PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

KINERJA KEUANGAN INDUSTRI CITRA LESTARI PRODUCTION KOTA PALU

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI ACEH. Sofyan*, Elvira Iskandar*, Zakia Izzati** ABSTRACT

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN ANALISIS EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA DALAM TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH ABSTRAK

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

3.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

KOMPOSISI INDUSTRI YANG MEMBANGUN SEKTOR PERTANIAN SULAWESI TENGAH. Mixed Industry Supported The Agriculture Sector of Central Sulawesi

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA RASA DI KOTA PALU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

Analisis Nilai Sektor Basis Perkebunan Kelapa-Dalam (Cocos nucifera L) Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

RENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH. Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central Sulawesi

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT KELOMPOK IGA DAN PLASMA DI DESA GUNUNGSARI KECAMATAN PASANGKAYU KABUPATEN MAMUJU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN TANGERANG PADA TAHUN

SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT PADA PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

DI SUMATERA UTARA. Anastasya Elanmoy Siahaan Murni Daulay

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERLAKUAN PAJAK EKSPOR TERHADAP HARGA DOMESTIK BIJI KERING KAKAO SUMATERA UTARA

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

Role and Contribution Of Fisheries Sector for Economy at Rokan Hilir Regency Riau Province ABSTRACT

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

UNIVERSITAS INDONESIA

Transkripsi:

e-j. Agrotekbis 2 (2) : 180-185, April 2014 ISSN : 2338-3011 PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH The role of export growth value of raw palm oil in economy growth of Central Sulawesi Silviana Dolok Saribu 1), M.R Yantu 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu 2) Staf Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu Email : mbachy_cinonk@yahoo.co.id ABSTRACT The aim of this study was (i) to analyze the performance of palm oil as bases commodity in the economy of Central Sulawesi, (ii) to analyze trend of export value of raw palm oil, (iii) to analyze the growth level of Central Sulawesi economy; and (iv) to analyze the relationship of growth export value of raw palm oil and economy growth of Central Sulawesi. Method of analyses used was Location Quotien analysis, Trend analysis, Economy Growth analysis, and export bases theory analysis. The result of analysis showed that the performance of raw palm oil commodity in Central Sulawesi, with the value LQ > 1, so that the raw palm oil become bases commodity in this region. The tendency of export value of raw palm oil was positive and significant in level α = 0,01.The averages growth of export value 78.16 %. The rate of economy growth in Central Sulawesi on year 2000 base was positively growing with the average 7.3 %. The Relation was not significant between growth of export value of raw palm oil and economic growth of Central Sulawesi. Mean while, the confirmation analysis showed that growth of productions significantly affected the economy growth. It means there were institution problem in export of raw palm oil. Keyword: Export Value, Raw Palm Oil, Economic Growth, Export Bases Theory ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (i) menganalisis kinerja minyak sawit mentah sebagai komoditi basis dalam perekonomian Sulawesi Tengah, (ii) menganalisis kecenderungan nilai ekspor minyak sawit mentah, (iii) menganalisis tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah, dan (iv) menganalisis bentuk hubungan pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentahdengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Analisis data yang digunakan adalah analisis Location Quotien, analisis Trend, analisis Pertumbuhan Ekonomi, dan analisis Teori Basis Ekspor. Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditi minyak sawit mentah di Propinsi Sulawesi Tengah, dengan nilai LQ > 1, sehingga minyak sawit mentah menjadi komoditi basis di wilayah ini. Kecenderungan nilai ekspor minyak sawit mentah adalah positif dan nyata pada taraf α = 0,01. Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor sebesar 78,16%. Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dengan Tahun Dasar 2000 bertumbuh positif dengan nilai rata-rata sebesar 7,3 %. Terdapat hubungan tidak nyata antara pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Padahal, analisis konfirmasi menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengisyaratkan adanya masalah kelembagaan dalam ekspor minyak sawit mentah. Kata kunci: Nilai Ekspor, Minyak SawitMentah, Pertumbuhan Ekonomi, Teori Basis Ekspor 180

