Setiawan B, Soleha TU, Rukmono P. Medical Faculty of Lampung University

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan

25 Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Promotion Title MRSA DAN VRSA PADA PARAMEDIS RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

IDENTIFIKASI BAKTERI OXACILLIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (ORSA)

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB IV METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan : Cara Kerja :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada

BAB IV METODE PENELITIAN. 1. Pengambilan data berupa sampel swab nasofaring dan kuesioner diadakan di

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung,

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Post test only control group design (Marczyk dkk., 2005). Bagan rancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

ABSTRACT. Key words : sensitivity, nosocomial infections, measurement of the inhibitory zones ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP : MUNGUNTHANII KRISHNAMOORTHY. Tempat / Tanggal lahir : SELANGOR/ 15 DISEMBER 1992

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik.

BAB 4 METODE PE ELITIA

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN POPULASI BAKTERI PADA CHEST PIECE STETOSKOP DI RUANGAN ICU DAN HCU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP MEROPENEM

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

THE EFFECTIVENESS COMPARATION OF ANTISEPTICS BASED ON COEFFICIENT PHENOL BY PLACEMENT IN RSUD YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IDENTIFICATION OF Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) IN CLINICIANS AND PARAMEDICS IN THE PERINATOLOGY AND OBSTETRIC GINECOLOGIC ROOM OF ABDUL MOELOEK REGIONAL HOSPITAL Setiawan B, Soleha TU, Rukmono P. Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT The incidence of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) are increasing in the world. Neonatal and obstetric gynecology room have high potency of MRSA incidence. This research is aimed to know the present of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) in the clinicians and paramedics in perinatology and obstetric gynecologic room of the Abdul Moeloek Regional Hospital. Samples are the hand swab from 68 clinicians and paramedics. The Staphylococcus aureus positive culture are grown in the sheep blood agar that has cefoxitin disk, after that, we can assessed the resistance. From 68 samples, there are Staphylococcus aureus positive samples are 46 samples (67,7%). From 46 Staphylococcus aureus positive samples, there are 15 samples (32,6%) of MRSA positive. From 15 samples of MRSA positive, 10 samples (60,7%) are origins from perinatology room, and other 5 samples (29,3%) are origins from obstetric-gynecology room. Based on the results, we know that, there are MRSA positive in clinicians and paramedics in Abdul Moeloek Regional Hospital. Key words : Clinicians, Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Paramedics IDENTIFIKASI Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG PERINATOLOGI DAN RUANG OBSTETRIK GINEKOLOGIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK ABSTRAK Insiden infeksi Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) terus meningkat di berbagai belahan dunia. Ruang neonatal dan obstetrik-ginekologi adalah area yang memiliki resiko cukup tinggi untuk terjadinya MRSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya MRSA pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan ruang obstetrik-ginekologik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM). Sampel berasal dari swab tangan tenaga medis dan paramedis. Kultur positif Staphylococcus aureus ditanam pada media Agar Darah Domba (ADD) yang diletakkan cakram cefoxitin, kemudian dinilai resistensinya. Dari 68 sampel didapatkan sampel yang terdapat bakteri Staphylococcus aureus berjumlah 46 sampel (67,7%). Berdasarkan 46 sampel yang terdapat Staphylococcus aureus, 15 sampel (32,6%) positif MRSA. Sebanyak 10 sampel (60,7%) positif MRSA berasal dari ruang perinatologi, sedangkan 5 sampel (29,3%) lainnya berasal dari ruang perawatan obstetrik-ginekologi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada MRSA positif pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan obstetrik-ginekologi RSUDAM. Kata kunci : Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Paramedis, Tenaga Medis, 38

