BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi dan total arus kas. Belkaoui (2000:32) menyatakan bahwa Laba

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PSAk No. 31 (2007 : 31 pasal 1) sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian dividen. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak menentu, menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Dalam upaya untuk menghasilkan laba, tentu perusahaan harus

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun. Pasar modal memiliki peran yang besar dalam perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di sebuah negara, pembangunan menjadi salah satu faktor penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 2. Manfaat, Tujuan dan Skema ALK

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

melakukan penelitian yang sejenis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per September 2007 (PSAK, Kerangka

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisikan informasi seputar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaannya. Modal tersebut berasal dari dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan. Perekonomian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kebutuhan informasi dalam bentuk laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB I PENDAHULUAN. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan. meningkatkan profit, hal ini daya tarik bagi investor dalam

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB I PENDAHULUAN. cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Gambaran tentang perkembangan finansial dari suatu perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan sekumpulan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disajikan dalam bentuk laporan sistematis yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu usaha adalah para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya. Laporan Keuangan dibuat agar dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan ekonomi perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK,2007:1) yaitu sebagai berikut : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk

skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Tujuan laporan keuangan sebagaimana dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK, 2007:2) yaitu : Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan investasi dan pendanaan. Laporan keuangan harus memberikan informasi : a. untuk keputusan investasi dan kredit, b. mengenai jumlah dan timing arus kas, c. mengenai aktiva dan kewajiban, d. mengenai kinerja perusahaan, e. mengenai sumber dan penggunaan kas, f. penjelas dan interpretif, serta g. untuk menilai stewardship.

Pemakai laporan keuangan ialah semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) akan kondisi keuangan perusahaan. Stakeholders yang menggunakan informasi akuntansi dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi utama, yaitu: (1) pemakai internal, pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan; (2) pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka terhadap perusahaan. Pemakai internal membutuhkan informasi untuk membantu dalam perencanaan dan pengendalian operasi perusahaan dan pengelolaan berbagai sumber daya perusahaan. Pemakai eksternal meliputi pemakai sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : a. Investor Penanam modal beresiko berkepentingan dengan resiko yang melekat serta pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi laporan keuangan untuk menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Kreditor Kreditor berkepentingan dalam satu hal yaitu pembayaran kembali dengan bunganya. Kreditor tertarik dengan informasi keuangan memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat di bayar pada saat jatuh tempo. c. Pemasok Pemasok tertarik dengan informasi laporan keuangan yang memungkinkan mereka memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Pemasok juga berkepentingan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada kreditor kecuali kalau sebagai pelanggan utama, mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. d. Pelanggan Pelanggan berkepentingan dengan informasi laporan keuangan mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. e. Karyawan Karyawan berkepentingan dengan informasi laporan keuangan untuk bermacam-macam alasan seperti untuk mengharapkan janji-janji jangka panjang seperti pensiun dan tunjangan kesehatan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi laporan keuangan untuk menetapkan kebijakan pajak dan sebagai alat untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.1 paragraf 07 (IAI, 2007) dinyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini : a. Neraca; b. Laporan laba-rugi; c. Laporan perubahan ekuitas; d. Laporan arus kas; dan e. Catatan atas laporan keuangan Neraca, pada suatu waktu tertentu, melaporkan sumber daya yang dimiliki perusahaan (aktiva), kewajiban perusahaan (pasiva atau utang), dan selisih bersih antara aktiva dan kewajiban, yang mewakili equitas atau modal pemilik (Stice, Stice, dan Skousen, 2004 :12). Laporan laba rugi, untuk rentang waktu tertentu, melaporkan aktiva bersih yang dihasilkan oleh operasi perusahaan (pendapatan), aktiva bersih yang digunakan (beban), dan selisihnya, yang disebut laba bersih. Laporan laba rugi merupakan usaha terbaik akuntan dalam mengukur kinerja ekonomis suatu perusahaan pada periode tertentu (Stice, stice, dan Skousen, 2004:12).

Laporan perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau Penurunan akitiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan (IAI: PSAK No.1 paragraf 66). Laporan cash flow, untuk rentang waktu tertentu, melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan oleh perusahaan melalui tiga tipe akti vitas: operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan cash flow merupakan laporan keuangan yang paling objektif karena tidak menggunakan berbagai estimasi dan penilaian akuntansi yang dibutuhkan untuk menyusun neraca dan laporan laba rugi (Stice, Stice, Skousen, 2004:12). Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan cash flow, dan laporan perubahan ekuitas, serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pedoman Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar (PSAK No.1 paragraf 70).

2. Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) Laba merupakan selisih pendapatan dan biaya. Berdasarkan pengertiannya, laba diharapkan dapat digunakan sebagai pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan pajak, dan lain sebagainya. Pengembalian laba kepada pemegang saham/ekuitas dalam bentuk dividen untuk periode bersangkutan atau untuk laba ditahan (return earnings) dapat dicerminkan oleh earnings, sementara pos-pos dalam laporan laba-rugi merinci bagaimana earnings di dapat atas kenaikan (penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas. Earnings mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Stice, stice dan Skousen (2004:226) menunjukkan konsep dasar dari earnings adalah hasil dari investasi. Salah satu definisi dari earnings yang diterima lebih luas adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investai) dan kondisi perusahaan di akhir periode masih sama baiknya atau kayanya (well-off) dengan di awal periode. a. Pengukuran dan Pengakuan Konsep dalam pengukuran earnings ada dua, yaitu: 1. Konsep pemeliaharaan modal keuangan Konsep ini berasumsi bahwa perusahaan memiliki laba hanya jika nilai aktiva bersih perusahaan yang diukur dalam satuan uang pada akhir periode melebihi nilai aktiva bersih pada awal periode setelah dikurangi dampak transaksi dengan pemilik.

2. Konsep pemeliharaan fisik Dalam konsep ini, laba terjadi hanya jika kapasitas produktif fisik perusahaan pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode, juga setelah dikurangi dampak transaksi dengan pemilik. Konsep ini mengharuskan aktiva produktif (persediaan, gedung, dan peralatan) dinilai pada biaya saat ini (current cost). Modal produktiif terpelihara hanya jika nil ai sekarang dari aktiva modal dipelihara. Earnings diukur berdasarkan akuntansi akrual, tujuan utama akuntansi akrual adalah pengukuran laba. Dua proses utama dalam pengukuran earnings adalah pengakuan pendapatan dan pengaitan beban. Pengakuan pendapatan (revenue recognition) adalah titik awal pengukuran laba. Dua kondisi wajib untuk dapat diakui adalah bahwa pendapatan harus: 1. Telah atau dapat di realisasi (realized or realizable) Untuk dapat diakui, suatu perusahaan harus telah mendapatkan kas atau komitmen andal untuk mendapatkan kas, sepertipiutang yang sah. 2. Telah dihasilkan (earned) Perusahaan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pembeli, yaitu proses perolehan laba harus telah selesai. Ketika pendapatan telah diakui, biaya yang berhubungan dikaitkan dengan pendapatan atau pengaitan beban (expense matching) untuk menghitung earnings. Beban diakui saat terjadinya ekonomi yang terkait, bukan saat keluarnya kas.

Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu. Laba kotor (gross profit) yang disebut juga margin kotor (gross margin) merupakan selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Laba kotor mengindikasikan seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya. Indikator ini tidak relevan khususnya untuk perusahaan jasa dan tekhnologi, di mana biaya produksi hanyalah bagian kecil dari total biaya. Dalam penelitian ini, laba yang digunakan adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT), sebagaimana namanya, merupakan laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk bunga dan pajak penghasilan. Laba sebelum bunga dan pajak tidak termasuk dalam laba operasi yang merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya dan beban operasi. Laba bersih dari operasi berjalan merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. 3. Arus Kas Operasi Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI:2002) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi (cash flow from operation) merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai

unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait laba. Aktivitas operasi meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran di muka, utang dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi atau aktivitas pendanaan. Tabel 2.1 Aktivitas Operasi Kas diterima dari : Kas dikeluarkan untuk: 1. Penjualan barang atau jasa 1. pembelian persediaan, 2. Penjualan efek yang diperdagangkan 2. gaji dan upah, 3. Pendapatan bunga, 3. pajak, 4. Pendapatan dividen 4. beban bunga 5. beban lainnya 6. pembelian efek Sumber : Stice,Stice,Skousen (2004;320) Analisis arus kas operasi dapat dilakukan dengan menghitung free cash flow. Free cash flow adalah kas yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan perusahaan setelah dikurangi untuk pengeluaran pendanaan dan pengeluaran pemeliharaan modal. Pertumbuhan internal dan flexibilitas keuangan

perusahaan sangat tergantung pada jumlah free cash flow yang dimiliki perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005:55). Perhitungan free cash flow adalah sebagai berikut: FCF = Arus Kas Operasi (pengeluaran pemeliharaan modal + dividen) 4. Dividen a. Pengertian Menurut Dyckman et al (2001:439) dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit, sedangkan menurut Stice et al (2004:902) dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya disebut dividen tunai (cash dividend). Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai: 1. Laba ditahan yang mencukupi, 2. Kas yang memadai, 3. Tindakan formal dari dewan komisaris.

