PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

dokumen-dokumen yang mirip
Setiawan B, Soleha TU, Rukmono P. Medical Faculty of Lampung University

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

Promotion Title MRSA DAN VRSA PADA PARAMEDIS RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN POPULASI BAKTERI PADA CHEST PIECE STETOSKOP DI RUANGAN ICU DAN HCU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP MEROPENEM

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

25 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

DAFTAR RIWAYAT HIDUP : MUNGUNTHANII KRISHNAMOORTHY. Tempat / Tanggal lahir : SELANGOR/ 15 DISEMBER 1992

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN MOTTO. HALAMAN PERSEMBAHAN. DEKLARASI.. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL.

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI BAKTERI OXACILLIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (ORSA)

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

DAYA HAMBAT EKSTRAK SABUT KELAPA (COCOS NUCIFERA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

ABSTRAK. Michael Jonathan, 2012; Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja, M.Si Pembimbing II: dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. nosokomial merupakan salah satu faktor penyabab kegagalan terapi di rumah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANT ARA RIW A Y AT TERAPI ANTIBIOTIK DENGAN TIMBULNY A MUL TIRESISTENSI FLORA NORMAL NARES ANTERIOR TERHADAP ANTIBIOTIK

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

ABSTRAK TINJAUAN SISTEM KESELAMATAN PASIEN PADA RS. X DIKABUPATEN CIREBON TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. 1. Pengambilan data berupa sampel swab nasofaring dan kuesioner diadakan di

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KEJADIAN KOLONISASI METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) PADA ACNE VULGARIS YANG TERINFEKSI Staphylococcus sp.

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram. positif yang dapat menyebabkan penyakit dengan

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

Transkripsi:

IDENTIFIKASI METHICILLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus (MRSA) PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK Raisa Mahmudah 1), dr. Tri Umiana Soleha, M. Kes 2), Dra. CN Ekowati, M. Si 2). Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 1), Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2). Email: raissamahmudah_016@ymail.com ABSTRAK Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri Staphylococcus aureus yang menjadi kebal atau resisten terhadap antibiotik jenis metisilin. MRSA mengalami resistensi karena perubahan genetik yang disebabkan oleh paparan terapi antibiotik yang tidak rasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persentase MRSA pada tenaga medis dan paramedis di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang perawatan bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan sampel sebanyak 68 responden yang menggunakan metode difusi agar. Sampel ditanam pada media Mannitol Salt Agar kemudian ditanam kembali pada media agar darah domba untuk dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotik cefoxitin 30 µg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat MRSA positif sebanyak 26 sampel (38,24%), 15 sampel (22,05%) sensitif, dan 20 sampel (29,41%) Staphylococcus sp., dan 7 sampel (10,3%) tidak didapatkan pertumbuhan koloni pada media Mannitol Salt Agar (MSA) dari 68 sampel yang diperiksa. Sampel positif MRSA terbanyak berasal dari ruang ICU yaitu 13 sampel, sedangkan dari ruang perawatan bedah 1 didapatkan 6 sampel, dan ruang perawatan bedah 2 didapatkan 7 sampel positif MRSA. Kata kunci : Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), rumah sakit, tenaga medis. 70 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

