BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat agar keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang menyelenggarakanpemerintahan yang baik (good. governance) dan pemerintahan yang bersih (clean goverment), dituntut

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

I. PENDAHULUAN. melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyusun laporan keuangannya, suatu Badan Layanan Umum (BLU)

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. dituntut dapat disajikan secara transparan dan akuntabel. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebelum berlakunya paket Undang-undang di bidang keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket Undang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

PERATURAN BUPATI SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Gubernur dan Bupati untuk membangun Indonesia menjadi negara yang maju dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat agar keuangan negara dikelola dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik agar menghasilkan pelayanan kepada masyarakat yang maksimal dan informasi keuangan negara yang kredibel dan akurat sehingga reformasi di Departemen Keuangan menjadi suatu keharusan untuk segera diwujudkan dan dilaksanakan (Indrawati, 2009). Tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suatu negara merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Pemerintah wajib menerapkan kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk di dalamnya kaidah-kaidah dalam bidang pengelolaan keuangan negara yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik itulah, pemerintah Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara (Menkeu, 2010). Menurut (Indrawati, 2009) bahwa salah satu masalah besar yang dihadapi bangsa ini adalah kelemahan dalam kelembagaan. Terdapat beberapa catatan mengenai berbagai kendala dalam birokrasi, yakni masih meluasnya korupsi, belum berjalannya good governance, dan tak efektifnya birokrasi. Menurut Mardiasmo dalam bunga rampai Halim, (2002) bahwa dimensi reformasi tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga, tetapi mencakup juga pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, 1

2 dan akuntabel sehingga cita-cita reformasi untuk menciptakan terwujudnya good governance benar-benar terwujud. Hal ini sebagai konsekuensi logis terhadap seluruh tuntutan reformasi, yang salah satu wujudnya adalah disetujuinya paket perundang-undangan di bidang keuangan negara, yaitu UU No.17 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Keuangan Negara, UU No.1 Tahun 2004 tentang Bendahara Umum Negara, dan UU No.15 Tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban dan Pelaporan Pelaksanaan Keuangan Negara (Indrawati, 2009). Dengan dikeluarkannya ketiga undang-undang tersebut dan peraturan-peraturan lainnya dalam bidang keuangan Negara, diharapkan good governance dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, bank sentral, pemerintah/lembaga asing, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat dapat segera diwujudkan (Nasution, 2009). Menurut Halim (2002) bahwa pemerintah harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Hak-hak itu meliputi: hak untuk tahu (right to know), hak untuk diberi informasi right to be informed) dan hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to). Untuk itu pemerintah pusat haruslah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan yang efektif. Standar Akuntansi Pemerintahan berperan sangat penting dalam meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara/daerah karena standar akuntansi berisikan prinsip-prinsip akuntansi yang menunjang penyajian informasi keuangan pemerintah yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami (Nasution, 2009). Menurut Mardiasmo (2002) standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan

3 keuangan untuk tujuan pelaporan kepada pengguna laporan keuangan. Tujuan dari adanya Standar Akuntansi Pemerintahan adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements), dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas. Laporan keuangan dengan tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan keuangan yang meliputi masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman serta pemerintah (Diah dalam Lapepa, 2009). Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan (Ritonga, 2010). Menurut (Indrawati, 2009) bahwa untuk mencoba memahami dan menerjemahkan ide reformasi itu di dalam suatu realitas yang sebagian terjemahannya adalah cara bagaimana kita bekerja sehingga perlu dibuat prosedur operasi standar, berbagai peraturan baku, mereorganisasi kalau peraturannya dibenahi, dan organisasinya disesuaikan supaya sesuai dengan tujuannya. Untuk mengubah suatu organisasi menjadi lebih baik, yang paling penting untuk dilakukan, yakni pertama penataan organisasi dan kedua yang tak kalah penting adalah penataan sumber daya manusia. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, di dalam pasal 71 ttg Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ayat (1) bahwa Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Pemerintah menyusun LKPP

