BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DECISION SUPPORT SYSTEMS

PENILAIAN KINERJA By Sami an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Penunjang Keputusan, Pertemuan Ke-3

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN SPK PENERIMAAN ANGGOTA BARU STUDI KASUS: ORGANISASI IMSI STMIK MIKROSKIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak terdapat metode perankingan yang dapat digunakan untuk memecahkan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REKRUTMEN GURU DENGAN METODE TOPSIS

I R A P R A S E T Y A N I N G R U M

Outline. Definisi SPK Tujuan SPK Fitur SPK Karakteristik dan Kemampuan SPK Komponen SPK

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode TOPSIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 3 SKS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

Paper Group Project SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN. Metode TOPSIS & Contoh Implementasi

Subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut ini:

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGENAL MINAT SISWA PADA BIDANG EKSTRAKULIKULER SEKOLAH DENGAN METODE TOPSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Sistem Pendukung Keputusan. Oleh: Ade Sarah H., M.Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN INSENTIF BERDASARKAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENGAN METODE TOPSIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan Decision support system atau sistem penunjang keputusan disingkat menjadi DSS, secara umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI. Oleh Iwan Sidharta, MM NFORMASI

Manajemen Penilaian dan Memaksimalkan Kinerja

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh : 1. Fitriani M. Yaqiyatum (2014) dari Universitas Dian

Decision Support System (DSS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS. setiap pegawai memiliki tingkat kemampuan yang berbeda beda dalam

Sistem Pendukung Keputusan Manajemen

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

BAB II KAJIAN TEORITIS

Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo 63

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support System (DSS)

IDENTIFIKASI HAMBATAN ORGANISASI DENGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PASKIBRAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

Konsep Dasar SPK. Target Pembelajaran. Mahasiswa dapat menunjukkan kerangka kerja SPK, Pert_3. Pada akhir pertemuan ini :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN. Sistem Informasi Pariwisata

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Penilaian dan Memaksimalkan Kinerja

DECISION SUPPORT SYSTEMS COMPONENTS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN METODE TOPSIS DALAM RANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI USAHA BARU (Studi Kasus : ARENA DISC Yogyakarta)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Gaji Bonus Karyawan Pada Restoran KL Express Dengan Metode TOPSIS

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DECISION SUPPORT SYSTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan: Decision Support system STMIK BANDUNG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN MUTU KEPEGAWAIAN MENGGUNAKAN METODE PENDEKATAN TOPSIS SKRIPSI AHMAD YAZID

Program Studi Sistem Informasi, STMIK Widya Cipta Dharma

Prosiding SINTAK 2017 ISBN:

PERTEMUAN KE-10 PELAPORAN SEGMEN DAN PUSAT INVESTASI

BAB III LANDASAN TEORI. suatu paket atau application suite. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dosen merupakan tenaga akademik yang bertugas merencanakan dan

PERANAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa yang berprestasi merupakan salah satu bukti bagi pihak sekolah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON KEPALA SEKOLAH DASAR DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE TOPSIS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELUARGA MISKIN PADA DESA PANCA KARSA II

Volume : II, Nomor : 1, Pebruari 2014 Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI) ISSN : X

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON KEPALA SEKOLAH DASAR DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT

SISTEM INFORMASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE TECHNIQUE FOR OTHERS REFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS)

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SMK CILEDUG AL-MUSSADADIYAH

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Oleh : Saripudin PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternative tindakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. RE. Martadinata No. 272A, Indihiang, Kota Tasikmalaya 1), 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Penilaian Kinerja Siagian (1995) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu pendekatan kegiatan penilaian prestasi kinerja para pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai factor, yaitu: 1 Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan 2 Penilaian yang dilakukan dalam serangkaian pengukuran tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas kerja seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara obyektif 3 Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan lima maksud: - Apabila penilaian tersebut bersifat positif maka penilaian tersebut diharapkan menjadi dorongan bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi di masa yang akan datang sehingga kesempatan meniti karier lebih terbuka baginya - Apabila penilaian tersebut bersifat negatif maka pegawai yang bersangkutan diharapkan mengetahui kelemahannya dan dengan mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut - Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak obyektif, kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan sehingga ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya - Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan di dalam arsip kepegawaian setiap individu pegawai sehingga tidak ada informasi yang

