BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasna Nuraeni, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains sangat berkaitan erat dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. aktif serta dari berbagai pihak yang terkait, sehingga bidang pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

I. PENDAHULUAN. keterampilan, dan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan negara tersebut. Dalam

maupun minat. Selain bahan dan kegiatan-kegiatan belajar kita perlu atau keberanian. Pada tingkat Pendidikan Dasar, keterampilan maupun

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUA N A.

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mata pelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan. Diperlukan penataan kembali sistem pendidikan secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi yang ada pada manusia tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains berperan penting dalam upaya pembangunan Indonesia seutuhnya melalui pencapaian tujuan proses pembelajarannya. Namun kondisi pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan sains saat ini masih sangat memprihatinkan. Prestasi Indonesia di bidang sains masih sangat rendah. Sebagai contoh rendahnya prestasi siswa Indonesia dalam studi internasional seperti literasi sains dalam PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009, Indonesia menempati urutan 60 dari 65 negara (PISA, 2009) dan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study), tahun 2007 dalam bidang IPA, Indonesia menduduki peringkat 35 dar 49 negara dan jauh di bawah rerata Internasional yaitu 500 (Mullis et al., 2009). Pembelajaran yang berpusat pada guru dan kecenderungan penyampaian sains sebagai produk diduga menjadi penyebab rendahnya prestasi di bidang sains. Guru menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan subjek didik, sehingga peserta didik kurang mendapat kesempatan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya untuk berpikir secara aktif. Selain itu kecenderungan sains disampaikan sebagai produk, siswa kurang mendapat kesempatan untuk mempelajari sains secara utuh sebagai produk, proses, dan nilai. Sebagaimana dinyatakan Depdiknas (2007) bahwa pendidikan sains yang telah dilangsungkan dan berlangsung saat ini cenderung menekankan penguasaan materi sains bagi siswa sekolah menengah. Biologi merupakan salah satu cabang sains yang berperan sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan biologi itu sendiri. Penguasaan biologi menjadi kebutuhan dalam bernalar, bersikap dan pengambilan keputusan. Disayangkan, hasil belajar biologi siswa belum memuaskan, akibat kecenderungan pembelajaran yang bersifat hafalan dan berorientasi pada produk

2 (konsep, teori). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran biologi secara utuh. Salah satu pendekatan pembelajaran adalah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Pendekatan keterampilan proses beranggapan bahwa sains terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya proses yang dikenal dengan metode ilmiah, dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses sains (Semiawan dkk, 1988). Penerapan PKP dalam pembelajaran sains yang dapat digunakan untuk mengembangkan suatu jenis keterampilan proses sain dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains (PKPS). Pembelajaran sains dengan PKPS diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses sains serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa. Konsep keanekaragaman makhluk hidup dipilih untuk diteliti karena konsep ini sangat menarik, media berupa benda asli sangat banyak, serta pengetahuan klasifikasi tradisional telah dikenal masyarakat. Kompetensi dasar yang diharapkan dari siswa SMP setelah mempelajari konsep keanekaragaman makhluk hidup yaitu dapat mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya (Depdiknas, 2006). Namun disayangkan, hasil belajar konsep keanekaragaman makhluk hidup dan klasifikasinya belum memuaskan. Selama ini pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup serta klasifikasinya hanya diajarkan melalui metode ceramah dan diskusi, siswa mendapatkan klasifikasi makhluk hidup dari klasifikasi yang telah jadi, sehingga pembelajaran kurang bermakna dan tidak memacu siswa untuk berpikir secara aktif. Menurut Rustaman (1990) siswa terlalu dini diperkenalkan pada suatu sistem klasifikasi yang sudah jadi tentang pengelompokan makhluk hidup, sehingga siswa tidak membentuk sendiri konsep klasifikasi melainkan meniru sistem yang sudah ada. Kegiatan pembelajaran keanekaragaman menjadi tidak menarik dan membosankan, padahal pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup memuat banyak kegiatan keterampilan proses yang dapat dilakukan dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir.

