TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

dokumen-dokumen yang mirip
Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. ruminansia adalah ketersedian pakan yang kontiniu dan berkualitas. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN UNTUK AGRIBISNIS PETERNAKAN DI KAWASAN PERKEBUNAN SAWIT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan manusia.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

MATERI DAN METODE. Materi

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penting yang secara historis pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1957. Tahun 1975 PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui penggunaan bibit unggul upper amazon Interclonal Hybrid (Sunanto, 1992). Indonesia berhasil menjadi produsen kakao ketiga terbesar dunia berkat keberhasilan dalam program perluasan dan peningkatan produksi yang mulai dilaksanakan sejak awal tahun 1980-an. Areal perkebunan kakao tercatat seluas 914 ribu hektar, tersebar di 29 propinsi dengan sentra produksi Sulsel, Sulteng, Sultra, Sumut, Kaltim, NTT dan Jatim. Areal perkebunan kakao tersebut sebagian besar dikelola oleh rakyat (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004). Produk cokelat dihasilkan melalui proses yang relatif panjang. Tanaman kakao menghasilkan buah kakao yang di dalamnya terdapat biji-biji kakao. Biji-biji kakao ini, dengan proses pengolahan dan pengeringan akan menghasilkan biji-biji kakao kering yang siap dikirim ke pabrik pengolah (prosesor). Biji kakao diolah menjadi produk-produk setengah jadi dan produk-produk sudah jadi.

6 Komoditas biji kakao diharapkan akan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan lainnya di Indonesia seperti karet, kopi dan kelapa sawit, baik dalam luas areal maupun produksinya. Hasil ekspor biji kakao dan industri kakao dalam bentuk devisa dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Hasil industri kakao lainnya berguna sebagai penyedia bahan baku untuk industri dalam negeri, yaitu industri bahan makanan maupun industri kosmetika dan farmasi. Industri kakao dapat menciptakan lapangan kerja yang berprospek cerah bagi jutaan penduduk di Indonesia (Anonim, 2008). Direktorat Jenderal Perkebunan menjelaskan bahwa tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan perekonomian nasional. Komoditas ini sebagai penghasil devisa negara terbesar ketiga di bidang perkebunan, sumber pendapatan petani dan penciptaan lapangan kerja. Luas tanaman kakao mencapai 1.461.889 ha pada tahun 2007. Luas tersebut didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 92,34%. Melibatkan sebanyak 1.400.636 kepala keluarga dengan produksi biji kakao sebesar 779.186 ton. Volume ekspor mencapai 655.429 ton dengan nilai 950,6 juta US$. Luas tanaman kakao yang terus meningkat, tidak sebanding dengan produktifitas tanaman kakao yang mengalami penurunan di Indonesia. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman kakao, antara lain adalah kondisi kebun yang kurang terawat, serangan hama dan penyakit serta umur tanaman yang sudah tua (tidak produktif). Serangan hama penyakit itu antara lain vascular streak dieback (VSD), dan buah busuk. Serangan hama tersebut menyebabkan turunnya produktifitas sebesar 321 kg/ha/tahun atau sebesar 30% dari produktivftas yang pernah dicapai (1.100 kg/ha/thn).

7 Produktifitas yang menurun mengakibatkan kehilangan hasil biji kakao sebesar 310.665 ton/tahun atau setara dengan Rp. 6,2 trilliun per tahun (Anonim, 2008). Gambar 1. Buah kakao B. Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao sebagai Pakan Ternak Kendala dalam penyediaan pakan ternak ruminansia adalah semakin sempitnya lahan pertanian dan faktor sosio-ekonomi petani yang lebih cenderung mengutamakan untuk menanam tanaman pangan atau perkebunan yang langsung dapat dimanfaatkan. Kondisi ini telah memicu pergeseran pola penyediaan pakan pada pencarian sumber pakan non-komersial seperti pemanfaatan hasil ikutan pertanian, perkebunan dan agroindustri. Buah kakao yang dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor adalah keping biji. Hasil samping perkebunan dan pengolahan tanaman kakao terdiri dari kulit buah kakao, kulit biji kakao, debu kakao dan plasenta. Kulit buah kakao adalah bagian kulit yang bertekstur tebal dan keras mencakup kulit terluar sampai daging buah (Siswoputranto dkk., 1986). Kulit buah kakao merupakan hasil samping yang