6 hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai yang bersangkutan - Hasil penilaian prestasi kinerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang dambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri Sedangkan Mejia et al (2004) dalam Suwanto (2011) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari: 1 Identifikasi, yaitu penentuan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu organisasi Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil analisa jabatan 2 Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja Pada proses ini, pihak manajemen atau penilai menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang termasuk baik dan buruk Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas 3 Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi pegawai di organisasi yang bersangkutan Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya Oleh karenanya, Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian penilaian kinerja, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu sistem penilaian secara berkala terhadap kinerja pegawai yang mendukung kesuksesan organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya Proses penilaian dilakukan dengan membandingkan kualitas kinerja pegawai terhadap standar yang telah ditetapkan atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas (Mulyana, 2011)

7 211 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pegawai Penilaian kinerja menurut Werther & Davis (1996) mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu: 1 Performance Improvement Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pegawai 2 Compensation adjustment yaitu tindakan yang membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya 3 Placement decision, yaitu menentukan promosi, transfer, dan demosi 4 Training and development needs yaitu tindakan yang mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal 5 Carrer planning and development yaitu tindakan perencanaan yang akan menjadi panduan untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dan ingin dicapai 6 Staffing process deficiencies yaitu tindakan yang berpengaruh di dalam prosedur perekrutan pegawai 7 Informational inaccuracies and job-design errors Yaitu tindakan yang membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam kegiatan manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi analisa pekerjaan, job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia 8 Equal employment opportunity yaitu tindakan yang menunjukkan bahwa keputusan dalam penempatan kerja dan penilaian kerja tidak diskriminatif atau subjektif 9 External challenges Yaitu sebuah faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya yang mempengaruhi kinerja pegawai yang bersangkutan Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu manajemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan agar meningkatan kualitas kinerja pegawai

8 10 Feedback yaitu tindakan berupa umpan balik bagi manajemen sumber daya manusia ataupun segala urusan kepegawaian dan bagi pegawai itu sendiri 212 Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian kinerja (rating) yang relevan Pengukuran kinerja merupakan sebuah upaya untuk membandingkan dan menilai kualitas kinerja antara standar kualitas pegawai yang telah ditentukan dengan kinerja yang sebenarnya terjadi di lapangan 213 Metode Penilaian Kinerja Banyak metode dalam melakukan penilaian kinerja, namun secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu past-oriented appraisal methods dan future-oriented appraisal methods (Werther & Davis, 1996) 1 Past-oriented appraisal methods Yaitu penilaian kinerja yang berorientasi pada kualitas kinerja seseorang pada pekerjaan yang telah dilakukannya di masa lalu Secara kuantitatif, metode ini dangatlah jelas dan mudah diukur dikarenakan sudah adanya data sebelumnya Namun dikarenakan kinerja yang terukur tidak dapat diubah, terkadang salah menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut Metode ini cenderung subjektif dan banyak biasnya 2 Future-oriented appraisal methods yaitu penilaian kinerja yang berorientasi pada seberapa besar potensi yang dimiliki seseorang pada masa datang Metode ini terkadang menggunakan data data metode past-oriented methods sebagai acuan untuk menetapkan kinerja yang diharapkan Namun dikarenakan tidak ada yang dapat memastikan secara 100% bagaimana kinerja seseorang pada masa datang, metode ini tidak terlalu akurat Salah satu metode penilaian kinerja adalah Graphic Rating Scales, metode ini merupakan teknik penilaian kinerja yang dimana evaluator atau penilai kinerja menilai kualitas kinerja pegawai dengan menggunakan skala dalam mengukur faktor - faktor kinerja (Performance Factor) Salah satu contohnya ialah penggunaan skala nilai 1 sampai dengan 5 dengan nilai 1 sebagai nilai yang terburuk dan nilai 5 sebagai nilai

9 yang terbaik Contohnya adalah dalam mengukur tingkat disiplin waktu masuk kerja pagi pegawai Jika pegawai tersebut selalu masuk kerja tepat waktu atau sebelum waktu mulai kerja, maka ia bisa diberi nilai 5 oleh penilai kinerja Sedangkan bila dia selalu terlambat melebihi batas waktu toleransi keterlambatan yang ditentukan oleh organisasi, maka ia bisa diberi nilai 1 yang menunjukkan bahwa dia sangatlah kurang dalam disiplin waktu masuk kerja Skala yang digunakan tidak harus selalu nilai 1 sampai dengan 5, skala dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan yang ditentukan oleh tim penilai kinerja atau tim manajemen sumber daya manusia organisasi tersebut Contoh penilaian Graphic Rating Scales dapat dilihat pada gambar 21 Metode ini merupakan metode umum yang paling banyak digunakan oleh organisasi (Mulyana, 2011) Gambar 21 Contoh Graphic Rating Scale (Pierce JL, 2002)

