BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

dokumen-dokumen yang mirip
Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. kadangkala mengalami gangguan baik sebelum proses kelahiran maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Definisi Judul

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

Daftar lsi Singkat. Mengembangkan Komunikasi dalam Hubungan. Struktur dari Komunikasi Interpersonal. Sab8. Bab7. Bab1. Bab2. Bab9. Bab3.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang signifikan terhadap penderita autis. 2 Saat ini autis sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan di seluruh dunia. Jumlah penyandang autis di Indonesia naik delapan

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL. Presented by : Dr. Mohammad Yamien,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

SISWA DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI KULIAH 6 ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

Session 5 Pengantar Komunikasi

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

Salsabila Khairani 1 ABSTRAK

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Salah satu upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. (single case experimental design) yang merupakan sebuah desain

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Diah Retno Nawangsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi merupakan hal terpenting yang dilakukan oleh manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB 3 METODE PENELITIAN

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan melakukan komunikasi. Komunikasi itu sendiri tentunya merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat terpisahkan. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematis di mana manusia berinteraksi dengan melalui simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). Sayangnya, tidak semua orang dapat melakukan komunikasi dengan baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme. Penyandang autisme seringkali fokus pada dirinya sendiri dan terlihat berada pada dunianya sehingga mereka tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik 1. Hal ini terjadi karena orang dengan autisme memiliki masalah pada perilaku dan sosial sehingga akhirnya memengaruhi cara berkomunikasi mereka dengan orang lain (Veague, 2010:2). Setidaknya ada empat masalah komunikasi yang disandang oleh individu dengan autisme. Pertama, penggunaan bahasa yang repetitif atau kaku, dalam artian, anak penyandang autisme yang dapat berbicara seringkali akan 1 National Institute on Deafness and Other Communication Disorder. Communication Problems in Children with Autism Spectrum Disorder. Dalam https://www.nidcd.nih.gov/ health/voice/pages/communication-problems-in-children-with-autism-spectrum- Disorder.aspx#4. Diakses 10 Februari 2014 pukul 21:29. 1

mengatakan sesuatu yang tidak memiliki makna atau di luar topik pembicaraan dengan orang lain. Kedua, ketertarikan yang sempit. Maksudnya, anak penyandang autisme dapat menyampaikan monolog yang mendalam mengenai topik yang mereka sukai, tetapi mereka tidak dapat melakukan komunikasi dua arah dengan orang lain walau membicarakan topik yang serupa. Ketiga, perkembangan bahasa yang tidak seimbang. Banyak anak dengan autisme menunjukkan perkembangan pada kemampuan bicara dan bahasanya, tetapi perkembangan itu sendiri tidak seimbang dan mengakibatkan umumnya orang salah paham pada mereka dengan menganggap mereka memiliki gangguan pendengaran. Terakhir, masalah komunikasi pada anak penyandang autisme adalah kemampuan nonverbal yang buruk. Mereka umumnya tidak dapat melakukan gerak tubuh untuk memberi makna pada kata-kata mereka. Dengan tidak adanya gerak tubuh yang bermakna atau bahasa untuk berkomunikasi ini, anak penyandang autisme seringkali frustasi dalam upaya mereka mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya 2. Autisme itu sendiri merupakan gangguan atau kelainan yang bisa mulai dideteksi sejak anak berumur dua sampai tiga tahun dan bersifat biologis (Yatim, 2007:11). Individu penyandang autisme sendiri memiliki kelainan yang bersifat heterogen, artinya bagaimana cara memandang dan berperilaku 2 National Institute on Deafness and Other Communication Disorder. Communication Problems in Children with Autism Spectrum Disorder. Dalam https://www.nidcd.nih.gov/ health/voice/pages/communication-problems-in-children-with-autism-spectrum- Disorder.aspx#4. Diakses 10 Februari 2014 pukul 21:29. 2

berperilaku antara penyandang autisme yang satu dengan penyandang autisme yang lain dapat berbeda (Veague, 2010:3). Akibatnya, mereka memiliki kemampuan sosial yang berbeda, walaupun pola komunikasinya umumnya sama. Cara berkomunikasi antara individu normal dan penyandang autisme tentunya sangat berbeda. Digambarkan oleh Bogdashina (2005:135), manusia normal umumnya berbagi pesan dengan menggunakan bahasa atau kata-kata. Akan tetapi, individu autisme mempelajari bahasa mereka melalui interaksi dengan objek atau orang pada tingkat sensorik. Artinya, kata-kata yang biasa kita gunakan untuk menggambarkan suatu objek tidak berarti bagi mereka. Mereka merekam sensasi yang diciptakan oleh objek saat berinteraksi dan menamainya sesuai keinginan mereka. Oleh karena itu, umumnya orangorang dengan autisme mengonstruksikan pikirannya dalam sebuah gambar. Akan tetapi, ada pula yang menggunakan auditori, kinestetik, dan sentuhan. Menurut Veague (2010:19-20), perbedaan komunikasi antara orang penyandang autisme dengan orang normal adalah orang penyandang autisme tidak dapat membaca pikiran orang lain. Ketika berkomunikasi, manusia pada umumnya dapat membaca pikiran orang lain dengan menginterpretasikan pikiran dan perasaan melalui petunjuk yang diberikan, seperti ekspresi, tingkah laku, dan lain-lain. Namun, orang dengan autisme umumnya tidak dapat melakukan hal ini. Disamping itu, mereka juga memiliki kesulitan dalam melakukan decoding pesan. 3