3 Salah satu keterampilan proses yang dapat dilatihkan melalui pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup yaitu keterampilan klasifikasi. Keterampilan klasifikasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dilatihkan pada siswa. Dahar (1996) mengemukakan bahwa keterampilan klasifikasi perlu dimiliki karena klasifikasi menyederhanakan berbagai stimulus yang diterima untuk kemudian memilih respons yang sesuai dengan stimulus tersebut. Klasifikasi, observasi, dan berhipotesis merupakan proses dasar yang digunakan oleh sains untuk menjelajahi dunia (Abrucasto et al, 1982). Proses klasifikasi melibatkan siswa aktif melakukan pengamatan langsung, mencari persamaan dan perbedaan, menentukan kriteria pengelompokan, mengelompokkan dan memberi nama kelompok dengan menggunakan tumbuhan atau hewan yang terdapat di lingkungan siswa sebagai media pembelajaran. Siswa yang terlatih melakukan klasifikasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir logis. Rustaman (1990) menyatakan bahwa klasifikasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis dan berpikir fleksibel. Oleh karena itu kemampuan klasifikasi sangat penting dikembangkan pada berbagai jenjang pendidikan, baik itu pendidikan dasar, menengah, maupun pada jenjang yang lebih tinggi. Rustaman (1990) menekankan klasifikasi sebagai proses dan produk. Sebagai produk klasifikasi diartikan sebagai hasil klasifikasi. Rustaman (2010) menyatakan bahwa antara klasifikasi sebagai produk dan klasifikasi sebagai proses terdapat ketergantungan. Dengan pengetahuannya tentang obyek, manusia dapat melakukan proses klasifikasi. Namun jika pengetahuannya tentang obyek tetap, tidak akan terjadi peningkatan atau pengembangan kemampuan klasifikasi. Kemampuan klasifikasi akan meningkat kembali jika pengetahuan yang diperlukan untuk itu sudah memadai. Lebih lanjut Rustaman menyatakan bahwa hasil klasifikasi dapat atau mungkin berubah, karena itu siswa tak perlu menghafalkan hasil suatu klasifikasi tertentu, yang terpenting adalah memahami keterkaitan antara kriteria sebagai dasar klasifikasi dengan hasilnya (Rustaman, 2010).

4 Pembelajaran sains (termasuk biologi) yang belum memanfaatkan potensi lokal sebagai sumber belajar diduga turut menjadi pemicu rendahnya prestasi di bidang sains. Padahal, terletak di garis khatulistiwa, Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat kaya akan sumber daya alam yang beranekaragam. Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakter berbeda sehingga memiliki potensi yang berbeda pula. Keanekaragaman potensi ini bukan suatu kekurangan, tetapi kelebihan yang akan menjadi kekuatan bagi kesuksesan pembangunan di Indonesia manakala potensipotensi tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Sehubungan dengan pendidikan, potensi yang ada di suatu wilayah merupakan sumber belajar yang penting untuk dimanfaatkan oleh guru dan siswa. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan pemanfaatan potensi lokal di sekitar sekolah masing-masing. Potensi lokal diartikan sebagai sumber daya atau kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing daerah untuk dapat dimanfaatkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu (Sudjana, 2000). Potensi lokal yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan potensi berupa sumber daya berupa tumbuhan dan hewan yang ada di sekitar sekolah dan tempat tinggal siswa yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran di sekolah tersebut. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun ajaran 2006/2007 sesungguhnya membuka kesempatan bagi setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan sekolah, potensi pendukung, serta karakteristik daerah yang dimilikinya. Depdiknas (2006) menyatakan telah menetapkan beberapa acuan pengembangan kurikulum tersebut secara nasional. Salah satu acuan untuk mengembangkan kurikulum sekolah adalah keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan sekitar. Setiap satuan pendidikan termasuk pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus mempertimbangkan keragaman potensi dan karakteristik lingkungan dalam pengembangannya, termasuk penerapannya dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Lembang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, memiliki lokasi yang dapat digali potensinya sebagai sumber

