BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

EFEKTIFITAS RELAKSASI NAPAS DALAM DAN DISTRAKSI DENGAN LATIHAN 5 JARI TERHADAP NYERI POST LAPARATOMI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

BAB I PENDAHULUAN. baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu sensori

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dengan prioritas utama pada upaya peningkatan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. asli ke perifer dan menjadi kaspul bedah (Rahardjo, 1995). Benigna Prostat

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

Clinical Science Session Pain

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian. jiwa setiap tahun (Ayude, 2009). Tingginya AKI di Indonesia yaitu

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPON TERHADAP NYERI PASIEN POST OPERASI MAYOR DI IRNA BEDAH RSUP. Dr. DJAMIL PADANG 2014.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

TERAPI INMAJINASI TERBIMBING MENURUNKAN NYERI PADA PASIEN SECTIO CESAREAN TERAPHY GUIDED IMAGERY DECREASING PAIN TO PATIENT WITH SECTIO CESAREAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

Transkripsi:

15 Bibliography : 35 (2002-2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian yang ingin ditangani ditampilkan, dilakukan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidayat, 2010). Pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan, dilakukan di ruamg operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan dengan persiapan, prosedur dan perawatan paska pembedahan yang membutuhkan waktu lebih lama serta pemantauan yang lebih intensif (Smeltzer & Bare, 2010). Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus halus, inflamasi usus kronis dan peritonitis (Sjamsuhidajat, 2010).

16 Setiap pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan trauma bagi pasien. Salah satu yang sering dikeluhkan klien adalah nyeri. Nyeri yang ditimbulkan oleh operasi biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan (Christine, 2008). Hal ini didukung dengan penelitian Nurhafizah (2012) terhadap pasien paska laparatomi di RSUP H. Adam Malik Medan yang diteliti pada 54 orang pasien dimana rata-rata pasien mengalami nyeri, diperoleh 22,2% pasien dengan intensitas nyeri ringan, 57,4% merasakan intensitas nyeri sedang dan 20,4% merasakan intensitas nyeri berat. Nyeri merupakan masalah utama dalam perawatan paska operasi dimana nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh dimana rasa nyeri timbul bila ada kerusakan jaringan dan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton,1997 dikutip dari Andarmoyo,2008). Sedangkan menurut International for the Study of Pain (1990 dikutip dalam Oman,2008) nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Smeltzer & Bare, 2010). Nyeri pada laparatomi merupakan nyeri akut yang memiliki awitan cepat dan berlangsung dalam waktu singkat yang terjadi karena adanya luka insisi bekas pembedahan yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri (Potter & Perry, 2010). Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran pasien kembali penuh dan semakin meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh anestesi. Nyeri pada laparatomi sering ditemukan dalam tingkat nyeri berat dan sedang karena rusaknya integument, jaringan otot, vascular dan menimbulkan efek nyeri yang lebih lama pada masa pemulihan (Williams & Kentor, 2003). Nyeri merupakan salah satu elemen pada paska pembedahan yang bisa meningkatkan level hormon stress seperti adrenokortikotropin, kortisol, katekolamin dan

17 interleukin, dan secara simultan menurunkan pelepasan insulin dan fibrinolisis yang akan memperlambat proses penyembuhan luka paska pembedahan (Williams & Kentor, 2003). Respon tubuh terhadap nyeri paska pembedahan tidak hanya menurunkan metabolisme berbagai jaringan ditubuh, tetapi juga dapat menyebabkan koagulasi darah meningkat, retensi cairan, gangguan tidur, hingga dampak ke prilaku dan lamanya hari rawat di rumah sakit yang memanjang (Smeltzer & Bare, 2010). Efektivitas dari pereda rasa nyeri paska operasi sangat penting untuk menjadi pertimbangan tenaga kesehatan dalam perawatan pasien yang menjalani operasi. Diharapkan tim peranan pemberi layanan kesehatan sangat penting untuk meminimalkan efek-efek samping dari nyeri paska operasi. Dengan adanya manajemen nyeri paska operasi yang baik, maka keadaan fisiologis pasien pun akan menjadi lebih baik. Manajemen nyeri yang baik tidak hanya membantu penyembuhan paska operasi secara lebih signifikan sehingga pasien dapat pulang lebih cepat tetapi juga dapat mengurangi terjadinya chronic pain syndrome (Putri, 2009 dikutip dari Megawati, 2010). Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien. Manajemen nyeri yang tepat haruslah mencakup penanganan secara keseluruhan, tidak hanya terbatas pada pendekatan farmakologi saja, karena nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan tanggapan individu terhadap dirinya. Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan non farmakologi ( Smeltzer & Bare, 2010). Tekhnik farmakologi merupakan tindakan kolaborasi antara perawat dan dokter yang menekankan pada pemberian obat yang efektif untuk menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat dan berlangsung lama (Smeltzer & Bare, 2010). Pemberian analgetik dan obat tidur bisa juga diberikan untuk mengurangi nyeri. Namun pemakaian

