BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa bank syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat (Yaya, dkk., 2012:54). Berdasarkan fungsi tersebut bank syariah kini mampu bersaing dengan lembaga keuangan lain dalam memberikan inovasi produk penyaluran dananya. Didalam menyalurkan dananya, bank syariah mengembangkan tiga model transaksi pembiayaan, yaitu: (1) jual beli, (2) bagi hasil/untung (3) sewa. Kemudian prinsip jual beli tersebut dikembangkan menjadi tiga bentuk pembiayaan, yaitu: (i) murabahah, (ii) salam dan salam paralel (iii) istishna dan istishna paralel ( Suwiknyo, 2010:17). Akan tetapi dari ketiga produk jual beli tersebut, produk dengan akad salam dan salam paralel belum dapat direalisasikan sampai saat ini. Sedangkan pada produk jual beli murabahah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun dan produk istishna mengalami penurunan setiap tahun. Produk jual beli dengan skema istishna adalah jual beli yang didasarkan atas penugasan oleh pembeli kepada penjual untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati (Yaya, dkk., 2012:62). Menurut Nurhayati dan Wasiah (2009:211) akad istishna digunakan untuk produk 1
2 manufaktur seperti konstruksi/ pembangunan rumah, gedung, mesin pengolah bio diesel, dan lain sebagainya. Bank berdasarkan pada prinsip syariah atau bank islam berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah/bank islam, seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi, yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Bedanya hanyalah bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga, tetapi berdasarkan prinsip syariah yaitu prinsip bagi hasil. Seperti bank konvensional bank syariah juga memberikan jasa-jasa perbankan islam yang terkait dengan jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh produk-produk perbankan syariah terkemas dalam salah satu yang menjadi ciri khas bank syariah ialah pembiayaan yang berbasis akad jual beli atau yang di sebut dengan Murabahah. Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Menurut Weston dan Copeland (1998), semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya.
3 Murabahah secara sederhana adalah suatu penjualan barang sehingga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang di sepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (Margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga peroleh di tambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga perolehan tersebut kepada pembeli. Pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau secara tangguh. Akad ini merupakan salah satu bentuk Natural Certainly Contract, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate profitnya. Menurut Sayyid Sabiq murabahah adalah akad jual beli yang di tambahkan keuntungan dan disebutkan pada saat akad. Berkembangnya bank syariah saat ini merupakan bukti bahwa ajaran agama islam juga juga bisa di terapkan dalam kegiatan perekonomian. Hal ini didukung dengan keunggulan sistem bank syariah yang menggunakan skema bagi hasil. Skema bagi hasil atau yang biasa dalam fiqh mu amalah disebut sebagai transaksi Mudharabah yang merupakan salah satu yang membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah. Menurut Zainul Arifin (2010:50) bank syariah mempunyai core produk pembiayaan berupa produk bagi hasil yang dikembangkan dalam produk Musyarakah dan Murabahah. Prinsip bagi hasil (Profit Sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi bank islam secara keseluruhan secara syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah.
4 Berdasarkan prinsip ini, bank islam berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Syariah yang digunakan untuk menggantikan sistem bunga. Dalam kontrak ini terdapat hubungan antara pemilik modal (Shahibull mall/principal) dengan pelaku usaha (Mudharib/Agen) kontrak mudharabah adalah kontrak kerja sama yang menanggung untung rugi antara pemilik dana (Bank/Principal) dengan nasabah (kreditur/agent). Hubungan kontrak keuangan seperti dalam mudharabah ini biasanya di kenal dengan nama hubungan keagenan. Oleh karena itu, kontrak seperti itu menuntutnya adanya transparansi bagi kedua belah pihak. Jika salah pihak (utamanya nasabah) tidak menyampaikan secara transparan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perolehan hasil, sehingga dapat terjadi aktivitas adverse selection yaitu masalah yang timbul dalam menyeleksi nasabah yang akan di berikan pembiayaan. Hal ini disebabkan karena sulitnya pihak bank untuk mengetahui dengan pastinya kriteria nasabah. Sedangkan moral hazard yaitu masalah yang dihadapi pihak bank ketika pembiayaan sudah dijalankan, adanya resiko bahwa nasabah kemungkinan menggunakan dana yang diberikan tidak untuk semestinya dan kemungkinan nasabah akan melaporkan hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan yang seharusnya. Dalam transaksi keuangan, masalah adverse selection dan moral hazard merupakan asymmetric information kontrak mudhrabah kontrak keuangan yang sarat dengan aktivitas asymmetric information. Dengan demikian, metode pembayaran pada jual beli murabahah muajjal sama persis dengan metode pembayaran jual beli istishna, yakni sama-sama