PENDAHULUAN Perekonomianduniayang berkembang sejak akhir abad ke- 20 semakinmembuka hubungan perdagangan antar-negara.era perdagangan bebas memposisikan daya saing menjadi sangat penting. Meningkatkan posisi daya saing, harus mengembangkan produk-produk yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif (Tjiptoherijanto, 2002). Sulawesi Tengah merupakan salah satu dari sekian banyak provinsi di Indonesia yang mengandalkan sektor pertanian untuk mempercepat pembangunan ekonominya. Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Sulawesi Tengah yaitu sebesar 37,22 % dari total aktivitas ekonomi Sulawesi Tengah. Kontribusi terbesar terhadap sektor pertanian Tahun2011 masih didominasi oleh subsektor perkebunan, yang memberikan kontribusi sebesar 13,84 % terhadap Produk Domestik Regional Bruto (BPS, 2012). Subsektor perkebunan memiliki pangsa relatif wilayah yang positif dan terbesar (Yantu, dkk., 2009). Salah satu komoditi subsektor perkebunan yang menjadi unggulan di Sulawesi Tengah ialah kelapa sawit, dengan jumlah produksi terbanyak dan produktivitas tertinggi di antara komoditi perkebunan lainnya (Disbun, 2012).Kelapa sawit mempunyai prospek yang cukup baik untuk masa yang akan datang, karena sebagai industri hulu produknya terkait dengan berbagai macam industri hilir.tanaman kelapa sawit merupakanentry point dalam rantai nilai perdagangan internasional. Salah satu informasi yang penting berkaitan dengan peran pertumbuhan nilai ekspor suatu komoditi adalah sejauh mana hubungan antara pertumbuhan ekspor komoditi dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (Richardson, 1991). Berpangaruh atau tidaknya peran pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentah di Sulawesi Tengah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi wilayah ini. Berdasarkan latar belakang dan permasalahaan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis tingkat pertumbuhan ekspor minyak sawit mentah dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah, dan secara khusus bertujuan (i) menganalisis kinerja minyak sawit mentah sebagai komoditi basis dalam perekonomian Sulawesi Tengah, (ii) menganalisis kecenderungan nilai ekspor minyak sawit mentah, (iii) menganalisis tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah, dan (iv) menganalisis bentuk hubungan pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentahdengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu. Penentuan lokasi penilitian dilakukan secara sengaja (purpossive). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotien (LQ), analisis Trend, analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi, dan analisis Teori Basis Ekspor.Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Rumus analisislocation Quotien : Secaramatematisrumuspenentuansek tor basis dan non-basis (Yantu, 2011) sebagaiberikut: Y is /Y s LQ si = Y in /Y n Keterangan: LQ i : Koefisien sektor i Sulteng Y is : Output sektor i Sulteng Y s : Total output perekonomian Sulteng Y in : Output sektor i ditingkat nasional Y n :Total output perekonomiannasional 2) Rumus analisis Trend: Model regresi sederhana terhadap waktu untuk memproyeksikan data time series terhadap kecenderungan nilai ekspor minyak sawit mentah (Walpole, 2000) sebagai berikut: Y= f (X) 181

Keterangan: Y: Jumlah ekspor minyak sawit mentah (CPO) X : Tahun Produksi 3) Analisis Pertumbuhan Ekonomi Analisis yang digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah (Yantu, dkk., 2009) sebagai berikut: PDRB = PDRB t - PDRB t-1 PDRB t-1 x 100% Keterangan : PDRB : Laju Pertumbuhan t : Tahun tertentu t-1 : Tahun sebelumnya PDRB : Produk domestik Regional Bruto 4) Analisis Teori Basis Ekspor Dalam bentuk fungsional, pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentah terhadap perekonomian Sulawesi Tengah diformulasikan dengan menggunakan regresi sederhana (Richardson, 1991 dalam Yantu, 2011) sebagai berikut: y = bx t Keterangan : y =y t - y t-1 : Selisih antara output tahun ke akhir dengan output tahun awal x=x t -x t-1 : Selisih kuantitas yang diekspor pada tahun akhir dengan kuantitas pada tahun awal b : KoefisienRegresi Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder mengenai pertumbuhan ekspor minyak sawit mentah yang berasal dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Sulawesi Tengah, dan Produk Domestik Regional Bruto yang berasal dari Badan Pusat Statistik. Kedua data tersebut merupakan data time series dari Tahun 2000-2011. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Komoditi Minyak Sawit Mentahsebagai Komoditi Basis di Sulawesi Tengah. Hasil analisis Location Quotien (LQ) komoditi minyak sawit mentah di Sulawesi Tengah kurun waktu 2000-2003 menunjukkan bahwa komoditi minyak sawit mentah memiliki nilai LQ < 1, namun ditahun berikutnya yaitu kurun waktu 2004-2011 memiliki nilai LQ > 1. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi minyak sawit mentah mengalami peningkatan nilai LQ, sehingga telah menjadi komoditi basis di Sulawesi Tengah. Tabel 1.Hasil Analisis LQ Komoditi Minyak Sawit Mentah di Sulawesi Tengah Tahun 2000-2011 Tahun LQ MinyakSawitMentah 2000 0,5910 2001 0,5559 2002 0,5595 2003 0,6544 2004 1,0114 2005 1,3077 2006 1,0629 2007 1,1328 2008 2,1701 2009 1,9059 2010 3,3843 2011 4,5334 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2013 Tabel 1 memberikan informasi bahwa nilai LQ minyak sawit mentah kurun waktu 2000-2003 kurang dari 1.Hal ini dikarenakan tanaman kelapa sawit berada pada masa pertumbuhan dan belum berproduksi sehingga minyak sawit mentah belum bisa menjadi komoditi basis diwilayah ini. Pada tahuntahun berikutnya, kurun waktu 2004-2011 nilai LQ minyak sawit mentah lebih dari 1. Hal ini membuktikan bahwa minyak sawit mentah sudah bisa menjadi komoditi basis di Sulawesi Tengah. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai LQ minyak sawit mentah setiap tahun mengalami peningkatan. Ini membuktikan bahwa minyak sawit mentah bisa memenuhi kebutuhan wilayah, juga dapat memenuhi kebutuhan ekspor. Kecenderungan Nilai Ekspor Minyak Sawit Mentah (CPO) di Sulawesi Tengah. Perkembangan ekspor minyak sawit mentah di Sulawesi Tengah mengalami fluktuasi. 182

