GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG.

dokumen-dokumen yang mirip

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu cross-sectional yang merujuk

BAB III METODE PENELITIAN

23,3 50,0 26,7 100,0

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI TINGKAT I TENTANG VULVA HYGIENE DI AKBID MAMBA UL ULUM SURAKARTA TAHUN Oleh

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP KELAS IBU HAMIL DI DESA WATES SIMO BOYOLALI TAHUN Oleh. Siti Maesaroh 1) dan Sunarti 2) ABSTRAK

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

Transkripsi:

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG. Aya Soffiya, Surjani, Eko Mardiyaningsih ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu masalah dalam pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS di Indonesia maupun dinegara lain di dunia adalah karena belum maksimalnya penggunaan alat proteksi(pelindung)bagi pekerja seks komersial(psk) dan pasangan seksnya. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 90 PSK sebagai responden. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dengan 11 pertanyaan. Analisa data (univariat) dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk menggambarkan penggunaan kontrasepsi kondom dan penolakan penggunaannya. Hasil Penelitian : Didapatkan hasil penelitian bahwa penggunaan kondom pada pekerja seks komersial dalam kategori kadang-kadang sebanyak 59 orang (65,6%), kategori selalu sejumlah 31 orang (34,4%). Penolakan penggunaannya dengan penolakan pelanggan 58 orang (64,4%), ketidakberanian dalam menawarkan kepada pelanggan untuk menggunakan kondom 18 orang (20,0%), ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual 14 orang (15,6%), ketidaktahuan manfaat kondom 4 orang (4,4%). Kesimpulan : Penggunaan kontrasepsi kondom pada PSK di lokalisasi Sukosari Kec.Bawen Kab.Semarang dalam kategori kadang-kadang, yaitu 59 orang (65,6%), serta penolakan penggunaannya terbanyak disebabkan oleh penolakan pelanggan sejumlah 58 orang. (64,4%). Saran : Diharapkan PSK dan pelanggannya lebih meningkatkan penggunaan kondom, dengan memperhatikan manfaat dan efek samping tidak digunakannya. Kata kunci : Penggunaan Kondom, Penolakan Penggunaan Kondom. PENDAHULUAN Upaya pemerintah untuk menekan PMS adalah dengan mempergunakan kondom yang dilakukan di beberapa lokalisasi PSK agar mereka mudah dikontrol dan diberikan proteksi pengobatan, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit menular seksual (Manuaba,2009). Terkait dengan risiko tertular IMS dan HIV atau dua-duanya sekaligus yang penting, PSK menjadi kelompok yang utama dalam penyebaran Penyakit Menular Seksual akan tetapi laki-laki yang berhubungan dengan PSK juga harus menjadi satu faktor penting karena bisa juga 112