5 belajar. Potensi lokal yang dapat dijadikan sumber belajar antara lain: Taman Hutan Raya Djuanda, Hutan Jaya Giri, Bukit Tunggul, sungai Cikapundung, perkebunan kina, wilayah pertanian, kebun tanaman obat Manoko, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Sayur (BALITSA), Balai Inseminasi Buatan (BIB), pemeliharaan hewan secara rumahan, peternakan aneka hewan oleh masyarakat seperti peternakan ayam, kambing, sapi, kelinci, hamster, dan aneka hewan yang hidup secara alami di area sekitar tempat tinggal siswa. Tempat-tempat tersebut memiliki keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang sangat tinggi sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan sumber belajar, khususnya pada pelajaran biologi materi Keanekaragaman Makhluk Hidup dan klasifikasinya. Kendati di suatu daerah terdapat banyak potensi yang dapat dijadikan sumber belajar, sayangnya potensi lokal tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh guru dan siswa sebagai sumber belajar. Dari hasil wawancara terhadap guru saat studi kasus pada tahun 2012 diperoleh keterangan bahwa ketika mengajarkan keanekaragaman makhluk hidup dan klasifikasinya, selama ini guru cenderung menyajikan pembelajaran pada materi tersebut melalui ceramah dan penyajian contoh makhluk hidup (khususnya tumbuhan dan hewan) terfokus pada contoh tumbuhan dan hewan yang ada pada buku paket saja (Nuraeni, 2012). Pembelajaran sains yang cenderung terfokus pada apa yang tercantum di buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar berpotensi untuk mengabaikan pengetahuan awal siswa. Begitupun dengan pembelajaran yang kurang memperhatikan latar belakang geografis tempat siswa berada. Padahal pengetahuan awal merupakan pijakan pertama yang sangat penting bagi guru untuk memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Sebagai contoh, ketika guru membelajarkan siswa tentang keanekaragaman tumbuhan dan klasifikasinya, guru memberikan contoh tumbuhan di buku yang khas daerah pegunungan padahal siswa berasal dari daerah pesisir, atau lebih ekstrimnya lagi guru memberikan contoh tanaman-tanaman yang berasal dari luar negeri padahal di sekitar tempat siswa kaya akan tumbuhan yang bisa dijadikan contoh. Pemberian contoh obyek serta kegiatan yang tidak akrab dengan kehidupan siswa sehari-hari menyebabkan siswa hanya bisa membayangkan dan

6 kegiatan pembelajaran cenderung bersifat hafalan, serta tidak memicu siswa untuk bernalar (berpikir). Kemampuan bernalar digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan untuk menentukan pilihan, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk (Suriasumantri, 2005). Kemampuan berpikir logis merupakan salah satu kemampuan bernalar yang diperlukan untuk membuat keputusan yang benar berdasarkan logika. Kemampuan berpikir logis setiap orang berbeda-beda berdasarkan tingkat perkembangan intelektualnya. Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual Piaget (Krause, 2007) bahwa siswa SMP (berusia 12-13 tahun) berada pada tahap operasi konkrit menuju operasi formal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada siswa SMP. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2010) pada kelas VII menunjukkan hasil bahwa sebagian besar (45%) siswa berada pada tahap konkrit, sebagian besar (49%) tahap transisi, dan sebagian kecil (6%) pada tahap formal awal. Guru seyogianya menyadari tingkat perkembangan intelektual siswa dan mendesain pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, agar dapat membekali siswa membuat keputusan tepat untuk memecahkan masalah secara efisien (Abdullah dan Sharif, 2008). Pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan pada tahap konkrit yaitu dengan menyajikan pengalaman langsung dan masalah-masalah yang konkrit. Kegiatan praktikum sains dengan mengoptimalkan potensi lokal memiliki peluang yang sangat besar sebagai pembelajaran alternatif yang sesuai dengan tingkat perkembangan konkrit siswa. Oleh karena itu pembelajaran biologi melalui PKPS dengan memanfaatkan potensi lokal yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa menjadi pilihan strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Pembelajaran biologi yang mengoptimalkan potensi lokal dengan tujuan penguasaan keterampilan proses dan kemampuan berpikir logis sangat penting untuk diupayakan. Pemanfaatan potensi lokal yang berhubungan dengan pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup dan klasifikasinya dapat berupa pemanfaatan

7 tumbuhan dan hewan yang ada di suatu daerah sebagai sumber belajar dan media pembelajaran, pemanfaatan klasifikasi rakyat, dan pengetahuan Etnobiologi. Klasifikasi rakyat (folk classification) merupakan potensi lokal tentang klasifikasi makhluk hidup yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Klasifikasi rakyat merupakan salah satu kekayaan yang terdapat di daerah tertentu, namun menurut Rustaman (2010) klasifikasi tersebut masih bersifat horizontal, belum menunjukkan hierarki tertentu. Masyarakat di suatu daerah, termasuk para siswa tanpa disadari telah melakukan klasifikasi, yaitu klasifikasi horizontal. Ini merupakan pengetahuan awal siswa tentang klasifikasi. Pengetahuan etnobiologi meliputi pengetahuan tentang istilah-istilah daerah serta deskripsi sifat yang sering muncul dalam nama-nama tumbuhan dan hewan, serta lingkungan (Puri, 2001). Penelitian mengenai diterapkannya pendekatan keterampilan proses serta pengaruhnya terhadap kemampuan klasifikasi siswa dan penguasaan konsep, baik siswa SMP atau SMA telah dilakukan. Namun penelitian mengenai bagaimana penerapan PKPS yang memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup serta hubungannya dengan peningkatan kemampuan klasifikasi dan berpikir logis masih jarang dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut untuk memberi kontribusi dalam rangka perbaikan pendidikan sains di Indonesia, khususnya pada pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup dan klasifikasinya. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peningkatan kemampuan klasifikasi dan kemampuan berpikir logis siswa SMP pada konsep keanekaragaman makhluk hidup melalui pembelajaran dengan PKPS yang memanfaatkan potensi lokal? Agar lebih operasional maka rumusan masalah diuraikan lebih rinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