8 ketersediannya paling banyak, yaitu sebesar 75% dari keseluruhan buah. Produksi satu ton kakao kering menghasilkan sekitar 10 ton kulit buah kakao segar (Figueira et al, 1993). Kulit buah kakao tersebut akan lebih bermanfaat bila dapat diolah menjadi bahan pakan ternak. Berikut ini proporsi limbah yang dihasilkan dari pengolahan buah kakao. Tanaman Kakao (Theobrema cocoa L) Buah Kakao Kulit Buah (73,7-75%) Kulit Biji (2,0%) Plasenta (21,98%) Buah (2,42%) Gambar 2. Proporsi limbah Produktifitas tanaman kakao Provinsi Lampung pada tahun 2009 sebesar 26.046 ton, menunjukkan bahwa potensi limbah kulit buah kakao sangat besar untuk dijadikan pakan ternak. Pembuatan kulit buah kakao untuk menjadi pakan ternak dapat dilihat pada teknologi fermentasi pada kulit buah kakao dapat dilihat pada Gambar 3.

9 Buah Kakao Pemecahan Cangkang Kulit Biji Kakao Pencacahan Cangkang Cacahan Cangkang Fermentasi Fermentasi Aspergillus niger selama 5-6 hari Penjemuran Cangkang Fermentasi Kering Tepung Cacahan Penggilingan Pakan Ayam/Itik/Babi Pakan Sapi/Kambing + Bahan lain Gambar 3. Teknologi fermentasi pada kulit buah kakao Kulit buah kakao yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak memerlukan suatu rekomendasi penggunaan limbah kakao dalam suatu susunan pakan lengkap (complete feed). Tabel 1 dan 2 menjelaskan susunan konsentrat domba dan sapi yang menggunakan limbah kakao sebagai salah satu bahan penyusunnya

10 Tabel 3. Susunan bahan pakan konsentrat domba Bahan Komposisi Bahan (%) Protein Kasar (%) Kulit Buah Kakao Fermentasi Tepung Jagung Dedak Halus Tepung Ikan Bungkil Kedelai Urea Ultra Mineral Garam 25 22 38 1,50 11 0,50 1 1 2,31 1,89 4,56 0,79 4,84 1,43 0 0 Total 100 16,73 Sumber : Suharto (2004) Tabel 4. Susunan bahan pakan konsentrat sapi. Bahan Komposisi Bahan (%) Protein Kasar (%) Pollard Dedak Halus Jagung Kuning Bungkil Kedelai Bungkil Biji Kapok Bungkil Kelapa Kulit Biji Kakao Feed Mix 37 18 10 3 10 10 8 4 2,31 1,89 4,56 0,79 4,84 1,43 0 0 Total 100 16,73 Sumber : Burhanudin (2001) Jenis pakan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pakan kasar dan pakan penguat. 1. Pakan Kasar Pakan kasar adalah pakan yang kadar nutisinya rendah, yakni kandungan nutrisi pakan tidak sebanding dengan jumlah fisik volume pakan tersebut. Contoh pakan seperti ini adalah rumput alam, jerami, silase, batang jagung, akar tanaman, pucuk daun tebu, dan daun ubi. Sapi dan ruminansia yang lain

11 sangat membutuhkan serat kasar. Kebutuhan serat kasar yang tidak dapat terpenuhi menimbulkan gangguan pencernaan. Pakan kasar membantu pencernaan untuk bekerja secara baik, membuat rasa kenyang, dan mendorong kelancaran getah kelenjar dan pencernaan. 2. Pakan Penguat Pakan penguat atau konsentrat adalah pakan yang mengandung nutrisi dengan kadar serat kasar yang rendah. Pakan konsentrat meliputi susunan bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian seperti jagung giling, tepung kedelai, menir, dadak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi. Pakan konsentrat berperan untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996). Sapi tidak perlu diberi pakan yang kandungan proteinnya istimewa seperti pada hewan nonruminansia. Sapi memiliki alat pencernaan yang lebih sempurna, sehingga bahan-bahan pakan yang tidak mampu dicerna oleh hewan lain dapat dicerna oleh sapi (Sugeng, 2004). Kulit buah kakao memiliki potensi biomassa yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak di Indonesia. Potensi biomassa ini tercantum dalam kebijakan pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi (energi hijau) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Energi biomassa tersebut meliputi kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, komponen organik dari industri dan rumah tangga. Potensi biomassa tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia, tetapi limbahnya dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan.