merupakan sumber penularan. Karena setiap saat bisa seorang PSK tertular PMS dari laki-laki dan pada saat yang sama ada pula risiko laki-laki lain tertular PMS dari PSK (Kompas,2009). Studi pendahuluan yang dilakukan di lokalisasi Sukosari Bawen, Kab.Semarang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu ini tercatat 90 pekerja seks komersial. Dari wawancara yang dilakukan kepada kepala pengelola lokalisasi, di lokalisasi tersebut sudah sering dilakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai Kondom dan PMS yang dilakukan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), namun dari hasil wawancara disebutkan bahwa belum ada 100% penggunaan kontrasepsi kondom. Dari wawancara yang dilakukan kepada 7 PSK, didapatkan hasil bahwa 5 PSK mengatakan jarang menggunakan kondom saat berhubungan seksual sedangkan 2 lainnya mengatakan selalu menggunakan kondom. Data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh Puskesmas Bergas setiap bulannya di lokalisasi tersebut, setiap bulan masih saja didapatkan PSK yang terjangkit PMS, data bulan januari terdapat 4 PSK yang terkena PMS, data bulan febuari terdapat 6 PSK yang terkena PMS, data bulan maret 3 PSK terkena PMS, dan data terakhir pada bulan April tahun 2012 ini terdapat 6 PSK yang terkena PMS yaitu jenis Gonore. Berdasarkan hal tersebut dan data yang diperoleh dari DINKES Kab.Semarang menunjukkan bahwa terdapat 30 kasus HIV/AIDS dan 2.438 kasus IMS pada tahun 2011, sedangkan dalam penggunaan kontrasepsi kondom pada pekerja seka komersial belum mencapai target program kondomisasi 65% di lokalisasi, maka peneliti tertarik mengambil judul Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Kondom Pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi Sukosari Bawen, Kab.Semarang. METODOLOGI Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena. Dalam hal ini penelitian yang digunakan dengan penelitian survey morbiditas (Morbidity Survey), survey ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan kontrasepsi kondom pada PSK (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah 90 PSK. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Pengambilan data dilakukan di lokalisasi Sukosari Kec.Bawen Kab.Semarang pada bulan juni 2012. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan bentuk dichotomous choice dan cek list. Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner, dilakukan uji validitas kepada 20 PSK di lokalisasi Galpanas Tegalsari Kec.Bergas Kab.Semarang dengan uji korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh nilai r hitung untuk pertanyaan nomor 1 sampai 10 dengan butir total terletak antara 0,634-0,873. Terlihat bahwa nilai-nilai r hitung ini lebih besar dibandingkan r tabel 0,444. Hal ini menunjukkan bahwa 10 pertanyaan untuk mengukur variabel penggunaan kondom dapat dinyatakan valid (taraf signifikansi 0,05, r tabel 0,444). 113

Uji reliabilitas yang dilakukan adalah reliabilitas internal yaitu dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2006), karena penelitian ini dalam menganalisis data hanya memberikan kuesioner pada responden satu kali saja yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha Cronbach sebesar 0,914. Nilai ini ternyata lebih besar dari 0,6, ini menunjukkan bahwa instrumen ukur variabel penggunaan kondom dapat dinyatakan reliabel. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat untuk mengetahui gambaran penggunaan kontrasepsi kondom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Sukosari Bawen, Kab.Semarang. Data dan informasi yang diperoleh dari analisis univariat dapat dibuat distribusi frekuensi dan proporsi atau prosentase. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi PSK Berdasarkan Umur di Lokalisasi Sukosari Bawen, Kab. Semarang, 2012 Umur Frekuensi Persentase (%) < 20 Tahun 20-35 Tahun > 35 Tahun 8 71 11 8,9 78,9 12,2 Jumlah 90 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa dari 90 responden PSK di lokalisasi Sukosari Bawen, Kab. Semarang, sebagian besar PSK berumur 20-35 tahun (78,9%), sedangkan yang berumur < 20 tahun sejumlah 8 orang (8,9%), dan yang berumur > 35 tahun sejumlah 11 orang (12,2%). b. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi PSK Berdasarkan Pendidikan di Lokalisasi Sukosari Bawen, Kab. Semarang, 2012 Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD SMP SMA 27 48 15 30,0 53,3 16,7 Jumlah 90 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa dari 90 responden PSK di lokalisasi Sukosari Bawen, Kab. Semarang, sebagian besar PSK berpendidikan 114