18 yang berlebihan mempunyai efek samping kecanduan dan dapat membahayakan pemakainya bila over dosis ( Kemp, 2010). Metode pereda nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan mandiri perawat untuk mengurangi intensitas nyeri sampai dengan tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien (Potter & Perry, 2010). Sekarang telah banyak dikembangkan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri paska operasi seperti teknik relaksasi dan distraksi (Kristine, 2006). Teknik relaksasi bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan rileks pada pasien, dapat mengurangi intensitas nyeri, serta dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah (Demir, 2012). Sedangkan distraksi merupakan teknik memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dan merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang di tranmisikan ke otak (Smeltzer & Bare, 2010). Terapi relaksasi merupakan suatu teknik yang berkaitan dengan tingkah laku manusia dan efektif dalam mengatasi nyeri akut terutama rasa nyeri akibat prosedur diagnostik dan pembedahan. Biasanya membutuhkan waktu 5-10 menit pelatihan sebelum pasien dapt meminimalkan nyeri secara efektif. Dimana tujuan pokok dari relaksasi adalah membantu pasien menjadi rileks dan memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri dan yang meningkatkan nyeri (Smeltzer & Bare, 2010). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meurunkan nyeri paska operasi. Ini disebabkan oleh karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri paska operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tersebut agar efektif. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Roykulcharoen and

19 Good (2004) terhadap pengaruh teknik relaksasi sistematis yang merupakan kombinasi dari distraksi dan terapi kognitif yang terdiri dari relaksasi otot progresif, autogenic dan nafas dalam yang dilakukan pada pasien paska pembedahan abdomen melaporkan bahwa teknik relaksasi tersebut efektif dalam penurunan nyeri pada pasien paska pembedahan abdomen. Dimana dilakukan dengan posisi nyaman ditempat tidur dan mata tertutup serta fokus pada sensasi yang bisa menimbulkan relaksasi, dilakukan setelah pembedahan dengan durasi 15 menit setelah masa pemulihan disaat ambulasi pertama kali (Kwekkeboom & Gretarsdottir, 2007) Loei (2009) mengatakan bahwa didalam tubuh manusia mempunyai analgesik natural yaiti endhorphin. Endorphin adalah neuro hormone yang berkaitan dengan sensasi yang menyenangkan. Saat endorphin dikeluarkan oleh otak dapat mengurangi nyeri dan mengaktifkan system parasimpatik untuk relaksasi tubuh dan menurunkan tekanan darah, respirasi dan nadi (Novita, 2012). Salah satu intevensi mandiri perawat yang dapat mengaktifkan system parasimpatik oleh otak yaitu dengan teknik relaksasi lima jari. Dimana relaksasi lima jari ini suatu proses yang menggunakan fikiran dengan menggerakkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau rileks melalui komunikasi dalam tubuh yang melibatkan semua indera meliputi sentuhan, penciuman, penglihatan, pendengaran (Davis, M, 2008 dikutip dari Widyanti, 2013) Teknik ini sangat bermanfaat dalam mengurangi intensitas nyeri karena dengan bantuan imajinasi maka pasien akan membentuk bayangan yang akan diterima sebagai rangsangan oleh berbagai indra sehingga akan terbentuk suatu bayangan yang indah dan perasaan akan tenang sehingga dapat membuat pasien tidak fokus merasakan nyeri. Ketegangan otot dan ketidaknyamanan akan dikeluarkan dan menyebabkan tubuh menjadi rileks dan nyaman (Smeltzer & Bare, 2010).

20 Relaksasi lima jari ini dilakukan pada pasien yang tidak bergantung lagi pada obat analgetik sehingga dapat diketahui efektifitasnya. Dimana sangat baik untuk mengurangi intensitas nyeri akibat luka operasi laparatomi serta dapat meningkatkan aktifitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal memenuhi kebutuhan harian tanpa bergantung pada analgetik (Potter & Perry, 2010). Adapun pedoman relaksasi lima jari ini yaitu dengan menarik nafas dalam menutup mata dan menyuruh pasien untuk menyentuhkan ibu jari ke telunjuk dan secara berganti kejari yang lainnya sambil membayangkan hal-hal yang menyenangkan bersama orang-orang yang dicintai (Keliat, 2006). Dengan relaksasi lima jari ini dapat mengaktivasi saraf parasimpatis sehingga mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologi seperti menurunkan tekanan darah, nadi, respirasi serta dapat juga menurunkan intensitas nyeri (Potter & Perry, 2010). Teknik relaksasi lima jari yang merupakan kegiatan individu membuat bayangan menyenangkan, dan mengkonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsurangsur membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri (Tamsuri, 2007). Kegiatan ini merupakan upaya pengalihan perhatian yang dapat menurunkan nadi, tekanan darah dan pernafasan, adanya penurunan ketegangan otot dan kecepatan metabolisme serta ada perasaan damai, sejahtera dan santai (Muttaqin, 2008). Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorphin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang (Tamsuri, 2007). Individu dengan kadar endorphin yang lebih banyak didalam tubuhnya, maka akan lebih sedikit merasakan nyeri (Dossey, 2011). Banyak klien mengalami efek rileks dari teknik dengan berimajinasi saat pertama kali mereka mencobanya (Smeltzer & Bare, 2010). Keberhasilan relaksasi lima jari dalam menurunkan intensitas nyeri telah dibuktikan oleh Rahayu (2010) dalam penelitiannya terhadap nyeri kepala pada pasien dengan cedera kepala ringan. Relaksasi lima jari juga berhasil menurunkan adaptasi skala

