BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan studi kasus kontrol. Penyetaraan matching dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Systemic Inflamatary Respons Syndrome-SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Risk Factors of Neonatal Sepsis at Perinatology Unit Sanglah General Public Hospital Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. 1. perkembangan, dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. PBB termasuk Indonesia sepakat untuk menghadapi Deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium Development Goals/MDGs (WHO,2008). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 terjadi 10 juta kematian neonatus setiap tahun dari 130 juta bayi yang lahir. Kematian anak pada tahun 2013 sebesar 4,6 juta (74% dari semua kematian balita), terjadi dalam tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi di wilayah Afrika sebesar 60 per 1000 Kelahiran Hidup (KH), lima kali lebih tinggi dari kawasan Eropa yaitu 11 per 1000 KH (WHO, 2013). Angka kematian bayi di dunia kini telah menurun dari tingkat estimasi 63 kematian per 1000 KH pada tahun 1990 menjadi 34 jiwa per 1000 KH pada tahun 2013. Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mendapatkan AKB di Indonesia sebesar 35 per 1000 KH. Hasil SDKI tahun 2012, dalam 5 tahun terakhir AKB sebesar 32 per 1000 sedangkan target AKB nasional tahun 2015 sebesar 23 per 1000 KH. Provinsi Bali tahun 2010 AKB sebesar 20 per 1000 KH dan tahun 2012 sebesar 29 per 1000 KH. Neonatus atau Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan lanjutan fase kehidupan janin intrauterine yang harus dapat bertahan dan beradaptasi untuk hidup di luar rahim (Kosim, 2014). Hidup di luar rahim bukan hal yang mudah, rentan menimbulkan komplikasi neonatal. Komplikasi tersebut yang sering terjadi adalah 1

asfiksia, tetanus, sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan sindroma gangguan pernapasan. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah asfiksia, prematur, sepsis, hipotermi dan postmatur (RISKESDAS 2007). Salah satu penyebab kematian tinggi pada bayi adalah sepsis (Fikawati, 2010). Menurut Maryland (1999) salah satu penyebab kematian neonatus di negara berkembang adalah infeksi yaitu sebesar 42%. Infeksi tersebut antara lain adalah sepsis yang merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala klinis dari Systemic Inflamatary Respons Syndrome (SIRS) terhadap proses infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit (Sukmawati, 2014). Kejadian sepis kurang dari 1% dari bayi yang baru lahir, tetapi menyumbang sampai 30% kematian dalam beberapa minggu pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatorum di dunia diperkirakan 1-10 kasus per 1000 KH. Angka kejadian sepsis neonatorum di negara maju 1-4 per 1000 KH, di Amerika Selatan dan Carribean sebesar 3,5-8,9 per 1000 KH. Insiden sepsis neonatal di Asia sekitar 7,1-38 kasus per 1000 KH, sedangkan di Asia Tenggara berkisar 2,1-16 per 1000 KH. Insiden sepsis masih cukup tinggi di negara berkembang yaitu 1,8-18 per 1000 KH. Insiden tentang sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia sebesar 1,5%-3,72% dengan angka kematian mencapai 37,09%-80%. Rata-rata insiden sepsis neonatus di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia sekitar 8,76-30,29%, rata-rata kematian tersebut 11,56-49,9%. Berdasarkan laporan pada bulan Januari-September 2005 di RS Cipto Mangunkusumo, insiden sepsis 13,38% dan

