BAB I PENDAHULUAN. keinginan mencari sensasi, hanya saja tergantung dari level, atau kebutuhan maupun tingkat kepercayaan dirinya (Roslina, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ETIKA BERBUSANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang dalam bahasa indonesia ini bisa berarti perilaku pengambil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

I. TATA TERTIB DAN SANKSI PELANGGARAN PPL- KKN- TERINTEGRASI FKIP UNSYIAH

BAB I PENDAHULUAN. tubuh ramping atau sekedar terlihat lebih ramping. Menurut Franka (2010) tubuh

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap perilaku kita di kehidupan sehari-hari. Seharusnya, televisi bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

I. PENDAHULUAN. dapat mengatur kehidupan dunia dengan memanfaatkan teknologi sebagai. sarana meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya. dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. hajatan menyediakan pertunjukan keyboard bongkar pada umumnya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

PERATURAN DAN TATA TERTIB RUSUNAWA MAHASISWA UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

KODE ETIK MAHASISWA STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara. World Health Organization (WHO, 1948) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan di bidang tersebut, juga karena semakin. lebih memperhatikan penampilan berbusananya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berprestasi yang Madani maka untuk terwujudnya suasana kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang paling disukai adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini perkembangan usaha bisnis sangat pesat sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 T E N T A N G BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak lepas dari aktivitas sehari-hari. Dalam melakukan aktivitasnya, manusia sering kali melibatkan aktivitas-aktivitas berbahaya untuk menghindari kejenuhan di hidupnya, seperti terjun, payung, balap motor, balap mobil, tinju, gulat, boxer dan lain-lain. Aktivitas- aktivitas berbahaya dilakukan orang, untuk membuktikan bahwa manusia tidak akan merasa puas dengan kondisi tenang dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga selalu melakukan aktivitas yang bisa menimbulkan sensasi walaupun hal itu berbahaya bagi keselamatannya (Zukerman dalam Atkinson dkk, 1983). Selain melakukan aktivitas yang berkaitan dengan olahraga berbahaya tersebut, terkadang manusia juga ingin mencari sensasi dengan mencoba hal-hal baru yang berakibat kepada kesehatan tubuhnya seperti minum-minuman beralkhol, merokok dan mengonsumsi obat-obatan terlarang (marijuana dan narkoba). Sebenarnya pencarain sensasi pada 1 setiap orang sudah tertanam untuk keinginan mencari sensasi, hanya saja tergantung dari level, atau kebutuhan maupun tingkat kepercayaan dirinya (Roslina, 2012). Bila kita menonton berita di telivisi pencarian sensasi sering juga dikaitkan dengan masalah politik. Pencarian sensasi digunakan di politik untuk meningkatkan popularitas seorang tokoh partai politik maupun partai itu sendiri. Selain digunakan untuk meningkatkan seorang tokoh politik, pencarian sensasi juga suka digunakan dalam panggung hiburan ataupun dunia keartisan. Pencarian sensasi dalam dunia keartisan sering dipergunakan untuk mendongkrak popularitas seorang artis maupun menaikan nama artis untuk menjadi lebih terkenal dan juga menjaga popularitas seorang artis. Sering kali dunia keartisan kita dikenal bukan karena prestasi yang ia lakukan seperti karena musiknya, aktingnya maupun kiprahnya di dunia keartisan melainkan karena sensasinya. Dengan cara mengumbar sensasi-sensasi tentunya bisa

2 membuat mereka terkenal secara mendadak atau instan. Contohnya saja artis yang sukses menjadi terkenal karecna sensasi negatifnya adalah Nikita Mirzani. Sosok Nikita Mirzani yang paling dikenal sebagai artis yang paling sering membuat sensasi, dia pun mengakui bahwa menjadwalkan gosip, sensasi, dan menikmati sensasi yang ia ciptakan. Nikita Mirzani menanggapi bahwa sensasi adalah alat untuk membuat namanya tetap bersinar di panggung hiburan. Beberapakali sensasi yang diciptakan oleh sosok wanita bernama Nikita Mirzani dari mulai foto-foto toplessnya, fotonya yang tengah berciuman dengan seorang perempuan, foto yang memperlihatkan payudaranya dipegang oleh seorang pelawak dan pakaian-pakaian seksi yang ia gunakan. (Vivalive.co.id). Menurut Delly (2009). Semakin tinggi tingkat Sensation seeking pada seseorang maka perilaku juvenile delinkuen (kenakalan remaja) juga tinggi, sedangakan semakin rendah sensation seekingnya maka perilaku juvenile delinkuen (kenakalan remaja) semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku juvenile delinkuen sangat dipengaruhi oleh tingkat Sensation Seeking seseorang. Pencarian sensasi selain dikaitkan dengan perliaku atau tingkah laku juga sering dikaitkan dengan dunia fashion atau pakaian. Dari artis mancanegara sampai artis lokal kerap menggunakan pakaian untuk pencarian sensasi demi meningkatkan popularitasnya. Pakaian yang dipergunakan pun bermacammacam dari pakaian sehari-hari sampai pakaian olahraga. Seperti contohnya Nikita Mirzani dengan pakaian yang memperlihatkan lekak-lekuk tubuhnya, rok di atas lulut, memperlihatkan kulit bagian dada dan kaki bagian atas kerap kali pakaian-pakaian seperti itu dipergunakan untuk mencari sensasi. Pakaianpakaian ini sesuai dengan pernyataaan Lennon dalam Funches (2007) bahwa pakaian yang terbuka seperti blus dengan dada rendah, rok mini, pakaian ketat, atau pakaian tembus pandang termasuk dalam pakaian provokatif.