4 Semesteran dan Tahunan, ayat (2) LKPP Tahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan, ayat (3) LKPP Semesteran berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), ayat (4) LRA dan Neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan hasil konsolidasi laporan keuangan seluruh entitas pelaporan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang selanjutnya sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP tersebut diaudit terlebih dahulu oleh BPK. Laporan keuangan yang disajikan Pemerintah Pusat harus memenuhi kriteria pelaporan yang baik yaitu sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Mencermati laporan hasil audit BPK tahun 2009, 2010 dan 2011 atas audit laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP), dalam Laporan BPK No. 25/01/LHP/XV/05/2009 Tgl 20 Mei 2009, BPK tidak menyatakan pendapat atas LKPP Tahun 2008. Dan laporan BPK No.034/01/LHP/XV/05/2010 Tanggal 27 Mei 2010, BPK memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas LKPP. Dalam rangka mencapai laporan keuangan yang diandalkan maka pejabat pengelola keuangan pusat harus menyajikan laporan keuangan sesuai dengan SAP dan UU yang berkaitan dengan tata pengelolaan keuangan pusat sebagai syarat untuk mencapai laporan keuangan yang andal dan wajar, oleh karena itu laporan keuangan untuk masing-masing Kementerian/Lembaga pada pemerintah pusat maupun Badan Layanan Umum (BLU) ini akan diintegrasikan untuk menyusun laporan konsolidasi oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang nantinya akan menjadi laporan keuangan pemerintah pusat.

5 Mengingat pentingnya penyajian laporan konsolidasi ini untuk menggambarkan kondisi keuangan pusat secara menyeluruh maka diperlukan perhatian yang serius dari entitas-entitas akuntansi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan laporan keuangan masing-masing entitas yang terkait, masingmasing entitas akuntansi dituntut harus memahami dengan baik penyajian laporan keuangan yang benar sesuai SAP dan UU yang berlaku sehingga dapat memberikan informasi yang akurat, dapat dipercaya, andal dan tepat waktu kepada entitas pelaporan dalam menyusun laporan konsolidasi ini. Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK) secara harian dilaksanakan oleh Subdirektorat Konsolidasi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (KPKPP) yang mempunyai tugas: (1) melaksanakan konsolidasi seluruh laporan keuangan Kementerian/Lembaga dan Keuangan Bendahara Umum Negara (BUN) secara berkala, (2) melaksanakan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Pusat dan Rancangan Undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, dalam hal ini dapat menjelaskan tentang hal-hal yang penting dalam menyusun laporan konsolidasi, antara lain apakah laporan konsolidasi disusun melalui proses penggabungan dari neraca masing-masing Kementerian/Lembaga atau laporan keuangan pemerintah pusat yang disusun tanpa laporan keuangan Kementerian/Lembaga. Untuk itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada pemerintah pusat yaitu pada Menteri Keuangan pada bagian Subdirektorat Konsolidasi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tentang teknik konsolidasi penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat. 1.2. Rumusan Masalah Pertanyaan penilitian yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis teknik konsolidasi penyusunan laporan keuangan pusat

6 kemudian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian tentang bagaimana teknik konsolidasi penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat dan Bank Indonesia. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Teknik Konsolidasi penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat dan Bank Indonesia, dan merekomendasikan apa yang seharusnya diperbaiki untuk meminimalkan masalah yang ada dalam penyusunan laporan konsolidasi pusat. 1.4 Manfaat penelitian 1. Secara praktik Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan sekaligus manfaat bagi Ditjen Perbendaharaan yaitu pada bagian Subdirektorat Konsolidasi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, sebagai bahan pertimbangan dalam teknik konsolidasi laporan keuangan pemerintah pusat yang lebih baik. 2. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam aspek teoritis mengenai teknik konsolidasi laporan keuangan pemerintah pusat. 1.5 Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini dilaporkan dalam suatu laporan penelitian dengan sistematika laporan sebagai berikut: BAB I; PENDAHULUAN Dalam bab ini menyajikan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menyajikan tujuan pustaka yang berisi penjelasan teoritis mengenai dasar hukum penyajian laporan konsolidasi pemerintah pusat,

7 pengertian laporan konsolidasi, tujuan laporan konsolidasi, manfaat laporan konsolidasi, teknik penyusunan laporan konsolidasi, laporan konsolidasi sektor publik, penyajian laporan konsolidasi, ciri-ciri entitas pelaporan, prosedur konsolidasi, konsolidasi ditingkat pemerintah pusat, karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah pusat (laporan konsolidasi), penelitian terdahulu. BAB III: METODE PENELITIAN Dalam bab ini menyajikan jenis/ tipe penelitian, metode penelitian, unit analisis dan responden, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menyajikan temuan-temuan hasil penelitian yang meliputi deskripsi mengenai pemerintah pusat, analisis penyusunan laporan konsolidasi, dan kendala yang mempengaruhi penyajian laporan konsolidasi di pemerintah pusat. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini menyajikan simpulan, saran, keterbatasan penelitian.