LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK ALIH GUNA HUTAN MENJADI KEBUN KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP CADANGAN C dan N TANAH, serta PENCUCIAN NITROGEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daerah Aliran Sungai

For optimum plant growth

The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

JUDUL PENELITIAN PENGUSUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

MODULE 7. LANSKAP PERTANIAN DAN HIDROLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN SUMBERJAYA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT, PROPINSI LAMPUNG

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

Studi kasus (lanjutan)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

DEGRADASI SIFAT FISIK TANAH SEBAGAI AKIBAT ALIH GUNA LAHAN HUTAN MENJADI SISTEM KOPI MONOKULTUR: KAJIAN PERUBAHAN MAKROPOROSITAS TANAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan tanah dingin dan usaha pemupukan pada sistem bera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

Pengelolaan lahan gambut

PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAPSIFAT KIMIA TANAH

DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN TROPIKA BASAH (KAJIAN FALSAFAH SAINS) PAPER INDIVIDU MATA AJARAN PENGANTAR FALSAFAH SAINS OLEH PRIJANTO PAMOENGKAS

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN SIFAT FISIKA ULTISOL AKIBAT KONVERSI HUTAN MENJADI LAHAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

KARAKTERISTIK KUALITAS TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN HULU DAS PADANG KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI. Oleh:

TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional Gunung Leuser. Bentang Alam Kawasan Leuser dan Taman Nasional Gunung Leuser

ALIH GUNA LAHAN HUTAN MENJADI LAHAN PERTANIAN: APAKAH FUNGSI HIDROLOGIS HUTAN DAPAT DIGANTIKAN SISTEM KOPI MONOKULTUR?

ANALISIS SIFAT FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH PADA DAERAH BUFFER ZONE DAN RESORT SEI BETUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KECAMATAN BESITANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

STUDI ANTI MIKROBIAL PEMBERSIH LANTAI BERBAHAN AKTIF MINYAK SEREH WANGI DAN GONDORUKEM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

KAJIAN TOTAL BIOMASSA RERUMPUTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TATA AIR TANAH DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat)

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perkebunan karet rakyat di Desa Penumanganbaru, Kabupaten Tulangbawang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

Konversi Hutan Menjadi Lahan Usahatani Karet dan Kelapa Sawit serta Pengaruhnya terhadap Aliran Permukaan dan Erosi Tanah di DAS Batang Pelepat

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI

PELEPASAN KATION BASA PADA BAHAN PIROKLASTIK GUNUNG MERAPI

SIMULASI LIMPASAN PERMUKAAN DAN KEHILANGAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR KEBUN KOPI: STUDI KASUS DI SUMBERJAYA, LAMPUNG BARAT

KAJIAN APLIKASI SERESAH TEBU DAN UREA TERHADAP KETERSEDIAN NITROGEN DALAM TANAH PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JENGKOL-KEDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

DEGRADASI LAHAN AKIBAT BERBAGAI JENIS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN DHARMASRAYA

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

PERBAIKAN BIOPORI OLEH CACING TANAH (Pontoscolex corethrurus). APAKAH PERBAIKAN POROSITAS TANAH AKAN MENINGKATKAN PENCUCIAN NITROGEN?

BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN USAHATANI KARET DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI DAS BATANG PELEPAT

Aah Ahmad Almulqu *, Elias **, Prijanto Pamoengkas ** *

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI DAMPAK ALIH GUNA HUTAN MENJADI KEBUN KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP CADANGAN C dan N TANAH, serta PENCUCIAN NITROGEN Tahun ke 2: Dampak terhadap perakaran dan pencucian nitrogen Tahun ke-2 dari rencana 2 tahun Ketua : Dr. Ir. Sri Rahayu Utami, M.Sc 0028106104 Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU 0001055405 2. Syahrul Kurniawan, SP. MP 0018107903 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Oktober, 2014

HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian : DAMPAK ALIH GUNA HUTAN MENJADI KEBUN KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP CADANGAN C DAN N SERTA PENCUCIAN NITROGEN (Tahun ke-2: Dampak terhadap perakaran dan pencucian nitrogen) Peneliti Pelaksana Nama Lengkap : Dr. Ir. Sri Rahayu Utami, M.Sc NIDN : 0028106104 Jabatan Fungsional : Dosen / Lektor Kepala Program Studi : Pengelolaan Tanah dan Air, Fakultas Pertanian Nomor HP : 08125248791 Alamat surel (e-mail) : sriyutami@gmail.com Anggota (1) Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU NIDN : 0001055405 Anggota (2) Nama Lengkap : Syahrul Kurniawan, SP. MP NIDN : 0018107903 Institusi Mitra Nama Institusi Mitra : - Alamat : - Penanggung Jawab : - Penelitian Tahun Ke- : 2 Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 50.000.000,00 Biaya Keseluruhan : Rp. 100.000.000,00 Mengetahui Ketua LPPM UB, Malang, 10 Nopember 2014 Ketua, Dr. Ir. Sri Rahayu Utami, M.Sc NIP. 19611028 198701 2 001 i

HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian : DAMPAK ALIH GUNA HUTAN MENJADI KEBUN KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP CADANGAN C DAN N SERTA PENCUCIAN NITROGEN (Tahun ke-2: Dampak terhadap perakaran dan pencucian nitrogen) Peneliti Pelaksana Nama Lengkap : Dr. Ir. Sri Rahayu Utami, M.Sc NIDN : 0028106104 Jabatan Fungsional : Dosen / Lektor Kepala Program Studi : Pengelolaan Tanah dan Air, Fakultas Pertanian Nomor HP : 08125248791 Alamat surel (e-mail) : sriyutami@gmail.com Anggota (1) Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU NIDN : 0001055405 Anggota (2) Nama Lengkap : Syahrul Kurniawan, SP. MP NIDN : 0018107903 Institusi Mitra Nama Institusi Mitra : - Alamat : - Penanggung Jawab : - Penelitian Tahun Ke- : 2 Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 50.000.000,00 Biaya Keseluruhan : Rp. 100.000.000,00 Mengetahui Ketua LPPM UB, Malang, 10 Nopember 2014 Ketua, Dr. Ir. Sri Rahayu Utami, M.Sc NIP. 19611028 198701 2 001 i

RINGKASAN Penelitian tahun kedua ini (2014) merupakan bagian dari 2 tahun kegiatan atau merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun pertama (2013).Sehingga penelitian tahun 2014 masih tetap menggunakan lokasi dan plot pengamatan yang sama. Penelitian dilakukan di 2 bentang lahan di Jambi, yaitu Bukit Duabelas dan Harapan pada 4 sistem penggunaan lahan yaitu Hutan, Hutan Karet, Kebun Karet monokultur, dan kelapa sawit. Kegiatan penelitian tahun kedua (2014), secara umum dilakukan dengan tujuan1) Mengkuantifikasi konsentrasi nitrat yang tercuci dari zona perakaran di 4 penggunaan lahan (Hutan-Hutan Karet-Kebun Karet-Kelapa Sawit); dan 2) Mempelajari pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap laju pencucian amonium dan nitrat. Hipotesa yang ingin dibuktikan adalah 1) Sebaran akar berbeda antara keempat penggunaan lahan; dan berhubungan dengan perubahan sifat fisiko-kimia yang telah diamati pada tahun 2013; 2) Kuantitas dan laju pencucian N diperkirakan berkaitan dengan sebaran akar pada penggunaan lahan yang berbeda; 3) Kuantitas dan laju pencucian N semakin tinggi dengan semakin intensifnya penggunaan lahan.keluaran tahun kedua berupa informasi tentang 1) konsentrasi N yang hilang melalui pencucian di berbagai penggunaan lahan; 2) hubungan antara perubahan C dan N di berbagai kedalaman tanah dengan pencucian NH4 + dan NO3 -. Hasil sementara yang didapatkan adalah alih guna lahan hutan menjadi karet dan kelapa sawit mengakibatkan terjadinya degradasi sifat fisik dan kimia tanah (yang ditunjukkan pada hasil penelitian tahun pertama), juga degradasi sifat biologi yang ditunjukkan dengan perubahan sebaran akar. Lahan hutan memiliki lebih banyak perakaran yang berukuran besar (akar kasar) dan dengan sebaran yang lebih dalam dibandingkan pada lahan karet dan kelapa sawit. Sebaliknya sebaran akar halus pada lahan hutan lebih sedikit dibandingkan lahan karet dan kelapa sawit. Sebaran akar kasar yang lebih luas dan dalam ini berkaitan erat dengan proporsi pori makro yang cenderung lebih banyak pada lahan hutan. Jumlah biomasa akar baik halus maupun kasar berhubungan erat dengan bobot isi tanahnya. Sebaran dan biomasa akar terutama yang berukuran kasar, yang lebih banyak di lahan hutan cenderung menurunkan jumlah nitrogen mineral yang tercuci. Hal ini terbukti pada landscape Bukit Duabelas, namun tidak pada landscape Harapan, yang kondisi hutannya sudah terdegradasi. Namun, jumlah N organik terlarut yang tercuci lebih besar pada hutan. Pencucian nitrogen pada hutan karet hampir menyamai kondisi hutan. Komposisi air hujan didominasi oleh bicarbonate dan chloride, serta nitrat, amonium, dan nitrogen organik terlarut (DON) dalam jumlah yang relatif sedikit. Air hujan juga mengandung dominasi kation Na dan Ca. Proporsi nitrat di dalam air hujan relatif sedikit, sehingga peningkatan proporsi yang relatif banyak pada nitrat dalam leachate yang tercuci menunjukkan adanya proses pengkayaan dari bahan organik. Pada lahan Bukit Duabelas, jumlah total N tercuci paling besar didapatkan pada lahan kelapa sawit, diikuti karet monokultur, hutan karet, dan yang terkecil pada hutan. Pola ini sesuai dengan pola sebaran dan jumlah biomasa akar pada keempat penggunaan lahan tersebut. Semakin banyak akar terutama akar kasar, dan dengan penyebaran lebih dalam, maka pencucian nitrogen semakin kecil. iii