21 nyeri pada pasien kala 1 fase laten ibu primipara Di Ruang Kebidanan RS Dr Rasyidin Padang (Ratnawati, 2012). Menurut Laporan Kementrian Kesehatan 2011, tindakan bedah menempati urutan ke 10 dari 50 pertama pola penyakit di rumah sakit se Indonesia dengan persentase 15,7% yang diperkirakan 45% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi. Dari data rekam medik RS Dr M. Djamil Padang tahun 2012 diperoleh data rata rata 22 tindakan pembedahan laparatomi dilakukan setiap bulannya. Hal tersebut menjadikan kasus bedah laparatomi menempati urutan ke-5 tindakan dari 40 pertama tindakan terbanyak yang dilakukan di RS Dr.M.Djamil Padang. Data rekam medik RS Dr M.Djamil Padang dari bulan Januari Agustus 2013 ada 208 pasien laparatomi dimana rata- rata perbulannya di ruang bedah ada 25 kasus bedah laparatomi, baik itu operasi elektif atau operasi cyto dari IGD. Berdasarkan survei awal sebelumnya selama bahwa ada 7 orang yang dirawat di ruang bedah didapatkan 5 orang mengalami nyeri hebat, 2 orang mengalami nyeri sedang. Pasien yang selesai menjalani tindakan pembedahan keseluruhan mendapatkan terapi analgetik berupa suntikan. Dari hasil wawancara peneliti dengan pasien, secara umum mereka masih mengeluhkan nyeri pada luka operasi sesudah diberikan 2-3 jam pemberian obat penghilang sakit berupa suntikan sesuai dengan dosis yang dituliskan dokter. Hal ini ditambah dengan pemasangan alat-alat medis berupa infus, Naso gastric Tube serta drain pada luka operasi yang menyebabkan rasa nyeri kalau dibawa bergerak dan menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada perawat, pelaksanaan tindakan nonfarmakologi dalam mengatasi nyeri paska operasi dilapangan belum sepenuhnya dilakukan perawat karena jumlah pasien rawat inap yang

22 terlalu banyak dan perawat hanya menjalankan terapi yang sudah diatur oleh dokter sehingga tindakan perawatan mandiri perawat belum dapat dilakukan dengan maksimal. Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengaplikasikan secara langsung teknik relaksasi lima jari terhadap intensitas nyeri pada pasien paska operasi laparatomi di Irna Bedah RS Dr.M.Djamil Padang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Apakah ada pengaruh relaksasi lima jari terhadap intensitas nyeri pada pasien paska laparatomi di ruangan bedah RS Dr.M.Djamil Padang tahun 2013? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh relaksasi lima jari terhadap intensitas nyeri pada pasien paska laparatomi di ruangan bedah RS Dr.M.Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi intensitas nyeri sebelum diberikan relaksasi lima jari terhadap pasien paska laparatomi di Ruang Bedah RS Dr.M.Djamil Padang Tahun 2013. b. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi intensitas nyeri sesudah diberikan relaksasi lima jari terhadap pasien paska laparatomi di Ruang Bedah RS Dr.M.Djamil Padang tahun 2013.

23 c. Mengetahui pengaruh teknik relaksasi lima jari terhadap intensitas nyeri pada pasien paska laparatomi di Ruang Bedah RS Dr.M.Djamil Padang tahun 2013. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Institusi Rumah Sakit Dapat memberikan masukan perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan pada pasien dalam peningkatan kualitas pelayanan, khususnya dalam pemberian relaksasi lima jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien paska laparatomi. b. Bagi Pasien Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dalam mengatasi masalah nyeri paska operasi sehingga meminimalkan penggunaan terapi analgetik c. Bagi penelitian Dapat memberikan referensi tentang teknik non farmakologi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penurunan intensitas nyeri paska operasi laparatomi.