3 rata-rata kematian 14,8%. Rumah sakit rujukan lain adalah di Propinsi Bali yaitu RSUP Sanglah Denpasar tahun 2010 sebesar 5%, dengan tingkat kematian 30,4% yang artinya meski kejadian sepsis 5 per100 pasien dirawat tetapi memberikan angka kematian yang tinggi yaitu 30 dari 100 penderita yang dirawat (Mark & Robert,1997; Junara, 2010; Utomo, 2012). Berdasarkan laporan RSUP Sanglah, terdapat 458 kasus tersangka sepsis pada tahun 2008-2009 dengan prevalensi sepsis neonatorum selama tahun 2004 adalah 5,3% (Kardana, 2009). Berdasarkan data awal yang didapatkan dari laporan tahunan di RSUP Sanglah, selama hampir 2 tahun terakhir yaitu tahun 2013 dan 2014, didapatkan prevalensi sepsis neonatorum yang dirawat di ruang perinatologi sebesar 170 (15,8%) dan 225 (21,95%). Dalam hal pelayanan dan perawatan bayi baru lahir dengan sepsis neonatorum sampai sekarang masih menjadi suatu masalah yang belum terpecahkan. Hampir sebagian besar bayi baru lahir di negara berkembang yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis, selain morbiditas, mortalitas yang tinggi ditemukan pada penderita sepsis neonatus (Aminullah, 2014). Beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya sepsis neonatorum di rumah sakit telah diteliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan di luar negeri antara lain penelitian tentang faktor risiko dan prognosis sepsis neonatal di Meksiko Tenggara, penelitian di Alaska tentang faktor risiko sepsis neonatal dan kematian pneumonia pada bayi (Leal, dkk, 2012; Gesner, dkk, 2001). Penelitian di Indonesia antara lain penelitian Simbolon (2008) tentang faktor risiko sepsis pada bayi baru lahir di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong, didapatkan bahwa faktor risiko yang sering terjadi adalah jenis

kelamin bayi laki-laki berisiko dua kali dibandingkan bayi perempuan. Faktor risiko ibu adalah riwayat persalinan dengan tindakan berisiko dua kali dibandingakan yang tidak mendapat tindakan. Ibu dengan ketuban pecah dini tujuh kali berisiko dari ibu dengan tidak mengalami ketuban pecah dini. Menurut Pusponegoro (2000), faktor risiko sepsis neonatal adalah prematuritas dan berat lahir rendah, ketuban pecah dini (>18 jam), ibu demam pada masa postpartum atau ibu dengan infeksi, misalnya khorioamnionitis, infeksi saluran kencing, cairan ketuban hijau keruh dan berbau, tindakan resusitasi pada bayi baru lahir, kehamilan kembar, prosedur invasif, tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal, bayi dengan galaktosemi, terapi zat besi, perawatan di Neonatal Intensive Care U3 nit (NICU) yang terlalu lama, pemberian nutrisi parenteral, pemakaian antibiotik sebelumnya, dan jenis kelamin laki-laki. Faktor risiko sepsis neonatus tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor ibu antara lain keteraturan Ante Natal Care (ANC), terjadinya ketuban pecah dini dan faktor bayi diantaranya prematuritas, BBLR serta faktor lingkungan misalnya tempat persalinan, prosedur invasif yang dilakukan pada bayi. Penelitian Junara tahun 2010 mendapatkan bayi dengan berat lahir rendah berisiko 2,66 kali mengalami sepsis, sedangkan menurut Leal (2012), BBLR secara signifikan tidak berpengaruh terhadap terjadinya sepsis neonaturum baik pada onset lama maupun cepat. Penelitian Simbolon (2008) mendapatkan bayi lahir dengan bantuan tindakan seperti (ekstrasi cunam, vakum, seksio sesaria) berisiko mengalami sepsis neonatorum 2,142 kali dibandingkan bayi yang lahir normal, sedangkan

