PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/26/PBI/2004 TENTANG SUKU BUNGA DAN NISBAH ATAS PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP BAGI HASIL KREDIT PROGRAM

S U R A T E D A R A N. Kepada BANK PERKREDITAN RAKYAT / BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARI AH DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Kredit Likuiditas Bank Indonesia

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

No. 2/ 5 /DKr Jakarta, 11 Februari 2000 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. KETENTUAN UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Diubah dengan PBI No. 3/4/PBI/2001 tanggal 12 Maret 2001 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/13/PBI/2000 TENTANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/20/PBI/2000 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

1 of 6 21/12/ :38

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/11/PBI/1999

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Diubah dengan PBI No. 3/14/PBI/2001 tanggal 20 September 2001 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/12/PBI/2000

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 1/ 5 /PBI/1999 TENTANG KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM PADA MASA PERALIHAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

: Pengajuan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) Meterai dan ttd

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

Diubah dengan PBI No. 2/10/PBI/2000 tanggal 29 Maret 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1 / 10 /PBI/1999 TENTANG

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/3/PBI/2003 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/7/PBI/2004 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

No.5/ 28 /DPM Jakarta, 17 November 2003 S U R A T E D A R A N. Perihal : Tata Cara Penyelenggaraan Pusat Informasi Pasar Uang

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum

GUBERNUR BANK INDONESIA,

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

Transkripsi:

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kredit Likuiditas Bank Indonesia dalam rangka Kredit Program telah dialihkan kepada dan dikelola berdasarkan suatu perjanjian oleh Badan Usaha Milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah; b. bahwa untuk meningkatkan pengawasan dan pengamanan pelaksanaan serta mendukung tercapainya efektivitas pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia oleh Badan Usaha Milik Negara, dipandang perlu untuk dilakukan penyesuaian ketentuan pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dimaksud; c. bahwa sehubungan dengan itu, dipandang perlu untuk mengatur penyesuaian ketentuan-ketentuan pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia oleh Badan Usaha Milik Negara dalam suatu Peraturan Bank Indonesia ; Mengingat

- 2 - Mengingat : Undang - undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM. Pasal 1 Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan : 1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999. 2. Bank Pelaksana adalah bank penerima fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dalam rangka Kredit Program. 3. Kredit Program adalah kredit atau pembiayaan yang disalurkan bank pelaksana dalam rangka mendukung program Pemerintah. 4. KLBI adalah kredit atau pembiayaan yang disediakan oleh Bank Indonesia dalam rangka membiayai Kredit Program. 5. Hak Tagih KLBI adalah tagihan Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana yang timbul sehubungan dengan pemberian fasilitas KLBI dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana, dan tagihan eks KLBI yang masih dikelola oleh BUMN. 6. Pengelolaan

- 3-6. Pengelolaan KLBI, adalah pengelolaan baki debet tagihan KLBI dan kelonggaran tarik KLBI, termasuk penyaluran kembali (relending) dana angsuran KLBI yang dikelola oleh BUMN. 7. Surat Persetujuan Kredit (SPK) adalah surat persetujuan kredit dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana. Pasal 2 (1) Pengelolaan KLBI dalam rangka Kredit Program dialihkan kepada BUMN yang ditunjuk oleh Pemerintah. (2) BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang ditunjuk sebagai penerima pengalihan pengelolaan KLBI, terdiri dari : 1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero); 2. PT. Bank Tabungan Negara (Persero); 3. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero). (3) KLBI yang dialihkan pengelolaannya kepada BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing terdiri dari : 1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero); a. Kredit Usaha Tani (KUT); b. Kredit kepada Koperasi (KKop); c. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya - Tebu Rakyat (KKPA-TR). 2. PT. Bank Tabungan Negara (Persero); Kredit Pemilikan Rumah Sederhana (KPRS) dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS). 3. PT. Permodalan