PENDAHULUAN Pada beberapa dekade belakangan, insiden infeksi Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) terus meningkat di berbagai belahan dunia. MRSA adalah bakteri Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik jenis Methicillin. Lebih dari separuh infeksi terkait Staphylococcus aureus di pusat pusat kesehatan disebabkan oleh MRSA. Penyakit yang biasanya disebabkan oleh infeksi MRSA antara lain pneumonia, bakteremia atau septicemia, selulitis, endokarditis, meningitis dan osteomyeletis. Ruang neonatal dan obstetrik-ginekologi adalah area yang memiliki resiko cukup tinggi untuk terjadinya MRSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Methicillin- Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan ruang obstetrik-ginekologik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan di di ruang perinatologi dan obsetrik dan ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek dan pemeriksaan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan provinsi lampung selama satu bulan. Populasi pada penelitian ini adalah tenaga medis dan paramedis yang bekerja di ruang ruang perinatologi dan ruang obsetrik dan ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek. Sampel berasal dari swab tangan tenaga medis dan paramedis yang dibagi menjadi dua, yaitu 34 sampel berasal dari ruang perinatologi dan 34 sampel berasal dari ruang obsetrik dan ginekologi. Sampel penelitian ini berasal dari tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan obsetrik dan ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek. Penelitian dilakukan dengan pengambilan dan isolasi spesimen dilanjutkan dengan kultur. Sebelumnya dilakukan sterilisasi alat dan pembuatan media Mannitol Salt Agar (MSA) dan agar darah domba (ADD). 39

1. Pengambilan dan isolasi spesimen Staphylococcus aureus Isolat diambil dengan cara swab pada telapak tangan dan sela jari dengan menggunakan lidi kapas steril yang telah dibasahi dengan nutrient broth. Isolat diambil dari kedua tangan kemudian ditanam pada media nutrient agar, diinkubasi pada suhu 37º C selama 24 jam. 2. Pengukuran Sensitivitas Antibiotik a. Setelah terdapat pertumbuhan koloni pada nutrient agar maka dengan menggunakan ose bulat, koloni ditanamkan pada media Manitol Salt Agar (MSA) kemudian didiamkan 2-5 menit agar bakteri meresap ke dalam media. Setelah itu kultur diinkubasi pada suhu 37 C selama 24-48 jam. Kemudian diperhatikan perubahan warna yang terjadi pada media. Apabila media berubah menjadi kuning, maka bakteri tersebut dapat tumbuh dalam suasana garam serta dapat memfermentasikan manitol. Perubahan warna pada media menandakan bakteri tersebut adalah Staphylococcus aureus. b. Kultur positif Staphylococcus aureus ditanamkan kembali pada media nutrient broth dan diinkubasi selama 6 jam atau lebih sampai kekeruhannya sama dengan larutan Mc. Farland 0,5. Kemudian ditanam pada media Agar Darah Domba (ADD). c. Cakram cefoxitin diletakkan pada kultur media Agar Darah Domba dengan menggunakan pinset. Jarak antara cakram satu dengan yang lain ±15 mm sehingga didapatkan kontak yang baik antara cakram obat dengan bakteri, kemudian di inkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. d. Zona hambat yang terbentuk disekitar cakram antibiotika diukur menggunakan penggaris dengan memakai satuan mm. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : lemari pengeram (inkubator), autoklaf, pinset, Bunsen, cawan petri, lidi kapas steril, tabung reaksi, ose, serta peralatan lain yang lazim digunakan di laboratorium mikrobiologi. 40

