BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel.

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratorium UIN Agriculture

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB 4 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN Waktu, Lokasi dan Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain The Post Test-Only Control Group (rancangan eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

MATERI DAN METODE. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, serta di fasilitas Bio Safety Level 3 (BSL 3) PT. Vaksindo Satwa Nusantara. Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Hewan coba yang digunakan digunakan adalah DOC (Day Old Chick). Bahan yang digunakan di Kandang Hewan Laboratorium adalah pakan konsentrat, air, alas kandang (litter), dan ekstrak tanaman obat. Alat yang digunakan adalah kandang hewan coba terbuat dari papan kayu, syringe 1 ml, wadah pakan dan minum ayam, lampu, timbangan elektronik, botol ekstrak, spidol, kain lap, gelang plastik penanda, dan stiker label. Laboratorium Histopatologi Bahan yang digunakan yakni preparat organ hati dan ginjal, buffer neutral formalin 10%, air, xylol, alkohol 70%, 80%, 90%, 96%, dan absolut, lithium carbonate, parafin, Mayer Haematoxyline serta Eosin. Alat yang digunakan adalah tissue cassette, tissue processor, cetakan parafin, inkubator, mikrotom, mikroskop cahaya, dan alat tulis. Metode Penelitian Ekstraksi Tanaman Terstandar dan Pembuatan Formula Ekstrak tanaman terstandar dan formula telah disiapkan oleh Laboratorium Fisiologi Hasil Fisiologi Hasil Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro) Bogor. Secara ringkas, ekstraksi tanaman terstandar dibuat dengan cara pemanenan kemudian dilakukan ekstraksi bagian tanaman tertentu. Cara panen dilakukan disesuaikan dengan tanaman. Sirih merah dan sambiloto dipanen

12 dengan cara memetik daun sedangkan adas dengan memetik buahnya. Bagian tumbuhan yang dipanen digunakan untuk pembuatan ekstrak. Pembuatan formula dilakukan dengan mencampurkan ekstrak sambiloto, adas, dan sirih merah dengan perbandingan tertentu berdasarkan kadar masingmasing bahan aktif, yakni andrografolid, anetol, dan piperin. Variasi konsentrasi setiap bahan aktif dalam formula yakni 5%, 7,5%, dan 10%. Formula ekstrak diberikan pada dosis 1 ml/ekor/hari. Pemeliharaan Hewan Coba Sebanyak 64 ekor ayam DOC broiler strain Cobbs dipelihara di fasilitas Kandang Hewan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan pemberian pakan dan minum ad libitum. Ayam dikelompokkan menjadi delapan kelompok (Tabel 1). Ayam diadaptasikan selama tujuh hari lalu mendapat ekstrak tanaman obat dalam bentuk formulasi selama dua minggu. Vaksin AI diberikan pada minggu ke-3 secara subkutan dengan dosis 0,5 ml/ekor. Ekstrak tanaman obat diberikan lagi selama satu minggu pasca vaksinasi lalu dilanjutkan dengan pemberian air minum biasa selama satu minggu atau hingga uji tantang dengan virus AI H5N1 pada umur lima minggu (35 hari). Selanjutnya ayam dipelihara di fasilitas Bio Safety Level 3 (BSL 3) milik PT. Vaksindo Satwa Nusantara di Cicadas, Gunung Putri, Bogor untuk uji tantang dengan virus AI strain H5N1/Ngk/2003 per inhalasi dengan dosis 10 6,0 EID 50 /0,1 ml per ekor. Selama enam hari setelah uji tantang, ayam diamati. Perlakuan terhadap ayam disajikan dalam Tabel 1.