- 4-3. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero); a. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA-Umum); b. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya Bagi Hasil (KKPA- Bagi hasil ); c. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka pembiyaaan Usaha Nelayan (KKPA- Nelayan); d. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Peternakan (KKPA- Unggas); e. Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan pola Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA- TKI); f. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi dalam rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia (KKPA-PIR- Trans); g. Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dalam rangka pengembangan Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syariah (KMK- BPR/PMK-BPRS); h. Kredit kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Umum (KPKM-Bank Umum); i. Kredit/Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Perkreditan Rakyat/ Bank Perkreditan Rakyat Syariah (KPKM-BPR/PPKM-BPRS); j. Kredit Usaha Angkutan Umum Bus Perkotaan (KUAUBP); k. Kredit Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN); l. Kredit

- 5 - l. Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program Transmigrasi (PIR-Trans). (4) Pelaksanaan pengalihan pengelolaan KLBI kepada BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) masing-masing dilakukan dengan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia. Pasal 3 (1) Bank Indonesia tetap memiliki hak tagih atas KLBI yang telah dialihkan kepada BUMN sampai dengan KLBI dimaksud jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo. (2) Bank Indonesia tetap memiliki hak tagih atas angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), termasuk dalam hal bank pelaksana melunasi sebelum tanggal jatuh tempo KLBI sebagaimana tercantum dalam SPK. (3) Bank Indonesia tetap menerima bunga tagihan KLBI yang dibayarkan oleh Bank Pelaksana atas tagihan KLBI yang masih berjalan dan telah dialihkan pengelolaannya. Pasal 4 Ketentuan pemberian KLBI dalam rangka Kredit Program yang masih berjalan untuk masing-masing skim tetap berlaku. Pasal 5

- 6 - Pasal 5 (1) Wewenang dan tanggung jawab BUMN ditetapkan sebagai berikut : a. Menerima permohonan pencairan kelonggaran tarik dari Bank Pelaksana; b. Menganalisis persyaratan teknis dan finansial terhadap permohonan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana dan bertangung jawab atas hasil analisis dimaksud; c. Membuat rekomendasi untuk Bank Indonesia atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana; d. Menerbitkan SPK dan Akte F untuk dan atas nama Bank Indonesia; e. Memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik kepada Bank Pelaksana; f. Mengadministrasikan kelonggaran tarik KLBI yang dikelolanya; g. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan atas penyaluran KLBI di masing-masing Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran yang telah ditentukan; h. Melakukan koordinasi dengan Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran akhir secara efektif dan efisien; i. Mengelola hasil angsuran pokok KLBI yang diterima dari masing-masing bank pelaksana untuk disalurkan kembali melalui Bank Pelaksana sampai dengan jatuh tempo KLBI; j. Mengupayakan agar Bank Pelaksana dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank Indonesia sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, termasuk penagihan terhadap KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo; k. Mengembalikan

-7- k. Mengembalikan dana angsuran KLBI yang dikelola pada saat jatuh tempo KLBI; l. Menyampaikan laporan perkembangan penyaluran dan pengembalian KLBI secara periodik kepada Bank Indonesia; m. Melakukan pengamanan kredit dan melakukan konsultasi mengenai hal tersebut kepada Bank Indonesia; dan n. Mengadministrasikan dana KLBI yang telah dialihkan dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana dan penyaluran KLBI yang dilaksanakan oleh masing-masing Bank Pelaksana. (2) Wewenang dan tanggung jawab Bank Indonesia ditetapkan sebagai berikut : a. Memberikan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana melalui BUMN, dengan memperhatikan ketersediaan kelonggaran tarik dan kesesuaian dengan SPK proyek yang bersangkutan serta ketentuan yang berlaku; b. Memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana; c. Mengadministrasikan KLBI; d. Menghitung dan membebankan bunga KLBI yang menjadi hak Bank Indonesia; e. Mendebet rekening Bank Pelaksana pada saat jatuh tempo angsuran KLBI dan memindahbukukan angsuran KLBI dimaksud untuk untung rekening BUMN; f. Menarik kembali KLBI yang jatuh tempo, KLBI yang dilunasi dan KLBI yang tidak sesuai dengan ketentuan, baik dari Bank Pelaksana maupun BUMN; g. Melakukan