IDENTIFICATION METHICILLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus (MRSA) from HEALTH CARE WORKERS in the INTENSIVECARE UNIT (ICU) AND SURGICAL TREATMENT ROOM of ABDUL MOELOEK HOSPITAL Raisa Mahmudah 1), dr. Tri Umiana Soleha, M. Kes 2), Dra. CN Ekowati, M. Si 2). Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 1), Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2). Email: raissamahmudah_016@ymail.com ABSTRACT Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a Staphylococcus aureus that become insusceptible or resistant by metichillin antibiotic types. MRSA become resistant because of genetic changes that caused by exposure of irrational antibiotic therapy. The purpose of this study to determine the percentage of MRSA from health care workers in the intensive Care Unit (ICU) and surgical treatment room of Abdul Moeloek Hospital. This study is an experimental study with a sample of 68 respondents were using agar diffusion method. Samples were grown on mannitol salt agar medium then replanted on sheep blood agar media for sensitivity test by cefoxitin 30 µg. Results from 68 samples showed that there were 26 samples (38.24 %) MRSA positive, 15 samples (22.05%) sensitive, 20 samples (29.41%) Staphylococcus sp., and 7 samples (10.3%) not show colony growth on mannitol salt agar medium. Most MRSA positive samples came from the ICU in 13 samples, while the first room of surgical treatment obtained 6 samples, and a second surgical treatment room obtained 7 samples of MRSA positive. Then it can be concluded that there were MRSA from health care workers in the Intensive Care Unit (ICU) and surgical treatment room of Abdul Moeloek Hospital. Key words: Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), hospital, health care workers. Pendahuluan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik jenis metisilin. MRSA mengalami resistensi karena perubahan genetik yang disebabkan 71 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

oleh paparan terapi antibiotik yang tidak rasional. Transmisi bakteri berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya melalui alat medis yang tidak diperhatikan sterilitasnya. Transmisinya dapat pula melalui udara maupun fasilitas ruangan, misalnya selimut atau kain tempat tidur (Nurkusuma, 2009). Faktor-faktor resiko terjadinya MRSA antara lain lingkungan, populasi, kontak olahraga, kebersihan individu, riwayat perawatan, riwayat operasi, riwayat infeksi dan penyakit, riwayat pengobatan, serta kondisi medis (Biantoro, 2008). Pada beberapa dekade belakangan, insiden infeksi MRSA terus meningkat di berbagai belahan dunia. Di Asia, prevalensi infeksi MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia pada tahun 2006 prevalensinya berada pada angka 23,5% (Sulistyaningsih, 2010). Ditemukan adanya kejadian MRSA maupun infeksi luka operasi karena bakteri lainnya di rumah sakit besar di Indonesia termasuk di bangsal perawatan pasien bedah (Nurkusuma, 2009). Data dari Pusat Program Surveilans Antimikroba juga menunjukkan terjadinya peningkatan MRSA di antara Staphylococcus aureus yang diisolasikan dari pasien Intensive Care Unit (ICU) di seluruh dunia. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui persentase Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada tenaga medis dan paramedis di Ruang Intensive Care Unit (ICU) dan Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan metode difusi yang menggunakan media Agar Darah Domba (ADD) dan cakram cefoxitin serta menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan simple random sampling. Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah (Sastroasmoro, 2011): 72 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

n= n= n= n=68,035 n=68 Keterangan: n = Besar sampel Zα = Tingkat kemaknaan (ditetapkan: 1,96) P = Proporsi (dari pustaka: 0,23) Q = 1-P (1-0,23) d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan: 0,10) sampel pada penelitian ini diambil dengan cara swab hidung. Setelah dilakukan swab hidung, maka bakteri pada cotton swab ditanam pada nutrient agar dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah terjadi pertumbuhan pada media nutrient agar, maka koloni tersebut kembali ditanam pada media Mannitol Salt Agar (MSA) untuk mengidentifikasi Staphylococcus aureus. Kemudian setelah didapatkan Staphylococcus aureus pada media MSA, koloni bakteri ditanam pada media nutrient broth untuk melihat kekeruhan koloni yang disesuaikan dengan larutan Mc. Farland 0,5 sebelum dilakukan uji sensitivitas. Setelah kekeruhannya sama, maka isolat ditanam pada media agar darah domba dan dilakukan uji sensitivitas menggunakan cefoxitin 30 µg. Hasilnya akan terlihat diameter zona hambat yang disesuaikan dengan Clinical and Laboratory Standards International (CLSI). 73 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