13 Tabel 1 Pemberian tanaman obat, vaksin, dan uji tantang virus AI H5N1 Kelompok Jumlah (ekor) Tanaman Obat (minggu ke-2~4) Jenis Perlakuan Vaksin AI (minggu ke-3) Uji tantang virus AI H5N1 (minggu ke-5) I (kontrol negatif) 8 II (kontrol positif) 8 III (formula A) 8 IV (formula B) 8 V (formula C) 8 VI (formula A) 8 VII (formula B) 8 VIII (formula C) 8 : diberikan; : tidak diberikan Formula A: ekstrak tanaman obat dengan konsentrasi andrografolid, piperin, dan anetol dalam masing-masing formula, sebesar 5% Formula B: ekstrak tanaman obat dengan konsentrasi andrografolid, piperin, dan anetol dalam masing-masing formula, sebesar 7,5% Formula C: ekstrak tanaman obat dengan konsentrasi andrografolid, piperin, dan anetol dalam masing-masing formula, sebesar 10% Pembuatan Preparat Histopatologi Ayam yang mati setelah uji tantang virus AI H5N1 dinekropsi kemudian diambil sampel hati dan ginjal serta difiksasi dalam 10% larutan buffer neutral formalin. Setiap sampel organ dipotong dengan ketebalan lebih kurang 1 cm dan dimasukkan ke dalam tissue cassette. Selanjutnya dilakukan rehidrasi, dengan merendam tissue cassette berisi sampel ke dalam alkohol bertingkat 70%, 80%, dan 90%; alkohol absolut I, II, dan III. Proses selanjutnya yakni clearing dengan xylol I, II, dan III. Kemudian sampel diinfiltrasi oleh parafin. Seluruh proses rehidrasi, clearing, dan infiltrasi berjalan secara automatis dalam mesin automatic tissue processor. Tahap selanjutnya yakni sampel dimasukkan ke dalam alat embedding berisi parafin cair. Letak potongan organ diatur agar tetap berada di tengah blok parafin. Setelah membeku atau mengeras, blok parafin berisi sampel dipotong dengan ketebalan 3-5 µm menggunakan mikrotom. Hasil pemotongan, yang berbentuk seperti pita, diletakkan di atas permukaan air hangat (±45 o C) agar jaringan tidak berkerut. Selanjutnya jaringan diletakkan di atas gelas objek, dikeringkan, dan diinkubasi selama 24 jam, 60 o C. Setelah jaringan terfiksasi pada gelas objek, dilakukan pewarnaan.

14 Proses pewarnaan Haematoxyline-Eosin dilakukan dengan tahap perendaman gelas objek dalam xylol I, II, III, alkohol absolut, 96%, 80%, dan 70%. Kemudian sediaan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Pewarnaan pertama dilakukan dengan merendam sediaan dalam Mayer Haematoxyline selama satu menit, lalu dicuci dengan air mengalir dan dicelupkan tiga kali dalam lithium carbonate. Selanjutnya sediaan dicuci kembali dalam air mengalir sebelum dilakukan perwarnaan dengan zat warna kedua, Eosin, selama 2 menit 30 detik. Sediaan dicuci dalam air mengalir selama 30 detik kemudian dilakukan rehidrasi dalam alkohol 70%, 80%, 96%; serta clearing dalam xylol I, II, III, dan IV. Pengamatan dan Evaluasi Histopatologi Pengamatan histopatologi organ hati dan ginjal dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya, perbesaran 40 x 10 (40 kali objektif dan 10 kali okuler) pada 20 kali lapangan pandang. Evaluasi terhadap perubahan mikroskopis masing-masing organ dilakukan dengan metode skoring. Skoring dilakukan berdasarkan tingkatan kerusakan organ. Semakin besar rataan skor dalam satu preparat mengindikasikan tingkat keparahan perubahan histopatologi. Preparat organ yang dievaluasi yakni satu buah hati dan ginjal dari masing-masing perlakuan, sehingga total preparat yang digunakan adalah 16 buah. Penilaian atau skoring terhadap parenkim organ hati dan ginjal disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Skoring organ hati dan ginjal Skor Organ Hati Organ Ginjal 0 Normal Normal 1 Edema Kongesti Edema Kongesti 2 Degenerasi Degenerasi 3 Degenerasi difus Hipertrofi endotel pembuluh darah Infiltrasi sel-sel radang Infiltrasi sel-sel radang 4 Hemoragi Nekrosis Degenerasi difus Hipertrofi endotel pembuluh darah Hemoragi Nekrosis Setelah dilakukan penilaian pada masing-masing lapangan pandang, dihitung rataan skor pada setiap sampel perlakuan kemudian ditentukan skor

15 akhir. Skoring akhir ditentukan berdasarkan hasil rataan tiap perlakuan dilakukan untuk mengelompokkan nilai (Tabel 3). Tabel 3 Klasifikasi skoring organ hati dan ginjal Skor Akhir Rataan Skoring 0 0,0 x < 0,9 1 0,9 x < 1,9 2 1,9 x < 2,9 3 2,9 x < 3,9 4 x 3,9 Analisis Data Hasil skoring histopatologi diuji dengan uji Kruskal-Wallis. Uji lanjutan dilakukan dengan uji Dunn.