- 8 - g. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengelolaan KLBI oleh Bank Pelaksana maupun BUMN; h. Mengenakan sanksi kepada Bank Pelaksana dan BUMN dalam hal terjadi pelanggaran atas ketentuan Bank Indonesia yang mengatur kredit program dan pelaksanaan pengalihan; dan i. Menyediakan kelonggaran tarik KLBI sesuai SPK dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana. (3) Bank Indonesia dan BUMN dapat mengubah wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan atau ayat (2) berdasarkan kesepakatan antara Bank Indonesia dan BUMN, dengan memperhatikan perkembangan kondisi dan situasi. (4) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan melalui suatu perjanjian. Pasal 6 (1) BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diberi hak untuk mengelola angsuran pokok yang diterima dari Bank Pelaksana, sampai KLBI dimaksud jatuh tempo. (2) BUMN wajib menyampaikan rencana penyaluran kembali angsuran pokok KLBI yang dikelolanya kepada Bank Indonesia 1 (satu) bulan sebelum dimulai tahun anggaran berikutnya, untuk mendapat persetujuan Bank Indonesia. (3) BUMN wajib menyalurkan kembali angsuran pokok KLBI yang dikelola oleh BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sesuai dengan rencana penyaluran yang disampaikan kepada Bank Indonesia. (4) BUMN

- 9 - (4) BUMN dilarang menyalurkan kembali angsuran KLBI yang dikelolanya selain untuk kredit atau pembiayaan. (5) Bank Indonesia tidak mengenakan bunga terhadap angsuran pokok yang dikelola oleh BUMN. Pasal 7 (1) BUMN wajib menyalurkan kembali (relending) angsuran pokok KLBI sesuai dengan ketentuan pemberian KLBI untuk masing-masing skim. (2) BUMN dapat mengatur tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan yang berkaitan dengan penyaluran kembali KLBI (relending) oleh BUMN. (3) BUMN wajib mendapat persetujuan Bank Indonesia dalam hal diperlukan penyesuaian atas ketentuan selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Pasal 8 (1) BUMN wajib mengembalikan KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo. (2) Pada saat KLBI jatuh tempo, BUMN wajib menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia, sebesar kumulatif angsuran KLBI yang terutang. (3) Untuk skim kredit dengan pola channeling, dalam hal pada saat jatuh tempo masih terdapat KLBI yang tertunggak, Bank Indonesia tetap mempunyai hak tagih atas KLBI dimaksud sampai lunas. Pasal 9

- 10 - Pasal 9 Bank pelaksana wajib mengembalikan angsuran KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo sebagaimana diperjanjikan dalam SPK. Pasal 10 (1) Dalam hal bank pelaksana melunasi KLBI lebih cepat dari tanggal jatuh tempo sebagaimana yang ditetapkan dalam SPK, maka : a. Bank Indonesia menarik sisa KLBI yang masih terutang di Bank Pelaksana; b. BUMN tetap dapat mengelola angsuran pokok yang telah diterima atas KLBI yang dilunasi lebih cepat dari tanggal jatuh tempo tersebut. (2) BUMN dapat mengelola angsuran pokok KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan dalam SPK. (3) Dalam hal terjadi pelunasan KLBI lebih cepat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bank Pelaksana wajib melaporkan hal tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada BUMN, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan lebih cepat oleh debitur. Pasal 11 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 5 ayat (1) huruf l dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap keterlambatan. (2) Pelanggaran

- 11 - (2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap keterlambatan. (3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (3) dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI yang diterima dari Bank Pelaksana kepada BUMN sebesar jumlah KLBI yang tidak disalurkan sesuai rencana penyaluran. (4) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (4) dikenakan sanksi penarikan kembali angsuran KLBI yang disalurkan diluar tujuan kredit atau pembiayaan serta sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga SBI jangka waktu 1 (satu) bulan hasil lelang terakhir dikalikan jumlah angsuran KLBI yang disalurkan diluar kredit atau pembiayaan (5) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1), BUMN dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI dari Bank Pelaksana yang seharusnya dapat dikelola oleh BUMN, sebesar KLBI yang disalurkan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut. (6) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 8 ayat (2), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga SBI jangka waktu 1 (satu) bulan hasil lelang terakhir dikalikan jumlah KLBI yang terutang. (7) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 10 ayat (3), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga SBI jangka waktu 1 (satu) bulan hasil lelang terakhir dikalikan angsuran KLBI yang dilunasi lebih cepat, sejak tanggal pelunasan lebih cepat sampai dengan laporan disampaikan. Pasal 12 (1) Bank pelaksana harus menyetorkan KLBI kepada BUMN selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak berlakunya ketentuan ini. (2) KLBI

