ke beberapa Provinsi lain, seperti DKI Jakarta dan Kalimantan Selatan. Produksi hasil peternakan Jawa Timur juga menjadi andalan di tingkat nasional. Produksi susu segar di Jawa Timur mencapai 980 ton/hari dimana pada tahun 2014 mencapai 421.924 ton atau setara dengan 53% dari total produksi nasional; produksi telur 366.789 ton atau setara 20 % dari produksi telur nasional; dan produksi daging 376.131 ton atau setara 13 % dari produksi nasional. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-7

Pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak hanya menjamin ketersediaan produksi hasil ternak tapi juga menjamin standar mutu produk hasil ternak yang aman, sehat, utuh dan halal. Undang-undang No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan mengamanatkan bahwa semua pemotongan hewan ternak harus dilaksanakan di Rumah Potong Hewan. Hal ini untuk menjamin standar mutu aman, sehat, utuh dan halal tersebut. Karena itu Rumah Potong Hewan juga harus memenuhi standarisasi Nomor Kontrol Veteriner. Saat ini dari 136 RPH Ruminansia di Jawa Timur masih sedikit atau baru 6 RPH yang ber-nkv. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur sebagai penerbit NKV sangat berkepentingan agar semua RPH di Jawa Timur dapat memenuhi standar tersebut. Kendala pembangunan peternakan saat ini adalah kapasitas sumber daya manusia yang terbatas (kebanyakan bukan pekerjaan utama tetapi merupakan pendukung sektor pertanian) dan teknologi. Masyarakat peternak perlu difasilitasi dan dibina dalam upaya meningkatkan kualitas budidaya, pemberian nilai tambah komoditas peternakan, dan diversifikasi produk yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk peternakan, sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan peternak. Kendala lain adalah masih banyak beredar produk hasil peternakan yang tidak memenuhi standar keamanan pangan serta ancaman kematian ternak karena penyakit hewan menular. Peranan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang peternakan antara lain sebagai penyusun kebijakan teknis, pembinaan, dan pengawasan bidang peternakan dan kesehatan hewan. Kebijakan-kebijakan yang telah diterbitkan dalam rangka mempertahankan Jawa Timur sebagai barometer peternakan nasional antara lain : 1. Penerbitan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2012 mengenai larangan pemotongan ternak ruminansia betina produktif dengan tujuan untuk menjaga keberlangsungan kuantitas bibit ternak yang pada akhirnya berpengaruh terhadap populasi. 2. Surat Edaran Gubernur Jawa Timur Nomor 524/8838/023/2010 tanggal 30 Juni 2010 mengenai larangan pemasukan dan peredaran sapi, daging, dan jerohan impor sehingga diharapkan tidak ada lagi produk peternakan impor masuk ke Jawa Timur. 3. Surat Edaran Kepala Dinas Peternakan Nomor 524.3/7306/115.02/2012 mengenai pembatasan pengeluaran ternak sapi dari Provinsi Jawa Timur untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran ternak sapi serta pemenuhan kebutuhan ternak untuk masyarakat di Jawa Timur. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR I-8