10 214 TUPOKSI dan disiplin harian Tupoksi adalah istilah singkatan dari kata Tugas Pokok dan Fungsi Tupoksi suatu unit kerja yang sama didalam suatu organisasi yang berbeda dapat memiliki poin poin tugas pokok dan fungsi yang berbeda sesuai dengan yang ditentukan oleh pemegang keputusan didalam organisasi tersebut Tupoksi merupakan uraian atau penjelasan dari tugas pokok unit dan fungsi unit, sedangkan poin poin didalam Tupoksi merupakan uraian tugas unit kerja tersebut, Tupoksi dapat berupa sebuah prosedur manual (manual procedure) unit kerja tersebut Perosedur manual Tupoksi umumnya menjelaskan tentang : 1 Tujuan unit kerja 2 Referensi Tupoksi 3 Tujuan Tupoksi 4 Poin pelaksanaan atau poin tugas kerja Disiplin harian atau disiplin pegawai merupakan suatu ketentuan organisasi tentang ketaatan dan perilaku pegawai dalam berkerja setiap harinya Poin dan nilai disiplin harian ditentukan oleh pemegang keputusan didalam organisasi tersebut 22 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi yang sedemikian rupa sehingga lebih interaktif dengan pemakainya Dalam hal ini ditujukan agar dapat dengan lebih mudah memberikan keputusan yang lebih baik dengan menilai faktor faktor yang berkaitan dan saling mempengaruhi SPK merupakan sebuah sistem untuk membantu menyelesaikan masalah yang bersifat manajerial dengan lebih cepat Perlu dipahami bahwa SPK bukanlah untuk menggantikan tugas manajer atau Pengambil Keputusan, melainkan hanya sebagai bahan pertimbangan bagi Pengambil Keputusan untuk memutuskan sebuah keputusan akhir Konsep dasar Sistem Pendukung Keputusan ini pertama kali diperkenalkan oleh Scott Morton diawal tahun 1970-an sebagai sebuah sistem berbasis komputer

11 interaktif yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk menyelesaikan masalah masalah yang tidak terstruktur SPK dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif 221 Defenisi Sistem Pendukung Keputusan Defenisi SPK secara sederhana ialah sebuah sistem yang digunakan sebagai alat bantu menyelesaikan masalah dalam pengambilan keputusan (manajer) namun tidak menggantikan kapasitas manajer untuk memberikan pertimbangan dan keputusan akhir (Manurung, 2010) Kemudian Little (1970) mendefenisikan SPK sebagai sekumpulan prosedur basis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manajer mengambil keputusan Little juga menyatakan bahwa untuk sukses, sistem haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan hal hal yang penting dan komunikatif Bonczek et al (1980) mendefenisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi yaitu: Sistem Bahasa yang berarti mekanisme komunikasi antara pengguna dengan komponen SPK, Sistem Pengetahuan yang merupakan repositori pengetahuan domain masalah yang ada pada SPK baik berupa data atau prosedur, dan Sistem Pemrosesan Masalah dimana hubungan antar kedua komponen lainnya yang terdiri dari satu atau lebih kapasitas manipulasi masalah yang diperlukan untuk mengambil keputusan 222 Karakteristik dan kemampuan SPK Sebuah sistem pendukung keputusan yang ideal memiliki karakteristik dan kemampuan seperti yang ditunjukan pada gambar 22

12 Gambar 22 Karakteristik dan Kemampuan SPK (Subakti, 2002) Karakteristik dan kemampuan tersebut adalah: 1 Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi Masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan (tidak dapat dipecahkan secara memuaska) oleh sistem terkomputerisasi lain dan tidak juga oleh metode atau tool kuantitatif standar 2 Dukungan untuk semua level manajerial, dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan 3 Dukungan per-individu maupun per-kelompok Masalah yang kurang terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari organisasi dengan tingkat kemampuan yang berbeda 4 Dukungan untuk keputusan yang berurutan maupun yang saling berkaitan