b. Jenis Dividen Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham terbagi dalam beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen tunai atau dividen kas. Jenis dividen menurut Dyckman (2001:439) adalah sebagai berikut: 1. Paling umum a. dividen tunai, yaitu distrisbusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya, b. properti, yaitu dividen dalam bentuk aktiva non kas, berupa sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau setiap aktiva non kas lainnya. c. dividen saham, yaitu distribusi proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada pemegang saham. 2. Khusus a. dividen likuidasi, yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan bukan modal ditahan, b. dividen skrip atau wesel, yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promes kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas. c. Prosedur Pembayaran Dividen Biasanya perusahaan membayar dividen secara kuartalan. Persetujuan akhir pembayaran dividen adalah dari dewan direksi. Setelah kebijakan dividen perusahaan telah disusun, beberapa rincian prosedur baru diatur. Menurut Keown, at al (2000:626) menyatakan bahwa ada beberapa prosedur yang ada dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut : 1. Tanggal Pencatatan Adalah tanggal yang ditetapkan oleh dewan direksi pada saat dividen diumumkan, dimana dilakukan pendaftaran para pemegang saham yang berhak menerima dividen. Apabila sesudah saham didaftarkan kemudian dijual maka pembeli tidak berhak menerima dividen yang dibagi itu karena nama yang terdaftar adalah pemegang saham lama. Saham yang dijual sesudah didaftarkan disebut stock ex dividends.

2. Tanggal Tanpa Dividen Adalah tanggal pertama dimana pembeli saham tidak berhak lagi untuk menerima dividen yang baru saja diumumkan. 3. Tanggal Penggunaan Adalah tanggal dimana dewan direksi mengumumkan jumlah dan tanggal pembayaran dividen berikutnya. 4. Tanggal pembayaran Adalah tanggal dimana perusahaan membayarkan dividen yang diumumkan. 5. Rencana Reinvestasi Dividen (Dividend Reinvestment Plan) Adalah pilihan rencana yang memungkinkan pemegang saham untuk menginvestasikan dividen yang diterimanya secara langsung dalam bentuk tambahan saham. d. Kebijakan Dividen Kebijakan pembagian dividen adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian laba akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan ditahan dalam perusahaan selanjutnya diinvestasikan kembali. Kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS). Kebijakan dividen penting bagi perusahaan dengan dua alasan, yaitu: 1. Pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. 2. Laba ditahan biasanya merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan.

Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa tetap (tidak mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan (ada kenaikan atau penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Menurut Gitosudarmo (1995:238), secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu stable dividend policy, fluctuating dividend policy, kombinasi stable dividend policy dan fluctuating dividend policy. 1. Stable Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi, besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran dividen akan diambilkan dari cadangan stabilisasi dividen. 2. Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau bisa dikatakan selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya. 3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif. e. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Keown et al (2000:621) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang meliputi hal-hal seperti di bawah ini:

1. Pembatasan Hukum Pembatasan hukum merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Pembatasan hukum dapat terbagi menjadi dua kategori. Pertama, pembatasan hukum menurut undang-undang dan kedua, pembatasan hukum karena kebijakan perusahaan itu sendiri untuk membatasi pembagian dividen saham biasa. 2. Posisi Likuiditas Posisi likuiditas menggambarkan seberapa banyak aset lancar yang tersedia. Guna memenuhi pembagian dividen dalam berbagai jenis dividen salah satunya adalah ketersediaan kas yang digunakan untuk membayar dividen kas kepada para investor. Ketersediaan kas mempunyai pengaruh yang penting dalam kebijakan membagikan dividen dalam bentuk kas selain posisi laba ditahan yang cukup besar. Hal itu didasari karena laba ditahan yang cukup besar kurang menjamin ketersediaan perusahaan untuk membayar dividen dalam bentuk kas jika kas yang tersedia kurang memadai. 3. Tidak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain Perusahaan besar relatif mempunyai pendanaan eksternal guna melakukan pembayaran dividen kas sedangkan pada perusahaan kecil pendanaan perusahaan hanya berasal dari pihak internal sehingga jika ketersediaan dana internal kurang memadai maka akan berdampak pada kebijakan dividen yang diambil. 4. Kemampuan peramalan laba Kemampuan peramalan laba menjadi salah satu faktor karena perusahaan yang mampu meramalkan pendapatnya pada masa yang akan datang relatif dapat meramalkan kebijakan dividen seperti apa yang akan diambil. Jika perusahaan mempunyai tren pendapatan yang stabil maka jumlah dividen dalam bentuk kas yang dibayarkan akan besar dan sebaliknya. 5. Kontrol kepemilikan Kontrol kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang diambil oleh suatu perusahaan, hal itu didasari dengan ketersediaan dana yang digunakan dalam perluasan perusahaan. Perusahaan yang relatif kecil, kontrol kepemilikan merupakan skala prioritas, hal ini berkaitan dengan perluasan perusahaan yang memerlukan dana yang besar. Jika perusahaan tidak mempunyai sumber pendanaan di luar perusahaan maka perusahaan akan menerbitkan utang guna mendanai perluasan tersebut. Selain itu dana juga didapat dari alokasi laba sehingga berdampak pada jumlah yang akan dibagikan dalam bentuk dividen.