5 dengan sistem angsuran (installment). Satu satunya yang membedakan antara keduanya adalah ketika penyerahan barang. Hal tersebut diatas adalah sebuah kenyataan bahwa perbankan syariah semakin berkembang dan meneguhkan eksistensinya dalam percaturan ekonomi dewasa ini. Bahkan perbankan syariah semakin menunjukan eksistensinya performansinya yang menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator, yaitu antara lain meningkatnya jumlah nasabah yang menitipkan dananya pada bank syariah, bertambahnya jumlah kantor cabang bank syariah yang berdampak pada peningkatan daya serap tenaga kerja. Meningkatnya jumlah nasabah yang tertarik terhadap produk yang ditawarkan bank syariah seperti murabahah dan mudharabah mempunyai hubungan terhadap profitabilitas bank syariah tersebut. Karena murabahah dan mudharabah merupakan jenis pembiayaan bank syariah yang nantinya memiliki hubungan profitabilitas bank, maka bank dalam memberikan pembiayan dengan prinsip syariah harus menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank sendiri maupun nasabah. Pembiayaan perbankan islam harus tersedia untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilainilai islam. Disamping itu, pembiayaan yang disalurkan juga merupakan salah satu pendapatan bank syariah. Besarnya laba atau profit tentu berhubungan dengan besarnya pembiayaan yang di salurkan serta menunjukkan tingkat keberhasilan dalam melakukan kegiatan usahanya. Dengan demikian bank umum syariah sebagai lembaga yang dapat memediasi perputaran moneter pada suatu Negara dapat memberikan
6 pelayanan yang terbaik kepada nasabah baik nasabah pemilik dana ataupun nasabah pengguna dana (Pembiayaan). Hingga tahun 2014 pertumbuhan dan perkembanagan lembaga perbankan syariah di indonesia terus meningkat. Data pertumbuhan perbankan syariah tidak saja memperlihatkan daya tahan di tengah gejolak krisis keuangan global yang masih berlangsung, tetapi juga menunjukkan pertumbuhan yang fantastis dan prestasi serta performance yang baik. Menurut data Bank Indonesia desember 2014, kini sudah ada 12 Bank Umum Syariah ( BUS ), dan 34 Unit Usaha Syariah ( UUS ) dengan jaringan kantor yang terus yang pada tahun 2010 dengan jumlah kantor 1215 kantor dan terus meningkat hingga saat ini menjadi 2151 ditahun 2014, dengan demikian jumlah jaringan kantor layanan perbankan syariah periode 2010 2014 meningkat sebesar 77%. Supaya dapat tercipta tingkat profitabilitas yang baik dan masyarakat dalam melakukan investasi dengan sektor riil secara berkesinambungan, bermanfaat dan saling menguntungkan. Bertumpu dari beberapa paparan hasil pengamatan maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara hubungan antara pembiayaan murabahah dengan pembiayaan mudharabah pada tingkat profitabilitas pada bank BUMN Syariah periode, 2010-2014.
7 Data yang di gunakan ialah laporan keuangan per triwulan dari tahun 2010 2014, penulis mengambil data dari maret 2010 hingga desember 2014 dan data yang di gunakan saat ini baru 2 bank BUMN syariah yaitu bank BNI syariah dan BRI syariah. Dengan pembiayaan yang lebih besar dibandingkan porsi pembiayaan lainnya. Akad murabahah menjadi fokus dalam kegiatan bank syariah, murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Masyarakat mengetahui bank syariah itu terlepas dari riba, karena pada tahun 2003 Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa bunga bank itu haram dan Riba, dengan adanya pernyataan tersebut sebagian masyarakat mulai memindahkan tabungannya ke Bank Syariah. Di lihat dari pentingnya murabahah dan mudharabah yang mendominasi pendapatan bank syariah serta menyelamatkan citra bank syariah untuk itu penulis mengambil judul ANALISIS BAGI HASIL MURABAHAH DAN MUDHARABAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK BUMN SYARIAH PERIODE 2010-2014 B. Perumusan Masalah Berdasarkan analisis di atas, peneliti ini menguji tentang bagi hasil murabahah dan mudharabah terhadap profitabilitas. Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan di kemukakan beberapa pertanyaan.
8 1. Apakah sistem bagi hasil murabahah berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank BUMN Syariah pada periode, 2010-2014. 2. Apakah sistem bagi hasil mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank BUMN Syariah pada periode, 2010-2014. C. Tujuan dan Kegunaan Profitabilitas Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan dari perumusan masalah ini ialah. 1. Untuk Mengetahui pengaruh sistem bagi hasil murabahah terhadap profitabilitas pada Bank BUMN Syariah pada periode, 2010 2014. 2. Untuk Mengetahui pengaruh sistem bagi hasil mudharabah terhadap profitabilitas pada Bank BUMN Syariah pada periode, 2010 2014. Sedangkan kegunaan bagi peneliti adalah sebagai berikut : 1) Bagi Penulis Penelitian dapat digunakan sebagai sarana menambah wawasan tentang perbankan syariah secara mendalam tentang sistem pembiayaan akad jual beli murabahah dan mudharabah terhadap profibilitas pada Bank BUMN Syariah pada periode, 2010 2014. 2) Bagi Perbankan Syariah Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif untuk lebih meningkatkan kinerja Bank BUMN Syariah mengenai pendapatan bagi hasil murabahah dan mudharabah dalam upaya meningkatkan profitabilitas Net Profit Margin.
9 3) Bagi Pihak Lain Masyarakat diharapkan dapat berguna dan bermanfaat sebagai sumber bacaan, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pembiayaan akad jual beli murabahah dan mudharabah terhadap profitabilitas Net Profit Margin pada perbankan syariah.