II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

I. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Representasi dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medus yang secara harfiah berarti tengah, perantara,

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

Kemampuan Membaca Teks Berita Dengan Menggunakan Model Cooperative Integrated Reading And Composition

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah bagian dari ilmu IPA. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur dan

INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PERINCIANNYA. Sub Kemampuan. Memfokuskan pertanyaan. Menganalisis argumen

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam perjalanan proses pendidikan, belajar merupakan hal yang utama. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. hasil belajar para siswanya agar dapat melakukan perbaikan-perbaikan agar hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hosnan, 2014). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Woolfolk (2009), pembelajaran adalah pendekatan umum yang melihat belajar sebagai sebuah proses mental aktif dalam memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, peserta didik, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar dalam memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Kostruktivis sebagai satu konsep yang banyak membicarakan masalah pembelajaran, diharapkan menjadi landasan intelektual untuk menyusun dan menganalisis problem pembelajaran dalam pergulatan dunia pendidikan. Pada konteks filsafat pendidikan, kostruktivisme merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata suasana hidup kebudayaan yang bercorak modern (Riyanto, 2012).

8 Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Sardiman, 2008). Bettencourt dalam Sardiman (2008) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Menurut Dahar (1996), dalam bunga rampai Membuka Masa depan Anak-anak Kita, dinyatakan bahwa sebagai filsafat belajar, kontruktivisme sudah terungkap dalam tulisan ahli filsafat Giambattista Vico tahun 1710, yang mengemukakan bahwa orang hanya dapat benar-benar memahami apa yang dikonstruksinya sendiri. Gagasan konstruksivisme yang ditetapkan dalam kelas dan perkembangan anak ini pertama kali dikembangkan oleh Piaget (Riyanto, 2012). Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan struktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi adalah penyusuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994). Berdasarkan hal tersebut pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, untuk menyelesaikan suatu masalah.

9 B. Efektivitas Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada: 1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar. 2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan). 3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.. Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008), menyatakan bahwa suatu pembelajaran akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir, dengan demikian dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Siswa yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.

10 C. Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran merupakan proses ilmiah. Pendekatan yang dapat digunakan dalam proses ilmiah adalah pendekatan saintifik. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Tim penyusun, 2013). Langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik mengamati beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut; 1. Ranah sikap mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa. 2. Ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana.. 3. Ranah pengetahuan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa. 4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

11 5. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Hosnan, 2014). Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini: Attitude/ Sikap (Tahu Mengapa) SkillKeteramp ilan (Tahu Bagaimana) Siswa Produktif Inovatif Kreatif Afektif Knowledge/ Pengetahuan (Tahu Apa) Gambar 1. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Hosnan, 2014) Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui langkah-langkah mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Hosnan, 2014).

12 Pendekatan saintifik mempunyai kriteria proses pembelajaran untuk mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara krirtis. Langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi (experimenting), menalar (associating) dan mengkomunikasikan (communicating) (Hosnan, 2014). 1. Mengamati (Observing) Kegiatan pertama pada pendekatan saintifik adalah pada langkah pembelajaran mengamati/ observing. Observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Pada kegiatan pembelajaran, siswa mengamati objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangakan adalah melatih kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi (Hosnan, 2014). 2. Menanya (Questioning) Kegiatan pembelajarannya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis. Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, bertanya dalam kegaiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa (Hosnan, 2014). 3. Mengumpulkan informasi (Experimenting) Kegiatan yang dilakukan adalah mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan (Tim Penyusun, 2014). Kegiatan pembelajarannya adalah melakuakn eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemapuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Eksperimen/ mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data

13 untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis (Hosnan, 2014). 4. Menalar (Associating) Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah menalar disini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasonsing (Hosnan, 2014). 5. Mengkomunikasikan (Communicating) Kegiatan yang dilakukan adalah siswa menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan (Tim Penyusun, 2014). Kegaiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tulisan atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemapuan berbahasa yang baik dan benar. Pada langkah ini, siswa mempersentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi (Hosnan, 2014). D. Keterampilan Berpikir Kritis Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir merupakan kegiatan penggabungan antar presepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran untuk menghasilkan pengetahuan. Menurut Presseisen (1988) berpikir dianggap suatu proses kognitif, suatu aktifitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Berpikir dapat terjadi pada seseorang apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar dan memalui berpikir inilah seseorang mengatasi masalah yang dihadapinya.

14 Salah satu berpikir tingkat kompleks yang digunakan dalam pembentukan konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia mencoba untuk membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria. Menurut Presseisen (1988) pengertian ini mengindikasikan bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman yang kreatif. Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau diputuskan. Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis yang disingkat menjadi FRISCO menurut Ennis (1985). Seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis No Unsur Keterangan 1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut. 2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir. 3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan 4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut

Tabel 1 (Lanjutan) 15 dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan. (Ennis, 1985) Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas keterampilan tersebut adalah: 1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen. 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang. 4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi. 11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan berpikir kritis siswa yang dilatih pada penelitian ini adalah keterampilan menyimpulkan, pada keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan subketerampilan yang dilatihkan adalah mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta dan mencari penjelasan yang mungkin (Ennis,1985). Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan

16 pengertian dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga dapat beranjak mencapai pengertian atau pengetuahuan yang baru (Salam dalam Jahro, 2010). E. Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan skema-skema terorganisasi untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Analisis konsep dimaksudkan untuk mengidentifikasi konsep-konsep esensial dalam topik-topik yang diajarkan, menyusun konsep secara hierarki serta mengenali sifat, atribut, kedudukan konsep, contoh dan non contoh. Konsep-konsep esensial yang sudah teridentifikasi dalam satu pokok bahasan, dapat dilihat keterampilannya melalui peta konsep (Suyanti, 2010). Menurut Herron dalam Suyanti (2010) konsep-konsep dapat dikelompokkan berdasarkan atribut-atribut konsep menjadi 6 kelompok, yaitu; 1. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat misalnya spektrum. 2. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contonya tidak dapat dilihat, misalnya atom dan molekul. 3. Konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat, misalnya unsur dan senyawa. 4. Konsep yang berdasarkan prinsip, misalnya mol, campuran, dan larutan. 5. Konsep yang melibatkan penggambaran simbol, misalnya lambang unsur dan rumus kimia. 6. Konsep yang menyatakan suatu sifat, misalnya elektropositif dan elektronegatif. 7. Konsep yang menunjukan atribut ukuran meliputi kg, g (ukuran massa) dan M, m, ph (ukuran konsentrasi)

20 Tabel 2. Analisis konsep materi larutan dan non- Label Definisi Konsep Jenis Atribut Konsep Contoh Non Contoh Konsep Konsep Kritis Variabel Superordin Koordinat Subordinat at (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Larutan Suatu campuran Konsep Jenis zat Campuran Suspensi gula Susu homogen dua macam zat tunggal Konkrit pelarut Jenis zat Koloid garam Campuran air dan atau lebih dengan nonelektroli terlarut non- HCl pasir bermacam-macam perbandingan NaOH komposisi dan asam memiliki sifat-sifat basa yang sama diseluruh garam bagiannya, dan mempunyai sifat penyangg dapat a mengahntarkan arus listrik () dan tidak dapat menghantarkan arus listrik (non) Larutan Larutan yang dapat menghantarkan Konsep Berdasar Jenis zat terlarut latrutan HCl 17

21 Lanjutan (Tabel 2) Larutan kaut Larutan lemah Larutan non listrik, yang dapat bersifat lemah dan kuat Larutan yang mengalami ionisasi sempurna sehingga dapat menghantarkan arus listrik dengan kuat Larutan yang mengalami ionisasi sebagian sehingga dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah Larutan yang tidak dapat mengantarkan arus listrik kan Prinsip Konsep Berdasar kan Prinsip Konsep Berdasar kan Prinsip Konsep Berdasar kan Prinsip kuat lemah Lemah Kuat non Konsentr asi larutan Kerapata n ion Konsentr asi larutan Kerapata n ion elktrolit non lemah kuat kuat lemah NaOH CH3COOH NH4OH H2SO4 NaCl NaOH asam cuka asam oksalat amonia hidroksida gula urea gula urea asam cuka amonia hidroksida H2SO4 NaCl NaOH HCl NH4OH 18

19 F. Kerangka Pemikiran Kegaiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, menggunakan langkahlangkah ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran mencakup: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Langkah awal pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah siswa mengamati (observing). Pada langkah ini siswa membaca suatu wacana tentang fungsi air aki yang digunakan pada kendaraan bermotor sebagai larutan, sehingga siswa akan terpacu berpikir dan mencetuskan banyak gagasan. Berdasarkan pengamatan, siswa akan menemukan hal-hal yang kurang mereka pahami, sehingga mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang larutan dan non. Langkah selanjutnya menanya (questionning), dimana siswa menuliskan hal-hal yang belum dipahami dalam bentuk pertanyaan. Langkah selanjutnya mengumpulkan informasi (experimenting). Pada langkah ini, siswa mengeksplorasi lebih lanjut mengenai hal-hal yang kurang mereka pahami, terlebih dahulu menentukan variabel percobaan, kemudian menentukan alat, bahan dan menentukan langkah percobaan uji daya hantar listrik larutan dan non, selanjutnya siswa melakukan percobaan dengan prosedur yang diberikan guru. Langkah berikutnya menalar (associating), pada langkah ini siswa menganalisis informasi /data yang diperoleh dari langkah mengumpulkan informasi maupun langkah mengamati untuk dapat mengemukakan banyak gagasannya dalam menganalisis informasi/ data maupun dalam menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan, dimana siswa dilatih keterampilan menginduksi dan

20 mempertimbangkan hasil induksi pada subketerampilan mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta dan mencari penjelasan yang mungin. Langkah terakhir mengkounikasikan (communicating), dimana siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas serta ditanggapi oleh kelompok lain. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan dan non, akan dapat meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi khususnya pada subketerampilan mencari penjelasan yang mungkin dan mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta. G. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Perbedaan n-gain keterampilan mencari penjelasan yang mungkin dan mengemukaan kesimpulan berdasarkan fakta siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar. 2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan keterampilan menyatakan secara historikal tentang hal-hal yang terjadi dan mengemukaan kesimpulan berdasarkan fakta pada kedua kelas diabaikan. H. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan dan non efektif dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.