Coping pada Ibu yang Berperan Sebagai Orangtua Tunggal Pasca Kematian Suami

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan dambaan setiap

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG)

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

Coping Stress Perawat dalam Menghadapi Agresi Pasien di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

Resiliensi pada Wanita Dewasa Awal Pasca Kematian Pasangan

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB II LANDASAN TEORI

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

DAFTAR PUSTAKA. Alsa, A Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

2015 EFEKTIVITAS PROBLEM FOCUSED COPING DALAM MEREDUKSI STRES AKADEMIK

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Penelitian ini menemukan hubungan antara tingkat stres kerja dengan salah

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI SINGLE PARENT DI JORONG KANDANG HARIMAU KENAGARIAN SIJUNJUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN KONSELING

Abstrak. Kata kunci:

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang tidak dapat diperkirakan waktu terjadinya. Sehingga kematian

KELELAHAN EMOSIONAL DAN STRATEGI COPING PADA WANITA SINGLE PARENT (STUDI KASUS SINGLE PARENT DI KABUPATEN PASER)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

1. Pendahuluan MODEL STRATEGI COPING UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI PURWOKERTO

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

Perfeksionisme dan Strategi Coping: Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI (SELF EFFICACY) DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING DALAM PROSES PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FMIPA UNMUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang tidak pasti dari kematian adalah waktu datang dan proses menjelangnya.

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

Coping pada Ibu yang Berperan Sebagai Orangtua Tunggal Pasca Kematian Suami Astri Titiane Pitasari Rudi Cahyono Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Abstract. This study aims to determine how coping in the mother who became a single parent after the death of her husband to get through from all the problems that they faced. Coping defined as an effort to change the way of thinking or actions to manage internal and external problems which are assessed so hard and over her capability (Lazarus dan Folkman dalam Mitchell, 2004). This study was conducted at two women after their spouse's death. The data obtained through interviews with the concerned subject accompanied by significant other interviews. Analysis of the data used in this study is thematic analysis data. The result shows that both subjects experienced hard times after the death of her husband. Both subjects had to adapt to the new situation after the death of her husband, before they can accept the situation. Coping strategies that used are problem focused coping and emotion focused coping. Keywords: Single Parent, Losing, Coping Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana coping pada Ibu yang menjadi orangtua tunggal pasca kematian suami untuk dapat mengatasi segala persoalan yang mereka hadapi. Coping didefinisikan sebagai suatu usaha merubah pemikiran atau tindakan untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang dinilai berat dan melebihi sumber daya yang dimiliki individu (Lazarus dan Folkman dalam Mitchell, 2004). Penelitian ini dilakukan kepada dua orang wanita pasca kematian pasangannya. Data diperoleh melalui wawancara terhadap subjek yang bersangkutan disertai wawancara significant other. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek mengalami masa-masa sulit pasca kematian suami. Kedua subjek harus beradaptasi dengan situasi baru setelah kematian suami, sebelum akhirnya mereka dapat menerima keadaan tersebut. Strategi coping yang digunakan adalah problem focused coping dan emotion focused coping. Kata Kunci: Orang tua tunggal, Kehilangan, Coping Korespondensi: Astri Titiane Pitasari. Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, (031) 5014460, Fax (031) 5025910. Email: titianepitasari95@gmail.com 37