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Isolat bakteri swab tangan dari tenaga medis dan paramedis yang berada di Perinatologi dan Ruang obsetrik dan ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, cakram Antibiotik cefoxitin 30 µg, media Mannitol Salt Agar (MSA) dan media Agar Darah Domba (ADD). HASIL Diperoleh data hasil penelitian seperti digambarkan pada tabel 1. Tabel 1. Gambaran bakteri hasil isolat pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan ruang obstetrik-ginekologi RSUDAM. No Jenis Bakteri Jumlah Persentase 1 Staphylococcus aureus 46 32,3% 2 Non Staphylococcus aureus 22 67,7% Pada penelitian didapatkan 22 sampel (32,3%) bakteri non Staphylococcus aureus dari hasil negatif pada media Mannitol Salt Agar (MSA), yaitu didapatkan adanya pertumbuhan koloni, namun tidak terjadi adanya perubahan warna media yang sebelumnya berwarna merah menjadi kuning, dan ciri-ciri koloni pada media berwarna merah muda Pada media Agar Darah Domba (ADD) terdapat koloni yang berwarna keabu-abuan dan semua isolat bakteri baik Staphylococcus aureus dilakukan tes sensitivitas antibiotik menggunakan cakram cefoxitin 30 µg. Dari 46 sampel yang terdapat Staphylococcus aureus, 15 sampel (32,6%) positif MRSA dan 31 sampel (67,4%) sensitif terhadap antibiotik cefoxitin 30 µg hal ini digambarkan pada tabel 2. Tabel 2. Gambaran bakteri Staphylococcus aureus hasil isolat pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan ruang obstetrik-ginekologi RSUDAM. No Interpretasi Jumlah Persentase 1 Resisten 15 32,6% 2 Sensitif 31 67,4% 41

Hasil isolat di ruang perinatologi menunjukkan persentase MRSA positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruang perawatan obstetrik ginekologi. Dari 34 sampel yang diambil di ruang Perinatologi, ditemukan 23 sampel (67,6%) bakteri Staphylococcus aureus dan 11 sampel (32,4%) bakteri non Staphylococcus aureus. Gambaran hasil isolat yang didapatkan dari 34 sampel yang diambil dari ruang perawatan obstetrik-ginekologi, menunjukkan ada 23 sampel (67,6%) yang ditemukan Staphylococcus aureus dan 11 sampel (32,4%) bakteri non Staphylococcus aureus. Gambaran hasil isolat kedua ruangan ini digambarkan pada tabel 3. Tabel 3. Gambaran hasil isolat pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan obstetrik ginekologi RSUDAM. No Jenis Bakteri Perinatologi Obstetri Ginekologi 1 Staphylococcus Aureus 32,4% 32,4% 2 Non Staphylococcus Aureus 67,6% 67,6% Dari 23 sampel Staphylococcus aureus yang ditemukan diruang perinatologi didapatkan 10 sampel (43,4%) positif MRSA dan 13 sampel (57,6%) Staphylococcus aureus sensitif terhadap cefoxitin. Dan dari 23 sampel Staphylococcus aureus yang ditemukan diruang obstetrik ginekologi didapatkan 5 sampel (21,7%) positif MRSA dan 18 sampel (78,3%) sensitif terhadap cefoxitin. Hasil ini digambarkan pada tabel 4. Staphylococcus aureus Tabel 4. Gambaran hasil uji sensitifitas antibiotik pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan obstetrik-ginekologi RSUDAM. No Interpretasi Perinatologi Obstetri Ginekologi 1 Methichillin Resistant 43,4% 21,7% Staphylococcus aureus (MRSA) 2 Senstif 57,6% 78,2% Berdasarkan hasil diatas, maka dari 68 sampel didapatkan 15 sampel (22,1%) positif Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), 31 sampel 42