13 5 Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi, desain, pemilihan dan implementasi 6 Dukungan dalam berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan yang sesuai dengan tiap tiap pemakai yang memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya 7 Dapat beradaptasi sepanjang masa Pengambilan keputusan seharusnya reaktif dan cepat dalam menangani perubahan sehingga juga harus fleksibel bila dubutuhkan untuk menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah atau mengatur kembali elemen dasar pada situasi yang tidak diduga 8 User-Friendly Pengguna merasa nyaman dalam pemakaiannya Menggunakan bahasa sehari hari yang mudah dimengerti dan dipahami serta tampilan yang nyaman dipandang mata 9 Lebih pentingnya efektifitas dalam pengambilan keputusan (akurasi, jangka waktu, kualitas) ketimbang daripada tingkat efisiensi pengambilan keputusan (biaya pengambilan keputusan) 10 Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah sehingga tidak berarti menggantikan posisi pengambil keputusan melainkan hanya memberikan rekomendasi dalam pengambilan keputusan 11 Pengguna akhir dapat menyusun sendiri sebuah sistem yang sederhana Sistem yang lebih besar membutuhkan sedikit bantuan dari spesialis dibindang sistem informasi 12 Menggunakan berbagai model dalam menganalisis pengambilan keputusan Kemampuan memakai model yang berbeda memungkinkan adanya eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda 13 Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi-objek 14 Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi dengan data saling berhubungan didalam satu organisasi secara keseluruhan sehingga umumnya berupa aplikasi web-based

14 223 Komponen SPK Sistem pendukung keputusan memiliki 4 komponen dasar yaitu: 1 Data Management Database mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management System (DBMS) DBMS haruslah cukup fleksibel yang memungkinkan penambahan dan pengurangan data secara cepat Subsistem manajemen data terdiri dari elemen elemen berikut: - Database: kumpulan data yang saling terkait dan terorganisir dalam memenuhi kebutuhan data organisasi Data berasal dari sumber internal maupun eksternal - Manajemen Database: database dapat dibuat, diakses dan diperbaharui - Direktori data: sebuah katalog dari semua data yang terdapat didalam database yang berisi definisi data yang memiliki fungsi utama dalam menjawab pertanyaan mengenai ketersediaan data, sumber, dan makna eksak data - Fasilitas Query: menerima dan memenuhi permintaan data dari komponen SPK lainnya dan memformulasikan permintaan tersebut secara detail 2 Model Management Berbagai jenis model finansial, statistikal, manajerial atau model kuantitatif lainnya yang dapat memberikan sistem suatu kemampuan analitis dan mengatur software yang diperlukan 3 Komunikasi (Dialog subsystem atau User-Interface) Pengguna dapat berkomunikasi dan memberi perintah kepada sistem pendukung keputusan 4 Manajemen Basis-Pengetahuan Bekerja sebagai pendukung subsistem lainnya atau sebagai satu komponen yang independen 224 Tahapan pengambilan keputusan Secara garis besar seorang pengambil keputusan dalam melakukan pengambilan keputusan melewati beberapa alur/ proses seperti pada gambar 23

15 Gambar 23 Tahapan Pengambilan Keputusan (Suryadi, 2002) 1 Intelligence Phase Suatu tahap proses seseorang dalam rangka pengambil keputusan untuk permasalahan yang dihadapi, terdiri dari aktivitas penelusuran, pengidentifikasian serta proses pengenalan masalah atau situasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan 2 Design Phase Tahap dimana dikembangkannya alternatif alternatif penyelesaian masalah Merupakan proses untuk mendalami masalah, mencari solusi dan tujuan yang ingin dicapai secara jelas 3 Choice Phase Tahap dimana dipilihnya alternatif alternatif yang telah diuraikan dalam fase desain untuk diimplementasikan 4 Implementation Phase Produk akhir dari pengambilan keputusan dimana alternatif keputusan yang terpilih dijalankan

16 225 Proses pengembangan SPK Subakti (2002) menjelaskan bahwa pengembangan SPK terkait dengan struktur permasalahan yang tidak terstruktur, semi terstrukstur maupun yang terstruktur Fase pengembangan SPK seperti pada gambar 24 dimana fase fase tersebut meliputi: 1 Perencanaan (Planing) Tahap ini difokuskan pada perhitungan kebutuhan dan pengenalan masalah dengan mendefenisikan sasaran dan tujuan dari sistem pendukung keputusan 2 Riset (Research) Menentukan kebutuhan pengguna dan sumber daya apa sajakah yang tersedia dan dapat digunakan oleh sistem dalam melakukan dukungan keputusan 3 Analisa (Analysis) Penentuan pendekatan pengembangan yang terbaik untuk digunakan serta sumber daya apakah yang akan dibutuhkan sehingga dapat didefenisikan model normatif yang digunakan 4 Desain Tahapan dimana ditentukannya spesifikasi desain dan arsitektur yang terdiri dari: - Design User Inferface Dimana ditentukan dan dibentuknya dialog dan pola dialog baik secara grafis maupun bahasa antara user dengan sistem - Design Problem Processing System Disini ditentukan pola model dasar dan manajemen masalah yang diproses oleh sistem - Design Database Dibentuknya pola basis data dan manajemen basis data tersebut - Design Knowledge Component Dibentuknya komponen basis pengetahuan 5 Konstruksi Pembangunan, penyusunan dan penyatuan komponen komponen yang telah didesain untuk kemudian dilakukan uji coba sistem 6 Implementasi Tahap ini terdiri dari percobaan dan evaluasi sistem, demonstrasi, orientasi penggunaan, pelatihan penggunaan sistem serta penerapan penggunaan sistem 7 Perawatan dan Dokumentasi Tahapan ini meliputi perencanaan untuk membina dukungan terhadap sistem dan komunitas pengguna termasuk pembuatan dokumentasi penggunaan dan perawatan sistem