Astri Titiane Pitasari, Rudi Cahyono Pendahuluan Pernikahan memungkinkan pembagian dalam hal konsumsi dan pekerjaan. Pada kebanyakan orang, pernikahan dianggap sebagai cara terbaik untuk menjamin keteraturan dalam membesarkan anak. Perubahan terhadap kehidupan berkeluarga membawa perubahan dalam rencana hidup, hak dan tanggung jawab, keterikatan dan loyalitas. Hal ini menunjukkan di dalam keluarga setiap individu memegang peranan yang penting. Kondisi dan situasi yang terjadi dalam kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan manusia. Dalam sebuah perkawinan, kehilangan pasangan adalah kondisi yang tidak dapat dicegah (Hurlock, 1999). Pada wanita, menjalani kehidupan setelah kematian pasangan bukanlah hal yang mudah. Setelah pasangannya meninggal, pria berada dalam status ekonomi yang lebih unggul daripada wanita. Berbanding terbalik dengan wanita, kondisi keuangan tidak berpengaruh pada pria setelah kematian pasangan. Kematian suami memicu pasangan yang masih hidup untuk mengatasi tekanan kesedihan dan emosional serta mendefinisikan kembali suatu realitas sosial yang mencerminkan status baru mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Glazer dkk., (2010), diketahui bahwa kematian berdampak pada berubahnya pola pengasuhan anak dan hubungan yang dihadapi pasangan yang masih hidup dengan orang lain dan diri sendiri. Saat yang paling sulit adalah transisi menjadi orangtua tunggal yang terjadi setelah kematian pasangan. Wanita yang berperan sebagai orangtua tunggal memiliki tingkat masalah kesehatan mental yang paling tinggi daripada wanita yang bersuami. Kemungkinan lebih tinggi individu yang mengalami perpisahan dengan pasangannya akan mengalami gangguan psikiatris, masuk rumah sakit jiwa, depresi klinis, alkoholisme, dan masalah psikosomatis seperti gangguan tidur (Chase & Hetherington dalam Santrock, 2002). Masalah pada sebagian ibu yang menjadi orangtua tunggal mempunyai kondisi keuangan yang mengalami penurunan dalam hal ekonomi karena penghasilan berkurang pasca kematian suami. Kondisi keuangan yang kurang mencukupi membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masalah keuangan dapat menjadi hal buruk yang mengakibatkan depresi atau rasa tertekan bagi mereka ibu tunggal pasca kematian suami. Berkurangnya pendapatan dapat membatasi partisipasi sosial serta memperburuk rasa kehilangan. Kematian pasangan yang dihadapi oleh para wanita biasanya terjadi secara tidak terduga. Mereka juga merasakan duka yang mendalam dan membutukan perhatian serta dukungan dari orang-orang disekitarnya. Walaupun kematian pasangan adalah hal yang traumatis, mereka ditantang untuk bisa mengatasi dari kesedihan dan berhadapan serta melaksanakan tugas dan peran baru agar hidupnya menjadi lebih kuat dan dapat mengatasi serta belajar dari segala kondisikondisi tidak menyenangkan yang sedang dihadapi. Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana coping pada ibu yang berperan sebagai orangtua tunggal pasca kematian suami untuk dapat mengatasi dari segala persoalan yang mereka hadapi. Coping Coping sebagai usaha mengubah pemikiran atau tindakan untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang dinilai berat dan melebihi sumber daya yang dimiliki individu (Lazarus dan Folkman, dalam Mitchell, 2004). Coping merupakan proses dimana seseorang mencoba untuk mengelola perbedaan yang dirasakan antara tuntutan dan sumber daya yang mereka nilai dalam situasi stres. usaha coping bertujuan pada mengoreksi atau menguasai suatu masalah, hal itu juga membantu seseorang 38