8 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan klasifikasi siswa setelah diterapkannya PKPS yang memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup? 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir logis siswa setelah diterapkannya PKPS yang memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup? 3. Bagaimana hubungan antara kemampuan berpikir logis dan kemampuan klasifikasi siswa pada pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup dengan PKPS yang memanfaatkan potensi lokal? 4. Kendala-kendala apa saja yang ditemui dalam menerapkan PKPS yang memanfaatkan potensi lokal pada pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup? C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut. 1. Pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup yang diterapkan dalam kegiatan belajar adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan PKPS yang menekankan pada keterampilan proses klasifikasi dengan menggunakan metode praktikum yang dilakukan secara berkelompok. a. Sistem klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini merupakan sistem klasifikasi natural, yaitu sistem klasifikasi yang lebih mencerminkan ciri-ciri morfologi. b. Topik praktikum yang dipilih dalam penelitian ini merujuk pada salah satu kompetensi dasar (KD) semester genap kelas VII yang dimuat Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yaitu KD 6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. KD tersebut dibatasi pada sub pokok bahasan klasifikasi tumbuhan dan hewan yang difokuskan pada tumbuhan Angiospermae dan hewan Vertebrata serta Invertebrata yang berukuran makroskopis dengan pertimbangan tingkat perkembangan intelektual siswa kelas VII yang umumnya berada pada tahap berpikir konkrit, potensi lokal di tempat penelitian, dan keterbatasan waktu penelitian.

9 2. Pemanfaatan potensi lokal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan makhluk hidup khususnya tanaman sayur dan bunga, serta hewan di sekitar sekolah dan tempat tinggal siswa yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup dan klasifikasinya. 3. Kemampuan berpikir logis yang diukur dalam penelitian ini berupa kemampuan penalaran proporsional, pengendalian variabel, penalaran probabilitas, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah meneliti penerapan PKPS yang memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi dan berpikir logis siswa SMP. Lebih lanjut tujuan tersebut dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut: 1. Menganalisis peningkatan kemampuan klasifikasi pada konsep keanekaragaman makhluk hidup setelah diterapkannya PKPS yang menekankan pada proses klasifikasi dengan memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup. 2. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir logis siswa setelah diterapkannya PKPS yang menekankan pada proses klasifikasi dengan memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup. 3. Menganalisis hubungan antara kemampuan klasifikasi dan kemampuan berpikir logis siswa pada konsep keanekaragaman makhluk hidup. 4. Menelaah kendala-kendala yang ditemui dalam menerapkan PKPS yang menekankan pada proses klasifikasi dengan memanfaatkan potensi lokal pada pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan proses dan hasil pembelajaran sains di sekolah. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

10 1. Bagi sekolah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu kontribusi pemikiran dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil belajar khususnya pada pembelajaran biologi dalam rangka meningkatkan kemampuan klasifikasi dan kemampuan berpikir logis siswa. 2. Bagi siswa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat: a. Mengurangi kejenuhan dalam belajar melalui pembelajaran yang bernuansa baru. b. Menjadi salah satu wahana dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi dan kemampuan berpikir logis. 3. Bagi guru biologi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan: a. Bahan informasi tentang efektivitas PKPS yang memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi keanekaragaman makhluk hidup. b. Acuan dalam mengembangkan pembelajaran biologi yang memanfaatkan potensi lokal khususnya pada materi keanekaragaman tumbuhan untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi dan kemampuan berpikir logis siswa. c. Salah satu pertimbangan dalam menerapkan PKPS yang memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran biologi berdasarkan temuan kelebihan dan kelemahannya. 4. Bagi peneliti, Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu berupa: a. Pengalaman menulis sebagai pendidik. b. Wawasan tentang landasan teoritis dan pengalaman empiris mengenai penerapan PKPS yang memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran biologi, pengembangan perangkat pembelajaran dan asesmen untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi dan kemampuan berpikir logis siswa. c. Wahana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi dalam upaya menganalisis dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan pendidikan khususnya pembelajaran biologi.