3 Penelitian Christy Starr dalam Health Detik (2012) bahwa keinginan untuk tampil seksi dimulai sejak umur wanita 6-9 tahun. Di dalam penelitian ini anak perempuan diperlihatkan dengan dua buah boneka, yang satu buah boneka dengan pakaian provokatif dengan rok mini dan baju yang memperlihatkan bagian pusar dan satu buah boneka dengan pakaian konservatif dengan celana kargo dan bagian badan dengan sweater tertutup, hasilnya bahwa 68% anak perempuan mengatakan mereka akan lebih memilih untuk terlihat seperti boneka yang berpakaian provokatif. Penelitian Durante (2011) mengenai pakaian provokatif yakni keberanian perempuan untuk membeli pakaian provokatif tersebut disebabkan oleh pengaruh alam bawah sadar mereka yang ingin terlihat lebih memukau dibanding perempuan lainnya. Selain itu juga, keinginan membeli dan menggunakan pakaian provokatif pada perempuan dikarenakan keinginan untuk mendapatkan perhatian pria. Penelitian Knauf dan Mittag (2008) tentang pengaruh pakaian dan persepsi terhadap kecerdasan intelektual, perempuan mengenakan gaya pakaian yang lebih konservatif akan dinilai lebih positif pada aspek kepribadian dan kecerdasan, daripada wanita mengenakan pakaian provokatif. Di sisi lain perempuan berpakaian provokatif juga menunjukan peringkat moralitas secara signifikan lebih rendah dari gaun konservatif. Selai itu juga perempuan berpakaian provokatif juga cenderung kurang untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial. Pemakaian pakaian provokatif menimbulkan banyak problematika di masyarakat Indonesia dari pencarian sensasi para artis sampai pelarangannya. Seperti pelarangan rok mini oleh Badan Kehormatan DPR-RI (suaranews.com 2012). Selain itu juga Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang menuai kecaman terkait pernyataannya yang menyalahkan rok mini sebagai salah satu sebab terjadinya sejumlah kasus pemerkosaan di Ibukota (m.tempo.co 2011).

4 Oleh karena itu berdasarkan permasalahan tentang pencarian sensasi dan studi pendahulunya tentang pakaian provokatif, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Pencarian Sensasi Pada Perempuan Berpakaian Provokatif (Studi Kasus Pada Dua Orang Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung). B. Fokus Penelitian Pada penggunaannya pakaian provokatif menuai banyak masalah di Indonesia, karena di Indonesia sendiri berpakaian cenderung menganut adat budaya timur, sehingga sering dianggap melanggar norma-norma sosial yang ada di masyarakat apabila pakaian yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial seperti pakaian yang terlihat lekuk tubuh maupun pakaian yang terlalu terbuka. Dengan demikan fokus penelitian ini adalah pencarian sensasi apa yang dirasakan pada dua orang mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia yang berpakaian provokatif dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam berpakaian provokatif. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka masalah penilitan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Sensasi apa yang dirasakan pada perempuan menggunakan pakaian provokatif? 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan pakaian provokatif?

5 D. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Mengetahui sensasi apa yang dirasakan ketika perempuan yang menggunakan pakaian provokatif? 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan pakaian provokatif? E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan baik bagi pengembangan ilmu psikologi sosial, terutama untuk bahasan mengenai pencarian sensasi pada perempuan berpakaian provokatif. 2. Manfaat Praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi untuk mengetahui informasi pengguna pakaian provokatif, maupun untuk menambah pengetahuan pada masyarakat tentang penggunaan pakaian provokatif dan diharapkan dapat lebih menghargai kebebasan berpakaian pada perempuan. F. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika cara penulisan skripsi ini terdiri dari Bab I sampai dengan V yang dijabarkan sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan Bab I ini berisi tentang uraian-uraian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian dari teoritis sampai praktis. Uraian-uraian ini merupakah salah satu bagian dari skripsi pencarian sensasi pada perempuan berpakaian provokatif. Pada bab ini peneliti menjelaskan dari latar belakang masalah sampai dengan manfaat penelitian.

6 2. BAB II Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan konsep-konsep teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti. Selain teori disini juga berisi tentang penelitian-penelitian sebelumnya, dari penelitian pencarian sensasi sampai dengan pakaian provokatif. 3. BAB III Metode Penelitian Metode penelitian berisi tentang penjelasan-penjelasan mengenai metode-metode penelitian dari lokasi, subjek, desain, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data sampai dengan keabsahan data penelitian. 4. BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan berisi tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan peneliti, yang berkaitan dengan rumusan masalah. Selain itu juga berisi tentang profil-profil subjek yang diteliti oleh peneliti. 5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan berisi tentang hasil penelitian yang telah di simpulkan. Sedangkan rekomendasi berupa saran untuk subjek, masyarakat, dan peneliti selanjutnya.