12 Penelitian Suharto (2004) melaporkan bahwa pemberian 30% kulit buah kakao mentah pada sapi Brahman cross menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan pemberian rumput gajah. Kulit buah kakao tersebut difermentasi terlebih dahulu. BPTP Bali yang bekerjasama dengan Ditjen Perkebunan melakukan penelitian lain pada tahun 2002. Kulit buah kakao yang digunakan memberikan dampak yang positif terhadap pertambahan bobot badan ternak ruminansia, terutama kambing (umur 0-6 bulan) apabila dibandingkan dengan pemberian makanan hijau saja. Penggemukan sapi Bali dan kambing perah yang diberi pakan kulit buah kakao juga menunjukkan pengaruh yang positif. Kulit buah kakao merupakan unsur pokok yang menjadi sistem pokok pakan ternak (Roesmanto, 1991). Kandungan gizi kulit buah kakao dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 5. Kandungan gizi kulit buah kakao Komponen 1 (ppm) 2 (ppm) 3 (ppm) Bahan kering - 91,33 90,4 Protein kasar 84,00 90,00 6 6 Lemak 6,00 10,00 0,9 0,9 Serat kasar 0,50 1,50 40,33 31,5 Abu 19,00 28,00 14,8 16,4 BETN 10,00 13,80 34,26 - Kalsium 50,00 55,60-0,67 Pospor - - 0,1 Sumber : 1. Smith dan Adegbola (1982) 2. Amirroenas (1990) 3. Roesmanto (1991) Kulit buah kakao yang menjadi ransum ternak ruminansia dapat menggantikan posisi rumput gajah, bahkan 40-70% jagung yang biasa dipakai dalam ransum penggemukan dapat diganti oleh kulit buah kakao (Heri dan Rantan, 2009).

13 Kulit buah kakao diketahui mempunyai komposisi mineral yang cukup lengkap yaitu: Fosfat 0,15%, Kalsium 0,25%, Magnesium 0,26%, Natrium 0,03%, Mangan 32 ppm, Besi 115 ppm, Tembaga 8,3 ppm dan Zinc 52 ppm (Siswoputranto dkk., 1986). C. Mesin Pencacah Kulit Buah Kakao Berikut ini adalah salah satu mesin pencacah kulit buah kakao. 1. Mesin Pencacah Kulit Buah Kakao (Shreder) Gambar 4. Mesin pencacah kulit buah kakao (Shreder) Fungsi shreder ini sebagai pencacah kulit buah kakao tipe silinder yang mudah dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain dan memiliki kapasitas pencacahan tinggi.

14 Keunggulannya adalah memiliki kapasitas pencacahan tinggi dan relatif seragam, perawatan mudah dan murah, rangka kuat, kokoh, dan menggunakan sistem knock-down, komakt sehingga mudah di pindahkan di areal kebun. Tipe stasioner berkapasitas 2 m 3 kulit buah kakao/jam, penggeraknya motor bakar sebesar 5,5 PK, transmisi menggunakan pulley dan sabuk karet V, rangka mesin besi profil persegi. Tipe stasioner berkapasitas 3 m 3 kulit buah kakao/jam, penggeraknya motor bakar sebesar 5,5 PK, transmisi menggunakan pulley dan sabuk karet V, rangka mesin besi profil persegi. Tipe mobile dengan empat roda berkapasitas 7 m 3 kulit buah kakao/jam, penggeraknya mesin diesel 18 PK, transmisi menggunakan pulley dan sabuk karet V, rangka mesin besi profil persegi.