Walaupun anak penyandang autisme mungkin memiliki perbedaan dalam hal komunikasi verbal, namun mereka secara umum masih memiliki kesamaan dalam hal komunikasi nonverbal dan juga komunikasi berdasarkan sensorik. Mereka juga menggunakan komunikasi melalui visual, sentuhan, kinestetik, pendengaran, penciuman, dan perasa (Veague, 2010:136). Meskipun memiliki keterbatasan dalam hal sosial, akan tetapi bagaimanapun juga mereka nantinya akan terjun ke masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Gardner (2011:269), faktanya adalah setiap individu itu unik, tidak terkecuali penyandang autisme itu sendiri. Akan tetapi, mereka tetap harus hidup dalam konteks sosial yang merupakan aspek yang tidak dapat dihindari dari kondisi manusia dan telah mengakar secara kuat pada keanggotaan spesies kita. Oleh karena itu, dibutuhkanlah suatu kemampuan untuk membangun hubungan dengan orang lain atau kemampuan untuk berinteraksi sehingga nantinya individu tersebut mampu beradaptasi dan berkembang dalam lingkungannya. Kemampuan tersebut juga dapat digolongkan dalam kecerdasan interpersonal yang diutarakan oleh Gardner. Kecerdasan interpersonal itu sendiri menyangkut relasi sosial. Kecerdasan ini adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain (Papalia, Olds, dan Feldmen, 2001:343). Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk menyadari dan membuat perbedaan antara individu-individu, khususnya suasana hati, tempramen, motivasi, dan maksud (Gardner, 2011:253). Ketika seseorang kurang mampu memahami perasaan orang lain, maka ia akan berinteraksi 4

dengan tidak tepat terhadap orang lain dan dapat gagal mendapat tempat dalam komunitas yang lebih luas (Gardner, 2011:269). Mengajarkan anak penyandang autisme bagaimana berkomunikasi atau mengembangkan kecerdasan interpersonalnya merupakan sesuatu yang penting untuk memaksimalkan potensi mereka. Untuk menumbuhkan kecerdasan interpersonal atau kemampuan berkomunikasi ini, diperlukan pelatihan khusus atau yang biasa disebut dengan terapi, khususnya terapi wicara. Dalam terapi ini, terapis melatih individu yang memiliki gangguan suara, bicara, dan bahasa. Terapi wicara ini sendiri bertujuan untuk memperbaiki komunikasi verbal mereka dan sering menekankan pada penggunaan fungsional, seperti mempelajari bagaimana bercakap-cakap dengan orang lain, termasuk fokus pada topik dan bergantian dalam berbicara. Selain itu, terapi ini juga bertujuan untuk melatih komunikasi nonverbal, seperti penggunaan bahasa tubuh 3. Terapi ini sendiri hanya diikuti seorang terapis dan satu orang terapis dan seorang anak didik dalam setiap sesinya sehingga komunikasi interpersonal berperan sangat penting dalam proses pengajaran yang dilakukan. Oleh karena itu, agar pengajaran yang dilakukan melalui komunikasi interpersonal ini dapat lebih efektif, terapis harus memiliki kemampuan untuk membuat penyesuaian sesuai dengan dimensi kemampuan yang spesifik (DeVito 2009:163). 3 National Institute on Deafness and Other Communication Disorder. Communication Problems in Children with Autism Spectrum Disorder. Dalam https://www.nidcd.nih.gov/ health/voice/pages/communication-problems-in-children-with-autism-spectrum- Disorder.aspx#4. Diakses 10 Februari 2014 pukul 21:29. 5

Dimensi kemampuan yang dapat menentukan efektivitas dalam komunikasi itu sendiri bisa disebut dengan keterampilan komunikasi interpersonal yang terbagi ke dalam dua belas kemampuan, yaitu dialog, kesadaran, fleksibilitas, sensitivitas budaya, metakomunikasi, keterbukaan, empati, sikap positif, kedekatan, manajemen interaksi, ekspresivitas, dan orientasi lainnya (DeVito, 2009:163). Melihat betapa menariknya masalah komunikasi yang dimiliki oleh anak penyandang autisme, bagaimana seseorang dapat membantu menumbuhkan kecerdasan interpersonal orang lain, serta adanya perbedaan dalam melakukan komunikasi dengan anak penyadang autisme yang mengakibatkan keterampilan komunikasi interpersonal yang dibutuhkan belum tentu sama dengan orang yang normal, maka peneliti memilih untuk mengangkat topik ini sebagai bahan penelitian. Fokus penelitian ini adalah bagaimana keterampilan komunikasi interpersonal orang normal ketika berkomunikasi dengan anak penyandang autisme itu sendiri dalam rangka menumbuhkan kecerdasan intepersonal anak. Orang normal dalam hal ini adalah terapis dan anak penyandang autisme itu adalah murid dengan autisme. Selain itu, penelitian ini juga akan melihat elemen komunikasi serta pengadaptasian teori akomodasi komunikasi di dalamnya. Oleh karena itu, topik penelitian ini adalah keterampilan komunikasi interpersonal terapis dalam menumbuhkan kecerdasan interpersonal murid penyandang autisme. 6

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan berikut: Bagaimana keterampilan komunikasi interpersonal terapis dalam menumbuhkan kecerdasan interpersonal murid penyandang autisme? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana keterampilan komunikasi interpersonal terapis dalam menumbuhkan kecerdasan interpersonal murid penyandang autisme. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Penelitian Teoritis Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dalam bidang ilmu komunikasi dan juga dapat memperkuat teori yang telah ada sebelumnya, terutama mengenai komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh orang berkebutuhan khusus atau dalam hal ini menyandang autisme. 1.4.2. Kegunaan Penelitian Praktis Menjadi panduan ataupun perbandingan bagi penelitian lebih lanjut yang memiliki topik serupa serta memberi masukan kepada sekolah khusus autisme dalam melakukan komunikasi antarpribadi dengan muridnya sehingga komunikasi yang dilakukan dapat lebih efektif. 7