Jumlah N tercuci pada hutan karet hampir sama dengan pada lahan hutan, menunjukkan bahwa semakin kompleks komposisi pohon dalam suatu sistem, semakin rendah pencucian N yang terjadi. Namun demikian, nitrogen organik yang terlarut semakin besar pada lahan hutan, mungkin berkaitan dengan lebih tingginya kandungan bahan organik. Jumlah N tercuci pada landscape Harapan lebih sedikit dibandingkan dengan pada landscape Bukit Dua Belas. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan tekstur yang lebih kasar, dengan jenis liat yang cenderung bermuatan positif, sehingga terjadi pengikatan N-nitrat oleh partikel tanah. Selain itu, kemungkinan juga disebabkan jumlah biomasa akar kasar yang lebih banyak pada landscape Harapan, yang mampu berfungsi sebagai jala penjaring nitrogen tercuci. Jumlah N tercuci pada landscape Harapan tidak berbeda nyata antar penggunaan lahan. Bahkan jumlah N tercuci cenderung lebih besar pada hutan, karena kondisi hutan di Harapan yang sudah terdegradasi dibandingkan hutan di Bukti Duabelas. Secara umum, jumlah NH4 dan N terlarut (DON) yang tercuci semakin meningkat dengan meningkatnya ph, kandungan C-organik dan berat isi, dan menurunnya KTK, Al dan H dapat ditukar, serta % liat. Sebaliknya Nitrat (NO3) yang tercuci semakin meningkat seiring dengan peningkatan % liat, KTK, ph, H dapat ditukar, dan berkurangnya Al dapat ditukar dan kandungan C-organik. Keyword :alih guna lahan, sebaran akar, DON, amonium dan nitrat tercuci. iv

67 Lampiran 8. Draft Paper untuk Jurnal Nasional ALIH GUNA LAHAN HUTAN MENJADI KARET DAN KELAPA SAWIT: DAMPAK TERHADAP PERAKARAN DAN PENCUCIAN NITROGEN PADA ACRISOL LEMPUNG BERPASIR DI JAMBI Syahrul Kurniawan, Sri Rahayu Utami, Christanti Agustina Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 1, Malang 65145 Abstrak Pencucian unsur hara di daerah tropik basah merupakan masalah utama, yang semakin meningkat jika lahan hutan dialih-fungsikan menjadi penggunaan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan pencucian nitrat pada lahan hutan, kebun karet, karet monokultur dan kelapa sawit. Penelitian dilakukan pada keempat penggunaan lahan tersebut, dengan 4 ulangan di daerah Jambi. Pada setiap penggunaan lahan dipasang 2 lysimeter masing-masing pada kedalaman 1.5m untuk mengumpulkan leachate. Pengamatan pencucian dilakukan dengan mengukur N (NH 4, NO 3 dan DON) yang terkandung dalam leachate. Total N dan NO 3 yang tercuci paling besar ditemukan pada lahan kelapa sawit, diikuti karet monokultur, kebun karet, dan yang paling kecil pada hutan. Namun jumlah NH 4 dan DON yang tercuci tidak berbeda nyata antar penggunaan lahan. Perbedaan jumlah N yang tercuci mempunyai korelasi yang erat dengan sebaran dan biomasa akar kasar. Lahan hutan memiliki lebih banyak perakaran yang berukuran besar (akar kasar) dan dengan sebaran yang lebih dalam dibandingkan pada lahan karet dan kelapa sawit. Sebaliknya sebaran akar halus pada lahan hutan lebih sedikit dibandingkan lahan karet dan kelapa sawit. Keyword :alih guna lahan, pencucian N, sebaran akar Pendahuluan Peran hutan tropika di dalam menjaga fungsi lingkungan terus menurun dalam 3 dekade terakhir, karena meningkatnya konversi hutan menjadi lahan pertanian. Di Indonesia, dalam kurun waktu 1985-1997 telah mengalami alih guna hutan seluas 20 juta ha (Matthew, 2002). Alih guna hutan menjadi lahan pertanian di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1980 ketika pemerintah membuka program transmigrasi untuk mengurangi populasi penduduk di Jawa dan mengembangkan pertanian di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jambi merupakan salah satu wilayah pengembangan Karet di Sumatera, dengan luasan produksi mencapai 465.109 ha dan jumlah produksi sebesar 197.865 ton (BPS, 2003). Untuk kelapa sawit, perkembangan kelapa sawit di Jambi berjalan sangat cepat sejak diintroduksi pertama kali pada dekade 1990an karena harga karet menurun, dan saat ini luasan perkebunan kelapa sawit di Jambi sudah mencapai 483.366 ha dengan produksi 1.293.173 ton (BPS, 2010). Alih guna hutan menjadi kebun karet dan kelapa sawit berpengaruh terhadap penurunan tutupan kanopi (Martius et al., 2004), tumbuhan bawah (Hannerz and Hanell, 1997),masukan seresah (Hairiah et al., 2006), dan diversitas perakaran tanaman. Hal ini menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik dan mineralisasi N yang berpengaruh terhadap cadangan C dan N di tanah sertatanah menjadi rentan terhadap kehilangan unsur hara melalui pencucian (Wu et al., 2009), erosi dan limpasan permukaan pada skala plot, yang nantinya berdampak pada penurunan kualitas air (Verbist et al., 2009).Beberapa penelitian yang sudah