Hasil dan Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang perawatan bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), maka dari 68 sampel didapatkan sampel positif Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang berjumlah 26 sampel (38,24%), 15 sampel (22,05%) sensitif, dan 20 sampel (29,41 %) Staphylococcus sp., dan 7 sampel (10,3%) tidak didapatkan pertumbuhan koloni pada media Mannitol Salt Agar (MSA). Gambar 1. Karakteristik Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Terhadap Cefoxitin 30 µg pada Tenaga Medis dan Paramedis di Ruang ICU dan Ruang Perawatan Bedah RSUDAM. Tabel 1. Karakteristik Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada Tenaga Medis dan Paramedis di Ruang ICU dan Ruang Perawatan Bedah RSUDAM. 74 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

No Ruang Tingkat Sensitivitas Staphylococcus aureus Resisten Sensitif Staphylococcus sp. Tidak ada Pertumbuhan Total 1 ICU 13 10 0 0 23 2 RPB 1 6 3 10 5 24 3 RPB 2 7 2 10 2 21 Ket: RPB = Ruang Perawatan Bedah ICU = Intensive Care Unit Tabel 1 menunjukkan karakteristik MRSA terhadap antibiotik cefoxitin 30 µg yang berbeda pada ruang ICU, ruang perawatan bedah 1, dan ruang perawatan bedah 2. Pada ruang ICU didapatkan 23 sampel dengan 13 sampel (57%) positif MRSA, 5 sampel (43%) sensitif terhadap antibiotik cefoxitin 30 µg. Hasil penelitian ini memiliki kesesuaian dengan penelitian Prof. Usman Chatib Warsa yang mengatakan bahwa bakteri multi-resisten seperti MRSA telah menginfeksi sekitar 40% dari pasien di ICU di Indonesia pada tahun 2009 (Indonesia Pharmaceuticals & Healthcare Report, 2010). Pada ruang perawatan bedah 1 dari 24 sampel didapatkan didapatkan 6 sampel (25%) positif MRSA, 3 sampel (12%) sensitif, dan didapatkan 10 sampel (42%) dengan hasil negatif pada media MSA, yang merupakan bakteri selain Staphylococcus aureus, dan 5 sampel (21%) yang tidak menunjukkan pertumbuhan pada media MSA. Pada ruang perawatan bedah 2 dari 21 sampel didapatkan 7 sampel (33%) positif MRSA, 2 sampel (9,5 %) sensitif, dan didapatkan 10 sampel (48%) dengan hasil negatif pada media MSA yang merupakan bakteri selain Staphylococcus aureus, serta 2 sampel (9,5%) yang tidak menunjukkan pertumbuhan pada media MSA. Didapatkannya hasil negatif pada media MSA menandakan bakteri yang tumbuh tidak dapat menggunakkan manitol sebagai sumber energi dan tidak menghasilkan asam. Media MSA merupakan media yang selektif untuk pertumbuhan Staphylococcus sp. sehingga koloni bakteri yang tumbuh dengan hasil negatif yang memiliki ciri-ciri koloni berwarna merah muda adalah Staphylococcus 75 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

epidermidis. Hal tersebut juga didukung dengan hasil pewarnaan gram dan Staphylococcus epidermidis juga merupakan flora normal yang terdapat di dalam hidung. Selain itu terdapat 7 sampel yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan pada media MSA yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain suhu, nutrisi, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa penelitian ruang perawatan bedah memiliki resiko yang cukup tinggi dalam penyebaran MRSA karena faktor riwayat operasi, riwayat infeksi, dan riwayat pengobatan pada pasien yang dapat menyebar kepada tenaga medis dan paramedis melakukan kontak dengan pasien MRSA. Selain itu juga perbedaan kebersihan ruangan antara ruang perawatan bedah 1 dan ruang perawatan bedah 2 merupakan salah satu faktor penting terjadinya penyebaran MRSA. Terdapatnya perbedaan karakteristik MRSA di ruang ICU dan kedua ruang perawatan bedah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kebersihan ruangan, kondisi ruangan, fasilitas di dalam ruangan, dan perbedaan karakteristik penyakit pasien yang dirawat pada masing-masing ruangan. Noviana melaporkan bahwa prevalensi MRSA di Rumah Sakit Atmajaya Jakarta pada tahun 2003 mencapai 47%. Insiden MRSA di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang mencapai 46% (Yuwono, 2010). Berdasarkan penelitian tersebut prevalensi MRSA pada ketiga ruangan di RSUDAM Lampung tergolong cukup rendah dibandingkan dengan prevalensi MRSA di rumah sakit lain di Indonesia. Menurut Wahyono faktor yang memberikan kontribusi sangat besar dalam meningkatkan kejadian MRSA adalah pengaruh dari penetapan dosis (90,4%), ketepatan pengobatan (90,2%), penyediaan antiseptik (84,9%), protap pemasangan kanula infus (74,6%) dan fasilitas cuci tangan (66.3%). Beberapa faktor tersebut juga terlihat pada ruang ICU dan ruang perawatan bedah RSUDAM, yaitu kurangnya penyediaan antiseptik, fasilitas cuci tangan, dan tidak 76 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