17 8 Adaptasi Tahap ini merupakan respon daripada feedback pengguna sistem 23 Sumber Data Subakti (2002) menjelaskan bahwa sumber data dibagi kedalam 3 kriteria yaitu: 1 Data Internal Data internal merupakan data yang berasal dari dalam organisasi Data internal diperoleh dari proses, anggota, produk dan servis di dalam organisasi seperti data karyawan dan tugasnya 2 Data Eksternal Berupa data data yang berasal dari luar organisasi seperti data pasar, data industri, data sensus, data satelit dan sebagainya 3 Data Personal Data yagn didapat dari pendapat atau kontribusi para ahli 24 Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution Sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan bukan hanya karena faktor ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi saja Namun masih terdapat penyebab lainnya seperti faktor yang berpengaruh terhadap pilihan pilihan yang ada, dengan beragamnya kriteria pemilihan dan juga nilai bobot dari masing-masing kriteria merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah yang sangat kompleks (Imbar & Setiadi, 2011) Pada zaman sekarang ini metode-metode pemecahan masalah multikriteria telah digunakan secara luas di berbagai bidang Setelah menetapkan tujuan masalah, kriteria-kriteria yang menjadi tolak ukur serta alternatif-alternatif yang mungkin, para pembuat keputusan dapat menggunakan satu metode atau lebih untuk menyelesaikan masalah mereka Adapun metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan multikriteria yaitu metode Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)

18 TOPSIS diperkenalkan pertama kali oleh Yoon K dan Hwang CL pada tahun 1981 untuk digunakan sebagai salah satu metode dalam memecahkan masalah multikriteria (Sachdeva, 2009) TOPSIS memberikan sebuah solusi dari sejumlah alternatif yang mungkin dengan cara membandingkan setiap alternatif dengan alternatif terbaik dan alternatif terburuk yang ada diantara alternatif-alternatif masalah Metode ini menggunakan jarak untuk melakukan perbandingan tersebut TOPSIS telah digunakan dalam banyak aplikasi termasuk keputusan investasi keuangan, perbandingan performansi dari perusahaan, perbandingan performansi dalam suatu industri khusus, pemilihan sistem operasi, evaluasi pelanggan, dan perancangan robot (Hasibuan, 2011) TOPSIS mengasumsikan bahwa setiap kriteria akan dimaksimalkan ataupun diminimalkan Maka dari itu nilai solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dari setiap kriteria ditentukan, dan setiap alternatif dipertimbangkan dari informasi tersebut Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut Solusi ideal positif jarang dicapai ketika menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata karenanya asumsi dasar dari TOPSIS adalah ketika solusi ideal positif tidak dapat dicapai, pembuat keputusan akan mencari solusi yang sedekat mungkin dengan solusi ideal positif TOPSIS memberikan solusi ideal positif yang relatif dan bukan solusi ideal positif yang absolut Dalam metode TOPSIS klasik, nilai bobot dari setiap kriteria telah diketahui dengan jelas Setiap bobot kriteria ditentukan berdasarkan tingkat kepentingannya menurut pengambil keputusan Yoon dan Hwang mengembangkan metode TOPSIS berdasarkan intuisi yaitu alternatif pilihan merupakan alternatif yang mempunyai jarak terkecil dari solusi ideal positif dan jarak terbesar dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean (Sachdeva, 2009) Alternatif yang mempunyai jarak terkecil dari solusi ideal positif tidaklah harus mempunyai jarak terbesar dari solusi ideal negatif Maka dari itu, TOPSIS mempertimbangkan kedua jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif secara bersamaan Solusi optimal dalam metode TOPSIS didapat dengan menentukan kedekatan relatif suatu alternatif terhadap solusi ideal positif