Tahun 2000 nilai ekspor sebesar 992,500,000 US $, hingga pada Tahun 2004 nilai ekspor mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 35,957,140,531 US $, satu tahun berikutnya, yaitu pada Tahun 2005 nilai ekspor mengalami penurunan menjadi 18,592,410,022 US $, hingga pada Tahun 2011 nilai ekpsor minyak sawit mentah mengalami peningkatan yakni sebesar 36,771,908,400 US $. Kenaikan dan penurunan nilai ekspor disebabkan oleh peningkatan dan penurunan jumlah minyak sawit mentah yang diekspor, selain itu dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan kurs rupiah terhadap dolar setiap tahunnya. Peningkatan yang cukup signifikan yaitu terjadi pada Tahun 2001. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah minyak sawit mentah yang diekspor dan kenaikan kurs rupiah terhadap dolar mencapai Rp 10.400. Hasil analisis trend yang dilakukan untuk melihat kecenderungan nilai ekspor minyak sawit mentah adalahy = 10.662.985X. Koefisien ini nyata, yang diindikasikan oleh nilai t hitung (7,14) >t tabel (3,106), dengan nilai signifikan 0,000 < 0,01 pada taraf α = 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai ekspor mengalami kecenderungan yang positif. Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor sebesar 78,16 %. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah. Perekonomian Sulawesi Tengah berdasarkan Tahun Dasar 2000 cenderung mengalami peningkatan, di mana pertumbuhan ekonomi Tahun 2011 mencapai 9,16 persen lebih tinggi dibandingkan Tahun 2010 yang hanya mencapai sebesar 8,75 persen. Perekonomian Sulawesi Tengah didukung oleh kemampuan ekspor dan konsumsi. Kondisi ini mendongkrak perekonomian Sulawesi Tengah yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor global. Kondisi ini menunjukkan perekonomian Sulawesi Tengah telah berada pada fase development (BPS, 2012). Tabel 2 memberikan informasi bahwa laju pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah kurun waktu 2000-2011 cenderung meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan tersebut didukung oleh kemampuan ekspor dan konsumsi, dan didasarkan pada kenyataan bahwa Sulawesi Tengah termasuk daerah yang sedang berkembang. Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2011 Tahun LajuPertumbuhan (%) 2000 0,00 2001 5,10 2002 5,62 2003 6,21 2004 7,15 2005 7,56 2006 7,82 2007 7,99 2008 7,78 2009 7,71 2010 8,75 2011 9,15 Sumber: Analisis Data BPS diolah, 2013 Dampak Pertumbuhan Ekspor Minyak Sawit Mentah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah. Ekspor diartikan sebagai besarnya volume atau nilai barang yang dijual antar-wilayah. Berdasarkan data (Perindakop, 2012) bahwa pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentah di Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 11 tahun terakhir (2000-2011) cenderung mengalami fluktuasi. Tabel 3. Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor Minyak Sawit Mentah di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2000-2011 Tahun LajuPertumbuhan (%) 2001 523,33 2002 241,61 2003 4,62 2004 62,62 2005-48,29 2006 0,42 2007 0,41 2008 21,11 2009 17,43 2010 4,76 2011 31,64 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2013 183

