BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

INDONESIA. Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. antara dua kelompok yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia khusunya pelajar sekarang ini, dalam menaati aturan yang berlaku

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. tanggung jawab yang telah diembankan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem demokrasi dengan segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata. Bukan hanya angka-angka fisik kemiskinan yang bergerak lamban, kemiskinan mental yang disebabkan pembiaran pelanggaran hukum oleh pemerintah dan terabaikannya perhatian terhadap ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat, terus berjalan menuju titik terendah. Kekerasan selalu datang silih berganti, dengan beragam motif dan kecenderungannya, mulai dari kekerasan bermotif agama, budaya, sosial, ekonomi hingga politik. Salah satu bentuk kekerasan yang sangat merugikan ketentraman dan ketertiban masyarakat adalah kekerasan yang dilakukan oleh kelompok pemuda terpelajar yang menjadi harapan bangsa dan negara, yaitu perkelahian pelajar. Perkelahian atau yang sering disebut tawuran pelajar, paling sering terjadi di antara pelajar SMU, di berbagai tempat di Indonesia.

2 Perkelahian pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang, karena tidak sejalan dengan norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial kemasyarakatan serta menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem pemerintahan untuk memperbaiki perilaku tersebut (Setiadi Elly M dan Usman Kolip, 2011 : 188). Selanjutnya dikatakan, bahwa perilaku perkelahian antar pelajar telah merugikan banyak orang dan menimbulkan kerugian masyarakat, karena seringkali dilakukan di tempat umum yang menggangu masyarakat dan merusak fasilitas umum, dengan membawa senjata tajam untuk melukai atau untuk membunuh lawan bahkan seringkali menimbulkan salah sasaran. Perkelahian ini dapat menimbulkan kegelisahan sosial. Menurut Novri Susan (2010 : 191), kegelisahan sosial adalah kondisi psikologis di tingkat kolektif masyarakat akibat tekanan-tekanan eksternal yang mengancam eksistensi hidup, termasuk tekanan akibat kesulitan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam hal ini dapat dilihat untuk wilayah Jabodetabek, beberapa kasus perkelahian pelajar selama tahun 2011 dan 2012, seperti dilansir oleh media Media Indonesia dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), adalah seperti terlihat dalam tabel berikut:

3 Tabel 1.1 Kasus Perkelahian Pelajar di Jabodetabek Tahun 2011 dan 2012 Waktu Kejadian Korban Thn 2011* 5 Februari Seorang siswa SMK Mercu Suar dikeroyok sekelompok pelajar di jln A.Yani Bekasi 5 Mei Tawuran antar pelajar di Jln I.Gusti Ngurah Rai Klender Jakarta Timur 7 Mei SMK Tri Darma dan SMK YKTB terlibat tawuran di Jln Dramaga Bogor 12 September SMK Satya Bhakti dan SMA 66 Kampung Melayu bentrok di Jln. Sahardjo 19 September Ratusan siswa SMA 6 tawuran dengan puluhan wartawan media massa di Jln Mahakam, Jakarta Selatan 22 September Dua kelompok SMK dan SMA bentrok di Jln Proklamasi Depok 1 tewas 1 tewas 1 tewas 1 tewas luka-luka. 11 luka Kerusakan terminal Thn 2012** 19 April Jalan Mahakam, Kawasan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 2 luka 3 Mei Jalan Ampera RT 03 05 Bekasi Timur, Kota Bekasi 1 tewas 29 Mei Bundaran Bulungan, Kramat pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 7 luka 26 Juli Jalan Kramat Raya Senen, Jakarta Pusat 2 luka 29 Agustus Stasiun Panjang, Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur 1 tewas 12 September Jalan Raya Sawangan Pancoran Mas, Depok 1 tewas

4 24 September Jalan Mahakam, Kawasan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 1 tewas 2 luka Data diolah dari : * Media Indonesia edisi Jumat, 30 September 2011, hal.32 ** Polda Metro Jaya. Tabel di atas memperlihatkan bahwa selama tahun 2011-2012 terjadi 13 kasus perkelahian pelajar. Pada tahun 2011 terdapat 6 kasus perkelahian pelajar yang menelan korban jiwa 4 orang meninggal dunia, puluhan menderita luka dan rusaknya fasilitas umum, sedangkan pada tahun 2012 hingga bulan September tercatat terjadi 7 kasus perkelahian pelajar, dengan korban 3 orang meninggal dunia dan puluhan luka-luka. Data tersebut dapat menunjukkan pula bahwa selama periode tahun 2011-2012 perkelahian pelajar paling banyak terjadi di kawasan Jakarta Selatan (31 %), diikuti wilayah Jakarta Timur (23 %), Bekasi dan Depok ( masing-masing 15 %), serta wilayah Jakarta Pusat dan Bogor (masing-masing 8 %). Hal ini sesuai pendapat dari Priliawito dari Metro News pada tanggal 28 september 2012 yang menyatakan bahwa jumlah korban akibat tawuran di kawasan Jakarta Selatan, khususnya daerah Bulungan menempati urutan teratas dan seluruh tawuran yang terjadi di wilayah Jabodetabek.