5 penelitian yang dilakukan oleh Kardana (2011), mendapatkan bayi lahir spontan dan tidak spontan tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian sepsis. Pada penelitian Carolus dkk (2014) mendapatkan apgar skor rendah tidak ada hubungan dengan sepis neonatorum, berbeda dengan Roeslani dkk (2013) mengatakan bahwa bayi dengan nilai apgar rendah berisiko empat kali mengalami sepsis neonatorum. Penelitian Simbolon (2008), di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong mendapatkan jenis kelamin bayi laki-laki berisiko dua kali dibandingkan bayi perempuan mengalami sepsis. Pada penelitian Sulistijono (2013) di RSU Dr. Saiful Anwar Malang mendapatkan jenis kelamin laki-laki hanya meningkatkan 1,2 kali dibandingkan jenis kelamin perempuan. Penelitian tentang sepsis neonataorum di Bali belum banyak dilakukan. Penelitian Junara (2010) di RSUP Sanglah mendapatkan selain berat lahir rendah, bayi yang lahir prematur berisiko 2,66 kali mengalami sepsis. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif menggambarkan besaran kejadian dan mengidentifikasi faktor-faktor (jenis kelamin, cara persalinan, asfiksia, usia kehamilan, berat lahir dan onset sepsis) yang berkaitan dengan kematian akibat sepsis. Penelitian ini sudah lama dilakukan yaitu tahun 2010, kecenderungan angka kejadian sepsis neonatorum di RSUP Sanglah pada tahun 2013 dan 2014 juga meningkat meskipun program-program sudah dilaksanakan. Program tersebut antara lain pemakaian alat pelindung diri, isolasi untuk pasien yang terbukti sepsis dan kluster untuk penempatan pasien serta cuci tangan untuk petugas dan ibu. Melihat hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang memengaruhi sepsis

neonatorum dengan menggunakan data sekunder tahun 2014 di RSUP Sanglah Denpasar. Berdasarkan permasalahan di atas dan kewaspadaan dini terhadap sepsis neonatorum, serta masih ada beberapa variabel yang masih kontroversi maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan rancangan kasus kontrol untuk mengetahui faktor risiko yang paling dominan dengan kejadian sepsis neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah. Penelitian ini juga akan memberikan informasi baru terkait faktor risiko sepsis neonatorum yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu variabel sumber rujukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pengembangan program menurunkan dan mencegah sepsis neonatorum terutama di fasilitas lanjutan. Dengan demikian maka peneliti merasa bahwa penelitian ini sangat penting untuk dilakukan. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah faktor sosiodemografi jenis kelamin bayi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu merupakan faktor risiko sepsis neonatorum? 1.2.2 Apakah faktor klinis suhu tubuh ibu, ketuban pecah dini, fetal distress, kondisi air ketuban, asfiksia, berat badan lahir, usia kehamilan, gemeli, tersangka keputihan, tersangka infeksi saluran kencing, gravida merupakan faktor risiko sepsis neonatorum?

7 1.2.3 Apakah faktor lingkungan kelas perawatan ibu, tempat melahirkan, penolong persalinan, cara persalinan, rujukan merupakan faktor risiko terhadap sepsis neonatorum? 1.2.4 Apakah faktor tindakan invasif pemasangan infus, pemakaian inkubator, pemeriksaan laboratorium, penggunaan O2 (Oksigen), penggunaan CPAP (Continous Positive Airway Pressure) merupakan faktor risiko terhadap sepsis neonatorum? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko sepsis neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar selama rawat inap pada tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Risiko faktor sosiodemografi jenis kelamin bayi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu terhadap sepsis neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar. 2. Risiko faktor klinis suhu tubuh ibu, ketuban pecah dini, korioamnionitis, fetal distress, kondisi air ketuban, asfiksia, berat badan lahir, usia kehamilan, gemeli, ibu tersangka keputihan, ibu tersangka infeksi saluran kencing,

gravida terhadap sepsis neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar. 3. Risiko faktor lingkungan kelas perawatan ibu, tempat melahirkan, penolong persalinan, cara persalinan, rujukan terhadap sepsis neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar. 4. Risiko faktor tindakan invasif pemasangan infus, pemakaian inkubator, pemeriksaan laboratorium, penggunaan O2, penggunaan CPAP terhadap sepsis neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar. 5. Faktor paling dominan berisiko terhadap sepsis neonatorum di ruang perinatologi RSUP Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan sumber data yang dapat digunakan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Sebagi masukan bagi penentu kebijakan dalam menentukan program untuk menurunkan angka kejadian sepsis neonatorum baik ditingkat dasar maupun tingkat lanjutan.

9 1.4.2.2 Bagi tenaga kesehatan dengan mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum di RSUP Sanglah, diharapkan dapat melakukan upaya preventif.