74 Sebaliknya Nitrat (NO3) yang tercuci semakin meningkat seiring dengan peningkatan % liat, KTK, ph, H dapat ditukar, dan berkurangnya Al dapat ditukar dan kandungan C-organik. Daftar Pustaka Davidson, EA; Chorover, J.; and DB. Dail. 2003. A mechanism of abiotic immobilization of nitrate in forest ecosystem: the ferrous wheel hypotheses. Global Change Biology. 9: 228-236. Hairiah,K. 2002. Akar Pertanian Sehat. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Pertanian UNIBRAW.Universitas Brawijaya. Hairiah,K., Sulistyani,H., Suprayogo,D., Widianto, Purnomosidhi,P., Widodo, RH., and van Noordwijk,M., 2006. Litter Layer Residence Time in Forest and Coffee Agroforestri Systems in Sumberjaya, West Lampung. Forest Ecology and Management. Hannerz, M. and B. Hanell. 1997. Effects on the flora in Norway spruce forests following clearcutting and shelterwood cutting. For. Ecol. Manage. 90:29 49. IPCC. 2000. Land use, Land use change, and Forestry. Intergovernmental Panel on Climate Change. Purwanto. 2005. Dampak Alih Guna Hutan Menjadi Agroforestri Kopi Terhadap Potensi Nitrifikasi di Sumberjaya, Lampung Barat : I. Inventori populasi dan aktifitas bakteri nitrifikasi. Disertasi Program Doktor Ilmu Pertanian, Malang. Matthew E. 2002. The state of forest Indonesia. World Resourches Institute. Murty D, M.F. Kirschbaum, and R. Mcmurtrie. 2002. Does conversion of forest to agricultural land change soil carbon and nitrogen?a review of literature. Global change biology, 8 : 105-123. Prescott C. 2002.The influence of the forest canopy on nutrient cycling.journal of Tree physiology vol 22. Pp. 1193-1200. Suprayogo, D. 2000. Testing the Safety-net Hypothesis in Hedgerow Intercropping : Water balance and Mineral N Leaching in the Humid Tropics. PhD Thesis, University of London, Asford, Kent. Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidhi P., Widodo, R.H., Rusiana, F., Aini, Z.Z., Khasanah, N. Dan Z. Kusuma. 2004. Degradasi sifat fisik tanah sebagai akibat alih guna lahan hutan menjadisistem kopi monokultur: kajian perubahan makro porositas tanah. Agrivita 26 (1): 60-67. Suprayogo D., K. Hairiah, M. van Noordwijk, and G. Cadish. 2010. Agroforestry interactions in rainfieldagriculture : can hedgerow intercropping systems sustain crop yield on an Ultisol in Lampung (Indonesia)?. Agrivita Vol 32 No 2. October 2010. ISSN 0126-0537. Tully, KL.; Lawrence, D. and TM. Scaslone. 2012. More trees less loss: N leaching losses decrease with increasing biomass in coffee agroforest. Agric. Ecosystems and Environment 161: 137-144. Verbist b., J. Poesen, M. van Noordwijk, Widianto, D. Suprayogo, F. Agus, J. Deckers. 2010. Factors affecting soil loss at plot scale and sediment yield at catchment scale in a tropical volcanic agroforestry landscape. Catena.Elsevier.