5 Maraknya perkelahian pelajar dengan berbagai dampak negatifnya telah menimbulkan rasa tidak aman, kekhawatiran dan kecemasan warga Jakarta pada umumnya, dan warga sekitar wilayah Bulungan pada khususnya, termasuk juga para orang tua murid. Selain itu, perkelahian pelajar telah menyebabkan munculnya kerusuhan dan kekacauan sehingga orang-orang dilingkungan tersebut tidak dapat bekerja dengan tenang dan teratur sesuai irama hidup masing-masing, sehingga memunculkan gangguan bagi warga dalam melakukan aktifitas. Kondisi ini menyebabkan ketahanan pribadi dan keluarga menjadi rendah, karena aktivitas warga dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan keamanan terganggu. Menurut (Sunardi, 2004) ketahanan nasional ditopang oleh ketahanan wilayah, ketahanan wilayah harus ditopang oleh ketahanan masyarakat, ketahanan masyarakat harus ditopang oleh ketahanan keluarga sedangkan ketahanan keluarga ditopang oleh ketahanan individu. Ketahanan wilayah sebagai suatu sistem terdiri atas subsistem-subsistem yang saling mempengaruhi, jika salah satu subsistem buruk maka akan mempengaruhi subsistem yang lain. Oleh karena itu, untuk menjaga ketahanan wilayah sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan masing-masing individu,

6 keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan ketahanannya pada semua gatra sebagai suatu sistem. 1.2 Rumusan Masalah Perkelahian antar pelajar yang terjadi di kawasan Bulungan sering terjadi dan telah terjadi bertahun-tahun, namun hingga saat ini belum terlihat upaya nyata dalam menangani konflik tersebut. Peristiwa ini secara langsung merugikan semua pihak, baik siswa, orang tua, masyarakat sekitar bahkan aparat keamanan, yang dengan sendirinya mempengaruhi ketahan wilayah kawasan Bulungan, sehingga timbul beberapa permasalahan: 1. Apa motivasi pelajar untuk ikut terlibat dalam perkelahian di kawasan Bulungan? 2. Mengapa perkelahian antar pelajar di kawasan Bulungan Jakarta Selatan sering terjadi? 3. Bagaimana hubungan perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban warga Bulungan dalam rangka ketahanan wilayah?

7 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang perkelahian pelajar SMU, ketentraman dan ketertiban, serta ketahanan wilayah telah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun ditinjau dari latar belakang, permasalahan, dan tujuan dari penelitiannya, penelitian-penelitian sebelumnya berbeda dengan penelitian ini, yang meneliti tentang dampak perkelahian antara pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban dalam rangka ketahanan wilayah. Secara garis besar beberapa penelitian sebelumnya diuraikan dalam tabel berikut, sehingga dapat memperlihatkan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Tabel 1.2. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Konflik No Judul Penelitian Pengarang Masalah Kesimpulan 1 Perencanaan Sosial Rahmania (2007) Faktor penyebab dan Tawuran terjadi Penanganan Masalah pemicu tawuran pelajar, karena ketegangan Tawuran Pelajar di interaksi faktor dan struktural dan DKI Jakarta keterkaitan satu sama lingkungan fisik yang lain tidak mendorong agresif kondusif, sikap

8 2 Perbedaan Prasangka Kurniawan (2010) Efek Tekanan dari teman Perbedaan prasangka Terhadap Kelompok sebaya terhadap dorongan terhadap kelompok Siswa Sekolah Lain dan Konformitas pada untuk terlibat dalam tawuran. siswa sekolah lain antara siswa yang Kelompok Teman terlibat dengan yang Sebaya antara Siswa tidak terlibat tawuran. yang Terlibat dengan yang Tidak Terlibat Tawuran di SMK X Kota Semarang 3 Persepsi Warga Rowa dan Bakri Lemahnya penegakkan Perlu sanksi tegas Jakarta terhadap Upaya Penciptaan Ketentraman dan Ketertiban di Prov. (2012) hukum, ketidak masyarakat. menimbulkan percayaan bagi pelaku pelanggar hukum, perlu partisipasi warga, sebelum DKI. diambil keras tindakan harus didahului dialog. 4 Optimalisasi Tokoh Hernawansyah Konflik yang terjadi dari upaya mencegah dan Pembina (2008) skala kecil hingga besar konflik sosial perlu Kamtibmas Dalam yang timbul sebagai dilakukan sedini