- 12 - (2) KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah KLBI yang telah jatuh tempo angsuran tetapi belum disetorkan kepada BUMN sampai dengan berlakunya ketentuan ini (3) Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Bank Pelaksana belum menyetorkan angsuran dimaksud, Bank Indonesia akan mendebet rekening Bank Pelaksana sebesar kewajiban yang belum dibayarkan. Pasal 13 Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, maka Peraturan Bank Indonesia No. 2/3/PBI/2000 tanggal 1 Februari 2000 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dalam rangka Kredit Program (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3926) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 14 Peraturan Bank Indonesia ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 17 September 2003 GUBERNUR BANK INDONESIA Ttd. BURHANUDDIN ABDULLAH LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 105

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM I. UMUM Pengalihan pengelolaan KLBI kepada BUMN telah dilaksanakan sejak tanggal 15 November 1999. Dalam perkembangan lebih lanjut, untuk meningkatkan pengawasan dan pengamanan penyaluran KLBI dan untuk mendukung tercapainya efektivitas pelaksanaan pengelolaan KLBI oleh BUMN, terdapat beberapa ketentuan yang perlu dilakukan penyesuaian. Sehubungan dengan hal itu, dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian dan penyempurnaan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Pengalihan Pengelolaan KLBI dalam rangka Kredit Program. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 7 cukup jelas Pasal 2 Ayat (1) Ayat 2

- 2 - Ayat (2) Penunjukan BUMN yang menerima pengalihan pengelolaan KLBI ditetapkan Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program. Ayat (3) Ayat (4) Pasal 3 Ayat (1) Dengan tidak beralihnya hak tagih kepada BUMN, dalam hal KLBI tidak dapat dilunasi pada saat jatuh tempo maka Bank Indonesia tetap mempunyai wewenang untuk melakukan penagihan. Ayat (2) Dalam hal debitur atau Bank Pelaksana melunasi KLBI sebelum jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam SPK, Bank Indonesia tidak menarik angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN. Angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN tersebut tetap merupakan hak Bank Indonesia. Ayat (3) Pasal 4

- 3 - Pasal 4 Yang dimaksud dengan KLBI yang masih berjalan adalah KLBI yang sudah disetujui oleh Bank Indonesia sebelum pengalihan pengelolaan kepada BUMN yang terdiri dari : - KLBI yang sudah ditarik seluruhnya ; - KLBI yang belum ditarik seluruhnya. Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Cukup Jelas Huruf b BUMN bertangung jawab atas hasil analisis teknis dan finansial yang dilakukan terhadap permohonan pencairan kelonggaran tarik. Huruf c sampai dengan huruf i Huruf j Termasuk dalam pengertian bank pelaksana adalah Bank Beku Operasi (BBO) dan Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Huruf k dan huruf l Huruf m

- 4 - Huruf m Yang dimaksud dengan pengamanan kredit adalah pengamanan yang dilakukan antara lain apabila terdapat indikasi terjadi kemacetan kredit atau penyaluran KLBI yang tidak sesuai dengan ketentuan. Huruf n Ayat 2 Huruf a sampai dengan huruf f Huruf g Pengawasan dan pemeriksaan kepada Bank Pelaksana dilakukan terhadap KLBI yang telah diberikan oleh Bank Indonesia dan masih berjalan. Pengawasan dan pemeriksaan kepada BUMN dilakukan terhadap pengelolaan KLBI termasuk dana relending. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan terhadap BUMN, Bank Pelaksana maupun debitur penerima kredit. Dalam melaksanakan pemeriksaan ini Bank Indonesia dapat menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan pemeriksaan dimaksud. Huruf h dan i Ayat 3