6. Inflasi Inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Idealnya jika suatu aset tetap rusak dan usang, dana yang dihasilkan dari depresiasi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena dalam periode inflasi terjadi kenaikan harga maka untuk mengganti aset yang diperlukan dalam aktiva operasional perusahaan dibutuhkan pembatasan laba dan ini berarti pengurangan jumlah laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen. f. Indikator Kebijakan Deviden Indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan ada dua macam. Pertama, hasil dividen (dividend yield). Dividend yield adalah suatu rasio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagau berikut (Warsono, 2003:275) : Dividend yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi. Indikator kedua yang digunakan unyuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio atau DPR). DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia

bagi para pemegang saham biasa, dan secara sistematis dirumuskan sebagai berikut (Warsono,2003:275): DPR lebih populer digunakan sebagai indikator kebijakan dividen dibandingkan dengan dividend yield. 5. Pengaruh laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi terhadap deviden tunai. Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal. Tingkat keuntungan yang diharapkan para investor tentunya lebih besar daripada apabila mereka menanamkan dananya pada obligasi pemerintah atau tingkat bunga deposito. Rencana dividen yang akan dibagikan perusahaan tergantung kepada kebijakan deviden masingmasing perusahaan. Namun, pada umumnya dividen dibagikan dalam bentuk tunai. kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama. Beberapa perusahaan membayarkan dividen dengan jumlah yang berbeda-beda setiap tahunnya. Fenomena yang terjadi adakalanya saat laba yang diperoleh perusahaan menurun, dividen yang diberikan perusahaan justru lebih besar dari tahun sebelumnya. Laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas atau uang tunai tersedia dalam jumlah yang besar. Berdasarkan fenomena tersebut, laba sebelum bunga dan pajak juga dapat

mempengaruhi dividen yang diberikan perusahaan, hal ini dapat dilihat bahwa laba sebelum bunga dan pajak merupakan bagian dari laba tunai yang diperoleh dari jumlah arus kas dari aktivitas operasi yang terdapat dalam laporan arus kas, yang secara teori mempengaruhi dividen tunai. Faktor lain yang dapat dipertimbangkan pihak manajemen dalam menetapkan besarnya dividen tunai ialah arus kas. Sebagian para ahli menyebutkan bahwa arus kas mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu tahun setelah arus kas bermanfaat bagi pemegang saham. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa menganda;kan sumber pendapatan. Bagi perusahaan, arus kas adalah hal utama yang harus dipenuhi dan dijaga. Jangan sampai satu sisi perusahaan memberikan dividen dalam jumlah besar, sedangkan disisi lain menghadapi problem likuiditas di internal perusahaan,kondisi inilah yang harus dijaga oleh manajemen. Meskipun ada perusahaan yang berhasil mencatat laba cukup besar tapi enggan membagi dividen,hal itu biasanya dilakukan demi menjaga arus kas supaya tetap sehat, dan perusahaan tetap bisa menjalankan ekspansi usaha sesuai rencana. Oleh karena itu, arus kas perusahaan jangan sampai dikorbankan demi membayar dividen yang besar. Kondisi arus kas cukup menentukan dalam penentuan kebijakan dividen. Semakin kuat arus kas perusahaan, semakin

besar kemungkinan untuk membayar dividen dengan porsi tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Untuk menunjukkan pengaruh laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi terhadap dividen tunai, dapat dihitung dengan menggunakan rasio Quality of income dengan rumus : Quality of income = Arus kas operasi / laba sebelum bunga dan pajak Analisis quality of income menunjukkan varians antara arus kas dengan laba bersih, maka makin tinggi rasio maka makin tinggi kualitas laba karena makin besar bagian laba operasi yang direalisasikan dalam bentuk kas. Dengan demikian semakin besar juga dividen tunai perusahaan. Selain itu, menurut Pradhono (2004:140) untuk menganalisis kinerja laporan keuangan dengan menggunakan laporan arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan laporan laba-rugi sebagai alat analisis rasio. Salah atu diantara rasio laporan arus kas yang berhubungan terhadap pengaruh laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi terhadap dividen tunai adalah cash flow return on asset dengan rumus sebagai berikut:

B. Tinjauan Peneltian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. Peneliti (Tahun) 1 Dewi Natalia Sagala (2006) 2 Shahlan Habibi Siregar (2010) 3. Lintong S Sitanggang (2011) Variabel Penelitian Variabel Independen: Earnings, Arus kas operasi Variabel Dependen: Deviden Tunai Variabel Independen: Laba Akuntansi, Laba Tunai Variabel Dependen: Deviden Kas Variabel Independen: Laba bersih, Arus kas Variabel Dependen: Deviden Tunai Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel independen berpengaruh terhadap deviden tunai yang diterima oleh pemegang saham. Secara parsial earnings dan arus kas operasi berpengaruh terhadap deviden tunai yang diterima oleh pemegang saham tetapi earnings lebih berpengaruh signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba akuntansi dan laba tunai secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas. Laba akuntansi secara parsial berpengaruh terhadap dividen kas. Laba tunai secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividen kas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen berpengaruh positif terhadap dividen tunai secara bersama-sama, tetapi secara parsial laba bersih berpengaruh positif signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen tunai.

No. Peneliti (Tahun) 4. Surya Warni Sibarani (2011) Variabel Penelitian Variabel Independen: Laba Akuntansi, Arus kas Variabel Dependen: Deviden Tunai Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2013) Hasil Penelitian Penelitian ini menyimpulkan bahwa kedua variabel independen mempunyai hubungan yang signifikan dengan deviden tunai, tetapi yang mempunyai hubungan yang paling signifikan dan kuat adalah laba akuntansi. Sagala (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh earnings dan arus kas operasi terhadap dividen tunai yang diterima oleh pemegang saham. Sampel diambil dari perusahaan manufaktur Tbk di Bursa Efek Jakarta dengan periode penelitian dari tahun 2003-2005. Jumlah perusahaan yang digunakan sebanyak 34 perusahaan. Model statistik digunakan dalam penelitian ini untuk menguji tingkat signifikan rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel independen berpengaruh terhadap deviden tunai yang diterima oleh pemegang saham. Secara parsial earnings dan arus kas operasi berpengaruh terhadap deviden tunai yang diterima oleh pemegang saham tetapi earnings lebih berpengaruh signifikan. Siregar (2010) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas. Sampel diambil dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas (independent) yang digunakan adalah laba akuntansi dan laba tunai. Sampel dari penelitian ini adalah 8 perusahaan perbankan selama kurun waktu 2005-2008. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji

statistik menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta f-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan level of significance 5%. Hasil dari penelitian ini laba akuntansi dan laba tunai secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas. Sementara secara parsial hanya variabel laba akuntansi yang berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Sitanggang (2011) yang meneliti mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sampel terdiri dari 35 perusahaan dengan periode penelitian dari tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai. Secara parsial variabel laba bersih berpengaruh positif signifikan terhadap dividen tunai sedangkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen tunai. Sibarani (2011) melakukan penelitian tentang analisis hubungan laba akuntansi, arus kas operasi dengan deviden tunai pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan yang digunakan sebanyak 10 perusahaan dalam kurun waktu 2007-2009. Variabel independen yang digunakan adalah laba akuntansi dan arus kas operasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel independen mempunyai hubungan yang signifikan dengan deviden tunai, tetapi yang mempunyai hubungan yang paling signifikan dan kuat adalah laba akuntansi

C. Kerangka Konseptual Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Laba Sebelum Bunga dan pajak (X1) H1 H3 Dividen Tunai (Y) Arus Kas Operasi (X2) H2 Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa Laba Sebelum Bunga dan Pajak (X 1 ) dan Arus Kas Operasi (X 2 ) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Diveden Tunai. Naik turunnya nilai Laba sebelum bunga dan pajak dan Arus kas operasi akan mempengaruhi Deviden tunai yang akan dibayarkan. Arus kas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Pengembalian laba kepada pemegang saham/ekuitas dalam bentuk dividen untuk periode bersangkutan atau untuk laba ditahan (return earnings) dapat dicerminkan oleh Laba.

D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan pada bagian terdahulu maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Laba sebelum bunga dan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai. H2: Arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai. H3: Laba sebelum bunga dan pajak dan arus kas operasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.