Tabel3 menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentah di Sulawesi Tengah mengalami fluktuasi. Tahun 2001 pertumbuhannya mengalami pertumbuhan yang positif, namun ditahun-tahun berikutnya pertumbuhannya mengalami penurunan sampai Tahun 2005 pertumbuhannya mengalami nilai negatif. Keadaan ini terjadi karena kenaikan dan penurunan volume ekspor. Hasil analisis yang digunakan untuk melihat bentuk hubungan pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah adalah y = 0.0687x, koefisien ini tidak nyata. Hal ini diindikasikan oleh t hitung (1,04) < t tabel (3,250), dengan nilai signifikan 0,325 > 0,01 pada taraf α = 1 %. Pertumbuhan produksi minyak sawit mentah cenderung positif dan tidak fluktuatif, tidak seperti pertumbuhan nilai ekspornya. Diprakirakan bahwa ada masalah dalam kelembagaan ekspor. Misalnya produksi minyak sawit mentah yang akan di ekspor tidak sesuai dengan kriteria atau standar mutu yang sudah ditetapkan dan biasanya perusahaan menghindar dari pajak ekspor. Apabila volume yang diekspor sesuai dengan produksi minyak sawit yang dihasilkan maka nilai ekspor dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan wilayah ini. Hasil analisis konfirmasi dengan menggunakan data pertumbuhan produksi minyak sawit mentah terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah adalah y = 0.126x. Koefisien ini nyata, yang diindikasikan oleh nilai t hitung (4,05) > t tabel (3,250), dengan nilai signifikan 0,002 < 0,01 pada taraf α = 1 %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : (i) Kinerja minyak sawit mentah kurun waktu 2000-2003 belum menjadi komoditi basis di Sulawesi Tengah dengan nilai LQ lebih kecil 1, namun pada kurun waktu 2004-2011 minyak sawit mentah menjadi komoditi basis di wilayah ini dengan nilai LQ lebih besar dari 1, (ii) Kurun waktu 2000-2011, kecenderungan nilai ekspor minyak sawit mentah bertumbuh positif dan nyata pada taraf α = 1 %, dengan nilai rata-rata pertumbuhan nilai ekspor sebesar 78,16 %, (iii) Kurun waktu 2000-2011 laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah bertumbuh positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,3 %, dan (iv) Hubungan tidak nyata antara pertumbuhan nilai ekspor minyak sawit mentah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah, diprakirakan karena adanya masalah kelembagaan ekspor. Jika semua produksi minyak sawit mentah diekspor, maka pertumbuhan ekspor itu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah ini, sebagaimana hasil analisis konfirmasi dengan menggunakan bentuk hubungan pertumbuhan produksi dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Saran Melihat kinerja minyak sawit mentah di Sulawesi Tengah, dengan nilai LQ yang semakin meningkat kurun waktu 2000-2011 dari komoditi non-basis menjadi komoditi basis, maka sebaiknya volume ekspor minyak sawit mentah perlu ditingkatkan, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap naik turunnya pertumbuhan ekonomi wilayah ini. Melihat volume ekspor minyak sawit mentah tidak sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan, maka perlu adanya penelitian lanjutan mengenai lembaga pemasaran minyak sawit mentah di Sulawesi Tengah. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2012. Sulawesi Tengah dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah.Palu. Dinas Perkebunan. 2012. Laporan Tahunan Statistik Perkebunan Sulawesi Tengah. Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Tengah.Palu. Dinas Perindakop. 2012. Laporan Tahunan Ekspor Propinsi Sulawesi Tengah. Dinas 184

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Propinsi Sulawesi Tengah.Palu Tjiptoherijanto, P. 2002. Prospek Perekonomian Indonesia dalam Rangka Globalisasi. Rineka Cipta. Jakarta. Richardson H.W. 1991. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. UI-Perss. Jakarta. Richardson H.W. 1991. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. UI-Perss. Jakarta. Dalam Materi Kuliah M.R Yantu yang berjudul Manfaat Perdagangan Internasional WTO Bagi Perekonomian Wilayah Sulawesi Tengah, 2011. Palu. Walpole, R.E, 2000. Introduction to Statistic. Mebraw-Hill. New York. Yantu, M.R. 2011.Model Ekonomi Wilayah Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2011. Yantu, Sisfahyuni, Ludin, dan Taufik. 2009 Strategi Pengembangan Subsektor Perkebunan dalam Perekonomian Sulawesi Tengah. Media Litbang Sulteng 2 (1): 44-50, Oktober 2009. Palu. 185