19 241 Langkah - langkah TOPSIS 1 Membuat matriks keputusan TOPSIS dimulai dengan membangun sebuah matriks keputusan Matriks keputusan X mengacu terhadap m alternatif yang akan dievaluasi berdasarkan n kriteria Matriks keputusan X dapat dilihat pada gambar 24 1 2 3 m X = ɑ 1 ɑ 2 ɑ 3 ɑ m 11 21 31 m1 12 22 32 m2 13 23 33 m3 1n 2n 3n mn Gambar 24 Matriks keputusan (X ij ) mxn Dimana ( = 1, 2, 3,, m ) adalah alternatif-alternatif yang mungkin sedangkan ( =1, 2, 3,, n ) adalah atribut dimana performansi alternatif diukur sehingga adalah performansi alternatif dengan acuan atribut 2 Membuat matriks keputusan ternormalisasi Matriks X kemudian dinormalisasikan untuk membuat matriks ternormalisasi R menggunakan persamaan (21): (21) Dengan (i = 1,2,3,, m) dan (j = 1,2,3,, n) dimana adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi R, adalah elemen dari matriks keputusan X 3 Membuat matriks keputusan normalisasi terbobot Setelah terbentuk matrik keputusan ternormalisasi R, kemudian dibuatlah matriks keputusan ternormalisasi V Matriks V dengan bobot (w i = w 1,w 2,w 3,,w n ) dimana w j adalah bobot dari kriteria ke-j dan maka normalisasi bobot matriks V adalah seperti yang tertulis pada persamaan (22): (21)

20 Dengan (i = 1,2,3,,m) dan (j = 1,2,3,,n) dimana v ij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V, w j adalah dari kriteria ke-j, dan r ij adalah elemen dari matriks keputusan ternormalisasi R 4 Menentukan matriks solusi ideal positif dan solusi ideal negatif Solusi ideal positif dinotasikan dengan A + sedangkan solusi ideal positif dinotasikan dengan A - sesuai dengan yang tertulis pada persamaan (23) dan persamaan (24): {( )( ) } * + (23) {( )( ) } * + (24) Dimana (J = 1,2,3,,n) dan J merupakan himpunan kriteria positif (positive criteria) serta (J =1,2,3,,n) dengan J merupakan himpunan kriteria negatif (negative criteria) Dimana v ij adalah elemen dari matriks keputusan ternormalisasi terbobot V, dengan v ij ( j =1,2,3,, n) adalah elemen matriks solusi ideal positif dan dengan v ij ( j =1,2,3,,n) adalah elemen matriks solusi ideal negatif 5 Menghitung separasi Separasi merupakan pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal positif dan solusi ideal negatif Perhitungan secara matematis sesuai dengan yang tertulis pada persamaan (25) untuk solusi ideal positif dan persamaan (26) untuk solusi ideal negatif: ( ), dengan i =1,2,3,,m (25) ( ), dengan i =1,2,3,,m (26) Dimana: - adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal positif - adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal negatif - adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V - adalah elemen matriks solusi ideal positif - adalah elemen matriks solusi ideal negatif

21 6 Menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif Kedekatan relatif dari setiap alternatif terhadap solusi ideal positif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (27): (27) ( ) Dengan (i =1,2,3,,m) dimana adalah kedekatan relatif dari alternatif ke-i terhadap solusi ideal positif 7 Merangking alternatif Alternatif diurutkan dari nilai terbesar sampai ke nilai terkecil dengan nilai terbesar merupakan solusi yang terbaik dikarenakan merupakan alternatif solusi ideal positif yang paling dekat dengan solusi ideal 25 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan SPK maupun TOPSIS, beberapa diantaranya adalah Tabel 21 Contoh Penelitian Terdahulu Penulis Judul Penelitian Kesimpulan Manurung, P Sistem Pendukung Keputusan Metode AHP dan TOPSIS dapat Slekesi Penerima Beasiswa digunakan untuk memecahkan dengan Metode AHP dan masalah penyelesaian TOPSIS penyeleksian beasiswa Andayati, D Sistem Pendukung Keputusan Pra-Seleksi Penerimaan Siswa Dengan menggunakan SI dan bahasa pemrograman yang ada Baru On-line Yogyakarta akan mendukung SPK untuk mendapat hasil yang lebih akurat