Coping pada Ibu yang Berperan Sebagai Orangtua Tunggal Pasca Kematian Suami m e n g u b a h p e r s e p s i n y a m e n g e n a i ketidaksesuaian, toleransi atau penerimaan ancaman atau hal yang membahayakan, atau melarikan diri atau menghindari situasi (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 2008). Emotional focused coping dan Problem focused coping Terdapat beberapa bentuk coping berdasarkan pada fungsi dan metode yang dilakukan setiap individu. Menurut Richard Lazarus (dalam Sarafino, 2008), coping memiliki dua fungsi utama yaitu emotional focused coping dan problem focused coping. Fungsi tersebut dapat mengubah masalah yang menyebabkan stres atau dapat mengatur respon emosional terhadap masalah tersebut. Emotional focused coping Emotional-focused coping bertujuan mengontrol respon emosional dalam situasi yang menyebabkan stres. Taylor (dalam Sarafino, 2008) mendefinisikan kembali suatu situasi stres umumnya dapat menemukan cara untuk melakukannya karena hampir selalu ada beberapa aspek dari kehidupan seseorang yang dapat dilihat secara positif. menggunakan pendekatan emotion-focused ketika mereka percaya dapat melakukan hal kecil untuk merubah kondisi stres (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 2008). Problem focused coping Problem focused coping, merupakan pendekatan yang bertujuan untuk menurunkan tuntutan dari situasi stres atau memperluas s u m b e r d a y a u n t u k m e n g h a d a p i n y a. menggunakan pendekatan problem-focused ketika mereka percaya sumber daya atau tuntutan mereka dalam suatu situasi dapat berubah (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 2008). Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian kualitatif karena melibatkan data kualitatif dan menguji beragam ciri atau tampilan dari sejumlah kecil kasus baik dalam jangka waktu pendek atau panjang. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendalam, bersifat kritis, mengikuti jalur penelitian nonlinear, dan berbicara mengenai kasus dan konteks yang muncul secara alami dari kehidupan sosial. Penelitian ini meggunakan tipe penelitian studi kasus. Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik karena penelitian yang dilakukan dilandaskan oleh ketertarikan atau kepedulian terhadap suatu kasus. Penelitian dilakukan untuk memahami kasus secara utuh, tanpa bermaksud untuk menggeneralisasi dan menghasilkan konsep atau teori (Poerwandari, 2011).Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, yang dilakukan terhadap subjek dan significant other. Pembahasan Pada penelitian ini terdapat beberapa stresor yang mendatangkan stress pada masingmasing subjek. Terdapat Emotion focused coping Subjek I dan II harus mengalami proses yang cukup lama untuk mengembalikan keadaannya yang membaik. Mereka merasakan beban psikologis yang sangat berat, tetapi sedikit demi sedikit bisa kembali menjadi dirinya dengan bantuan dari banyak orang dan juga aspek religiusitas yang tinggi. Subjek I sempat merasakan stres sampai meminum obat tidur setiap hari pasca ditinggal oleh suaminya. Sampai saat ini, subjek I masih sedih ketika teringat oleh suaminya. Subjek I dan II masih sedih ketika ingatan tentang suaminya muncul. Ingatan tersebut muncul terutama ketika mereka sedang sendiri. Untuk menghilangkan rasa itu subjek I melakukan aktifitas dengan membaca buku islam yang membuatnya nyaman dan termotivasi dalam menjalani hidup, sedangkan subjek II dengann berkumpul bersama anak-anak dapat mengurangi 39