9 Manajemen Konflik akibat dari perbedaan kultur atau dan mungkin dan terus menerus baik oleh kecemburuan sosial. pemerintah dan masyarakat. 5 Pemberdayaan Sudiarti (2011) Strategi pemberdayaan Kegiatan gotong Masyarakat Melalui masyarakat dalam royong dan Pendidikan Membina Wilayah. Dalam Ketahanan bidang terhadap wilayah. pendidikan ketahanan pemberian bantuan biaya pendidikan sangat berpengaruh terhadap ketahanan wilayah. Sumber : Hasil analisis. Berdasarkan tabel tersebut di atas, dalam penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, ada beberapa temuan yang terkait dengan penelitian ini. Pertama, penelitian ataupun kajian tentang perkelahian pelajar yang pernah dilakukan lebih fokus pada penyebabnya saja. Kedua, perkelahian pelajar sering terjadi tanpa pencegahan awal dengan dampak yang dapat merugikan pelajar itu sendiri maupun warga sekitarnya namun penanggulangan oleh aparat keamanan maupun pihak sekolah sering terlambat sehingga mengganggu ketentraman dan ketertiban lingkungan, mencermati dan

10 penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya maka perlu dilakukan penelitian tentang dampak perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban warga Bulungan dalam konteks ketahanan wilayah. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini untuk menjawab pokok permasalahan sebagaimana dipermasalahan penelitian, yaitu: a. Mengetahui motivasi pelajar untuk ikut dalam perkelahian antar sekolah di kawasan Bulungan Jakarta Sealatan b. Mengetahui penyebab perkelahian antar pelajar dikawasan Bulungan Jakarta Selatan sering terjadi. c. Mengetahui hubungan perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban warga Bulungan dalam konteks ketahanan wilayah. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 (dua) manfaat yaitu dari sudut manfaat bidang teoritis dan manfaat secara praktis, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Manfaat teoritis yang diharapkan agar dapat memberikan wawasan dan kajian tentang ilmu sosial khususnya

11 perkelahian pelajar. Di sisi lain diharapkan bahwa dengan penelitian ini dapat memperkaya terutama keterkaitan ilmu sosial dengan ketahanan wilayah, sehingga dapat digunakan dalam kajian ilmu sosial dan dunia psikologi sosial serta sebagai bahan lanjutan penelitian sejenis di masa yang akan datang sehingga lebih terarah dan terfokus dalam melaksanakan penelitian. b. Manfaat praktis, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menyempurnakan strategi menyelesaikan permasalahan perkelahian pelajar khususnya di wilayah Bulungan atau ditempat lain, serta dapat diaplikasikan didaerah lain yang sering terjadi perkelahian pelajar. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian ini dibagi dalam 7 bab yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang jumlahnya tergantung pada besar dan pentingnya persoalan yang dibahas. Sebagai pengantar adalah bab satu yang memuat latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

12 Bab dua adalah tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Tinjauan pustaka berisi landasan teori dan pembahasan yang dilakukan penulis terdahulu dalam menganalisis masalah yang sejenis. Pada bagian awal landasan teori, disajikan teori-teori yang berkaitan dengan perkelahian pelajar meliputi: teori konflik, teori agresi, teori motivasi. Landasan teori kedua berkaitan dengan teori Ketentraman dan Ketertiban, serta bagian terakhir adalah teori Ketahanan Wilayah. Bab ketiga cara penelitian yang berisi lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik analisis data dan teknik penyajian data. Dalam teknik analisis data, diuraikan definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrument dan teknik penyajian data. Bab keempat deskripsi lokasi Bulungan Kecamatan Kebayoran Baru Kota Administrasi Jakarta Selatan, berisi kondisi demografi, ekonomi, dan lokasi rawan konflik dan kondisi Perkelahian Pelajar, SMU di kawasan Jakarta Selatan. Bab kelima mengenai motivasi pelajar untuk ikut perkelahian antar smu di kawasan bulungan jakarta selatan meliputi Perilaku Agresi Dalam Diri Pelajar Yang Terlibat Tawuran, Aktualitas Diri

13 Pelajar Pelaku Tawuran, dan Pelajar Terlibat Tawuran Akibat Pengaruh Teman Bab keenam mengenai perkelahian antar pelajar smu di kawasan bulungan jakarta selatan yang terdiri atas Reaksi Sosial Pelajar Dalam Pergaulan, Gangguan Pengamatan, Tanggapan, Cara Berpikir dan Emosional serta Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Sekitar/Milieu. Bab ketujuh tentang hubungan perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban dalam rangka ketahanan wilayah kawasan bulungan jakarta selatan berisi mengenai keamanan warga yang meliputi keamanan dalam bekerja, keamanan dalam mengikuti kegiatan sekolah, kemudian mengenai pelanggaran peraturan yakni kriminalitas dan ketahanan wilayah. Bab kedelapan Penutup mengenai kesimpulan dan rekomendasi.