(45,6%) sensitif terhadap antibiotik cefoxitin, 22 sampel (32,4%) didapatkan bakteri non Staphylococcus aureus. Tabel 5. Gambaran bakteri hasil isolat pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan ruang obstetrik ginekolgi RSUDAM. No Interpretasi Jumlah Persentase 1 Resisten 15 22,1% 2 Sensitif 31 45,6% 3 Non Staphylococcus aureus 22 32,4% PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, dari 68 sampel didapatkan 15 sampel (22,1%) positif Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), 31 sampel (45,6%) sensitif terhadap antibiotik cefoxitin, 22 sampel (32,4%) didapatkan bakteri non Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa presentasi MRSA di ruang perinatologi ( 43,4%) lebih tinggi dari ruang obstetrik ginekologi (21,7%). Hal ini sesuai dengan kepustakan berdasarkan Royal College of Nursing (RCN) membagi area resiko klinis transmisi MRSA menjadi 4 kategori. Dimana unit perinatologi masuk pada kategori resiko tinggi, dan ruang obstetri ginekologi masuk pada kategori resiko sedang. Berdasarkan pandemi resistensi antimikroba dilaporkan bahwa prevalensi MRSA di Rumah Sakit Atmajaya Jakarta pada tahun 2003 mencapai 47% dan insiden MRSA di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang mencapai 46% (Yuwono, 2010). Berdasarkan penelitian tersebut prevalensi MRSA pada ketiga ruangan di RSUDAM Lampung tergolong cukup rendah dibandingkan dengan prevalensi MRSA di rumah sakit lain di Indonesia. Faktor-faktor resiko terjadinya MRSA antara lain lingkungan, populasi, kontak olahraga, kebersihan individu, riwayat perawatan, riwayat operasi, riwayat infeksi dan penyakit, riwayat pengobatan, serta kondisi medis (Biantoro, 2008). 43

Menurut Wahyono faktor yang memberikan kontribusi sangat besar dalam meningkatkan kejadian MRSA adalah pengaruh dari penetapan dosis (90,4%), ketepatan pengobatan (90,2%), penyediaan antiseptik (84,9%), protap pemasangan kanula infus (74,6%) dan fasilitas cuci tangan (66.3%). Beberapa faktor tersebut juga terlihat pada ruang perinatologi dan obstetrik ginekologi RSUDAM, yaitu kurangnya penyediaan antiseptik, fasilitas cuci tangan, dan tidak digunakannya sarung tangan serta masker seperti pada standar prosedur rumah sakit.(mahmudah, 2010). Transmisi MRSA antar rumah sakit telah dilaporkan, dan individu sehat dengan koloni MRSA memiliki kecenderungan untuk terjadinya infeksi setelah melakukan tindakan medis di rumah sakit. Analisis genotip lebih lanjut pada isolat dari petugas kesehatan dan perbandingan dengan sampel klinis akan menghasilkan informasi penting tentang MRSA (Ahmed dkk, 2012). Berdasarkan beberapa penelitian di atas maka hasilnya memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan pada tenaga medis dan paramedis di RSUDAM bahwa didapatkan adanya MRSA yang positif sebesar 22,1% dari 68 sampel yang diambil dengan melakukan swab tangan. Walaupun angka tersebut tergolong sedikit lebih rendah dari angka prevalensi MRSA di indonesia, namun perlu dilakukan tindakan yang lebih lanjut oleh rumah sakit untuk menurunkan prevalensi MRSA sehingga dapat mengurangi terjadinya infeksi nosokomial. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa didapatkan MRSA pada tenaga medis dan paramedis di ruang perinatologi dan obstetrik ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek. Dari 68 sampel didapatkan sampel positif Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang berjumlah 15 sampel (22,1 %), 31 sampel (45,6%) sensitif, 22 sampel (32,4 %) Bakteri non Staphylococcus aureus. 44

DAFTAR PUSTAKA Ahmed MO, Elramalli AK, Amri SG, Abuzweda AR, Abouzeed YM, 2012. Isolation and screening of methicillin-resistant Staphylococcus aureus from health care workers in Libyan hospitals. J. of Eastern Mediterranean Health. 18(1):37-42. Biantoro I, 2008. Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). (Tesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hlm.21. Mahmudah R, 2013. Identifikasi Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada tenaga medis dan paramedic ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang perawatan bedah Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek. Hlm.54. Yuwono, 2010. Pandemi Resistensi Antimikroba: Belajar dari MRSA. J. of Kulit Kelamin. 42:(1) 2837-2850. 45