Astri Titiane Pitasari, Rudi Cahyono rasa kesedihan dan tidak kesepian lagi. Sisi hubungan dengan Tuhan menjadi faktor yang cukup terlihat dari kedua subjek. Banyak beribadah dan berdo'a kepada Tuhan dapat membuat perasaan mereka lebih tenang dan menjadi yakin dalam menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka lebih berserah diri kepada Tuhan. Perasaan optimis dan selalu berpikiran positif kedua subjek dalam menjalani hidup. Kedua subjek memiliki pandangan tentang masa depan yang positif. Dengan menerima cobaaan ini sebagai takdir subjek I dan II sudah ikhlas harus kehilangan suami yang meninggalkannya dan anak-anaknya. Pada problem focused coping Ketika pasangan meninggal, pengaturan dan perencanaan keuangan yang dibangun selama bertahun-tahun menjadi berantakan. Hal ini sesuai dengan subjek I dan II yang merasakan adanya perubahan dalam hal ekonomi pasca kematian suami. Walaupun masih menyimpan uang tabungan, kedua subjek ragu apakah mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin karena biaya pendidikan yang dikeluarkan tidak sedikit. Untuk itu subjek I mulai menabung untuk masa depan anak-anaknya agar nantinya anak-anaknya tidak kekurangan dan dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Subjek II dulunya bekerja tetapi karena kondisi anak yang butuh kehadiran ibunya maka ia memutuskan keluar kerja dan membuka usaha dirumah. Perubahan menjadi orangtua tunggal setelah kematian pasangan adalah saat-saat yang sulit. Mereka harus mengetahui peran mereka sebagai orangtua tunggal. Hal ini dirasakan oleh kedua subjek yang tidak hanya berkewajiban untuk merawat anak-anak, tapi juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya dikerjakan berdua. Subjek I bingung untuk membimbing anaknya yang mulai beranjak remaja. Subjek II harus mengurus anak-anak yang dulu kebiasaan diurus oleh suaminya. Kini ia kerepotan mengurus anak-anak dan rumah. Dukungan sosial dapat mencegah pengaruh negatif dari peristiwa yang dapat menyebabkan stres. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada kedua subjek. Pada subjek II mendapat dukungan dari banyak pihak pasca kematian suami. Keluarga, teman, saudara dan lingkungan sekitar banyak memberi bantuan materi dan moril pada subjek II. Ia mendapat bantuan dari lingkungan sekitar yaitu tetangga yang memberi sembako setiap bulannya. Dukungan dari teman gereja juga membuat subjek lebih percaya diri dan semangat, mereka juga membantu keungan subjek II. Teman-teman anak subjek II membantu dalam hal pembayaran sekolah anak-anaknya. Subjek I mendapat dukungan dari keluarga dan teman. Orangtua subjek I sangat membantu dengan cara ikut mengasuh kedua anaknya. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa proses yang harus dilewati masing-masing subjek untuk mengembalikan kondisi kehidupannya seperti semula. Semua subjek mempunyai caranya sendiri-sendiri untuk menghadapi permasalahan tersebut. Mereka melakukan problem focused coping dan emotion focused coping. Hal ini dilakukan untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang dinilai berat dan melebihi sumber daya yang dimiliki individu (Lazarus dan Folkman dalam Mitchell, 2004). seperti dukungan sosial serta aspek religiusitas tinggi yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga ketiga subjek tidak terpuruk dalam kesedihan. Diharapkan banyak orang yang tertarik membahas lebih lengkap mengenai coping pada ibu yang berperan sebagai orangtua tunggal sehingga memperbanyak literatur dan membuat masyarakat mengerti pada permasalahan mereka, sehingga tumbuh rasa peduli dan empati. Usia subjek pada penelitian ini berumur diatas 35 tahun. Penelitian selanjutnya dapat meneliti yang berusia lebih muda karena hasil yang didapat mungkin akan berbeda dan bisa menjadi bahan pembelajaran bersama. Bagi keluarga, apabila memiliki anggota 40

Coping pada Ibu yang Berperan Sebagai Orangtua Tunggal Pasca Kematian Suami keluarga yang menjadi orangtua tunggal karena suaminya meninggal, beri perhatian pada mereka. Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan penelitian, dukungan yang bersifat positif dan sikap proaktif dari keluarga dapat membantu mereka supaya tidak larut dalam kesedihan dan memberi semangat agar tetap bertahan. Tidak perlu malu pada status anggota keluarga yang menjadi janda dan tidak perlu ikut mencela mereka. PUSTAKA ACUAN Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (ed. 5). Jakarta: Erlangga. Mitchell, D. (2004). Stress, Coping, and Appraisal in an HIV-Seropositive Rural Sample: A Test of The Goodness-of-fit Hypothesis. Thesis. Poerwandari, K. (2011). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (ed. 4). Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Santrock, J.W. (2002). Life-span Development: Perkembangan Masa Hidup, Jilid II. Terjemahan oleh Achmad Chusairi & Juda Damanik. Jakarta: Erlangga. Sarafino, E. P. (2008). Health Psychology: Sixth Edition. New York: John Willey & Sons. 41