digunakannya sarung tangan serta masker seperti pada standar prosedur rumah sakit. Menurut direktur RSCM, program keselamatan pasien dilaksanakan sejak tahun 2008 yang termasuk didalamnya adalah protokol kebersihan tangan. Namun, hanya 20-40% dari pekerja rumah sakit yang melaksanakan prosedur keselamatan tersebut. Berdasarkan penelitian, strain tertentu dari Staphylococcus aureus memiliki kemampuan khusus untuk membentuk koloni pada staf rumah sakit. S. aureus berkoloni pada nares anterior dan beberapa bagian tubuh lain yang lembab. Nares anterior telah terbukti menjadi reservoir utama dari Staphylococcus aureus pada orang dewasa dan anak-anak yang juga berperan penting pada infeksi nosokomial yang didapat dalam berbagai populasi (Planta et al, 2012). Berdasarkan beberapa penelitian di atas maka hasilnya memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan pada tenaga medis dan paramedis di RSUDAM bahwa didapatkan adanya MRSA yang positif sebesar 38,24% dari 68 sampel yang diambil dengan melakukan swab hidung. Walaupun angka tersebut tergolong lebih rendah, namun perlu dilakukan tindakan yang lebih lanjut oleh rumah sakit untuk menurunkan prevalensi MRSA sehingga dapat mengurangi terjadinya infeksi nosokomial. Simpulan 1. Terdapat Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada tenaga medis dan paramedis di Ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang perawatan bedah. 2. Dari 68 sampel didapatkan 26 sampel (38,24 %), 15 sampel (22,05%) sensitif, dan 20 sampel (29,41 %) Staphylococcus sp., dan 7 sampel (10,3%) tidak didapatkan pertumbuhan koloni pada media Mannitol Salt Agar (MSA). Daftar Pustaka 77 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013

Healthcare system in Indonesia Pharmaceuticals and Healthcare Report Q3. 2010. 39 pp. London: BMI. Biantoro, I. 2008. Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). (Tesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 20 pp. Nurkusuma, D. 2009. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Metichillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada Kasus Infeksi Luka Pasca Operasi di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang. 28 pp. Planta, Pablito M., Armi Grace G. Laiño, MD, Ma. Noreen B. Alqueza, MD, Liza M. Gonzales, MD. 2012. Nasal Carriage of Staphylococcus aureus among Pediatric Health Care Workers in a Pediatric Intensive Care Unit. J. of PIDSP. 13:1 44-50. Sastroasmoro, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Keempat. Jakarta: Sagung Seto. Sulistyaningsih. 2010. Uji kepekaan beberapa sediaan antiseptic Terhadap bakteri staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA). (Tesis). Universitas Padjajaran. Bandung. 2pp. Wahyono, H. 2005. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Methicillin Resistant Staphlococcus aureus (MRSA) pada penderita dengan Bakteremia di ruang Perawatan Intensif (studi kasus di RS Dr. Hasan sadikin dan RS dr. Kariadi, Kajian Operasional Terpadu). (Tesis). Universitas Padjajaran. Bandung. 2pp. Yuwono. 2010. Pandemi Resistensi Antimikroba: Belajar dari MRSA. J. of Kulit Kelamin. 42:1 2837-2850. 78 Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013