- 5 - Ayat (3) Dalam hal BUMN tidak dapat melaksanakan satu atau lebih wewenang dan tugas pengelolaan tersebut, maka Bank Indonesia dapat melakukan penyesuaian terhadap wewenang dan tugas dimaksud sebagaimana telah disepakati dalam addendum Perjanjian Pengalihan Pengelolaan KLBI antara Bank Indonesia dengan masing-masing BUMN. Ayat (4) Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan jatuh tempo KLBI adalah jatuh tempo KLBI untuk masing-masing skim/proyek yang bersangkutan sesuai dengan SPK yang ditandatangani oleh Bank Indonesia dengan Bank Pelaksana. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5)

- 6 - Ayat (5) Pengenaan bunga tidak dilakukan karena dengan pengenaan bunga berarti terjadi pemberian kredit baru, sedangkan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak diperkenankan lagi memberikan KLBI dalam rangka kredit program. Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) BUMN mengajukan permohonan penyesuaian ketentuan kepada Bank Indonesia dan persetujuan/penolakan atas permohonan penyesuaian ketentuan tersebut akan disampaikan secara tertulis oleh Bank Indonesia. Pasal 8 Ayat (1) Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, BUMN harus mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo. Pengembalian KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo dilakukan dengan cara Bank Indonesia mendebet rekening giro BUMN sebesar jumlah kumulatif angsuran KLBI yang terutang. Ayat (2)

- 7 - Ayat (2) Mengingat tidak seluruh BUMN berupa bank yang memiliki kewajiban giro wajib minimum, maka kepada BUMN yang tidak memiliki kewajiban giro wajib minimum diwajibkan untuk menyediakan dana sebesar jumlah kumulatif angsuran KLBI yang terutang pada saat KLBI jatuh tempo. Ayat (3) Untuk kredit yang disalurkan dengan pola channeling, yaitu Bank Pelaksana tidak menanggung risiko kredit, pendebetan rekening Bank Pelaksana dan atau BUMN dilakukan setelah ada pembayaran dari debitur kepada Bank Pelaksana. Pelaksanaan pendebetan dilakukan berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Bank Pelaksana setiap bulan. Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pelunasan KLBI lebih cepat adalah KLBI yang dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo yang tercantum dalam SPK, yang disebabkan adanya pelunasan dini, pembatalan proyek, pengalihan proyek pada AMU/BPPN, dan hal-hal lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Ayat (2)

- 8 - Ayat (2) Angsuran pokok yang telah diterima/dikelola oleh BUMN adalah angsuran KLBI yang telah diterima oleh BUMN sebagai pembayaran angsuran pokok dari Bank Pelaksana sebelum terjadinya pelunasan dipercepat. Ayat (3) Laporan yang disampaikan oleh bank pelaksana sekurang-kurangnya berisi informasi mengenai skim kredit, nomor SPK, nama debitur, jumlah yang dilunasi, dan tanggal pelunasan/pengalihan kredit tersebut. Pasal 11 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Yang dimaksud hasil lelang terakhir adalah suku bunga SBI jangka waktu 1 (satu) bulan yag diperoleh dari hasil lelang terakhir sebelum penyimpangan penyaluran KLBI dimaksud. Ayat (5)

- 9 - Ayat (5) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat berupa penggunaan dana angsuran KLBI yang penyalurannya tidak sesuai ketentuan antara lain ketentuan mengenai plafon kredit, suku bunga, tujuan kredit. Ayat (6) Yang dimaksud hasil lelang terakhir adalah suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan yang diperoleh dari hasil lelang terakhir sebelum kewajiban penyediaan dana di rekening giro BUMN tidak terpenuhi. Ayat (7) Yang dimaksud hasil lelang terakhir adalah suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan yang diperoleh dari hasil lelang terakhir sebelum tanggal pelunasan lebih cepat. Pasal 12 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 13 Pasal 14

-10- Pasal 14 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4322