SMP, yaitu sejumlah 48 orang (53,3%), sedangkan yang berpendidikan SD sejumlah 27 orang (30,0%), dan yang berpendidikan SMA sejumlah 15 orang (16,7%). 2. Penggunaan Kondom pada PSK Tabel 4.3 Distribusi PSK Berdasarkan Penggunaan Kondom di Lokalisasi Sukosari Bawen, Kab. Semarang, 2012 Penggunaan Kondom Frekuensi Persentase (%) Tidak Pernah Kadang Selalu 0 59 31 0,0 65,6 34,4 Jumlah 90 100,0 Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa sebagian besar PSK di Lokalisasi Sukosari Bawen, Kab. Semarang kadang atau jarang menggunakan kondom saat melayani pelanggannya, yaitu sejumlah 59 orang (65,6%), sedangkan PSK yang selalu menggunakan kondom saat melayani pelanggannya sejumlah 31 orang (34,4%). 3. Alasan PSK tidak Menggunakan Kondom Tabel 4.4 Distribusi PSK Berdasarkan Alasan Tidak Menggunakan Kondom di Lokalisasi Sukosari Bawen, Kab. Semarang, 2012 No 1. 2. 3. 4. Alasan Tidak Menggunakan Kondom Tidak Tahu Manfaat Kondom Pelanggan Menolak Tidak Nyaman Berhubungan seks Tidak berani menawarkan pada pelanggan Ya Tidak f % f % 4 4,4 86 95,6 58 64,4 32 35,6 14 15,6 76 84,4 18 20,0 72 80,0 Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa alasan utama atau paling banyak penyebab PSK tidak atau jarang menggunakan kondom saat melayani pelanggannya adalah karena pelanggan menolak untuk menggunakan kondom, yaitu sejumlah 58 PSK (64,4%), sedangkan alasan kedua adalah PSK tidak berani menawarkan untuk memakai kondom kepada pelanggannya, yaitu sejumlah 18 PSK (20,0%), alasan ketiga adalah merasa tidak nyaman saat berhubungan seksual jika menggunakan kondom, yaitu sejumlah 14 PSK (15,6%), dan alasan terakhir adalah PSK tidak tahu manfaat kondom, yaitu hanya sejumlah 4 PSK (4,4%). 115

B. Pembahasan 1. Gambaran Penggunaan kontrasepsi kondom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Sukosari Kec. Bawen Kab. Semarang Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kondom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Sukosari Kec.Bawen Kab.Semarang dalam kategori kadang-kadang sejumlah 59 orang (65,6%), dalam kategori selalu sejumlah 31 orang (34,4%). Ini menunjukkan bahwa secara umum penggunaan kontrasepsi kondom pada PSK di lokalisasi Sukosari Kec.Bawen Kab.Semarang masih dikategorikan dengan jarang atau belum 100%. PSK yang terdapat dilokalisasi tersebut, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa umur yang dibawah usia reproduksi (<20 tahun) terdapat 8 orang, padahal untuk umur <20 tahun organ-organ reproduksinya belum matang, sehingga sangat rentan terkena Ca.Serviks jika sudah sering melakukan hubungan seksual (Kusmiran, 2012). Pada usia 14 19 tahun, sistem hormonal belum stabil, hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat berdampak jika terjadi kehamilan, kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan, dan terjadilah abortus atau kematian janin. Sebagian besar PSK di lokalisasi Sukosari berusia 20-35 tahun. Menurut Kusmiran (2012), Alat reproduksi dan rahim (Uterus) akan matang untuk melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, sedangkan untuk usia >35 tahun, Manuaba (2010) menyebutkan pada usia pra menopause terjadi perubahan pada alat genetalia 116

meliputi liang senggama menipis menyebabkan mudah terjadi infeksi, daerah sensitif makin sulit untuk dirangdang dan rasa nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia). Tingkat pendidikan PSK berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat pendidikan PSK, dari yang berpendidikan SMP, yaitu sejumlah 48 orang (53,3%), Sedangkan yang berpendidikan SD sebanyak 27 orang (30,0%), dengan pendidikan tertinggi yaitu SMA hanya terdapat 15 orang (16,7%). Menurut Nursalam (2003) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula seseorang itu menerima informasi yang diberikan, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat pengetahuan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diterapkan. Pendapat lain dari Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dicapai maka semakin baik pula proses pemahaman seseorang dalam menerima sebuah informasi baru. Memahami isi sebuah penyuluhan itu penting karena merupakan awal pemikiran untuk memilih sebuah keputusan, banyak PSK yang kurang memahami isinya, khususnya tentang penggunaan kondom, padahal menggunakan kondom sangat perlu karena untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, dan apakah mereka mengetahui seberapa cepat penularan penyakit menular seksual. Dari pemahaman itu pekerja seks komersial mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka untuk menggunakan atau tidak kontrasepsi kondom. 2. Gambaran Penolakan penggunaan kontrasepsi kondom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Sukosari Kec.Bawen Kab.Semarang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Penolakan penggunaan kontrasepsi kondom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Sukosari Kec.Bawen Kab.Semarang, yang disebabkan karena penolakan pelanggan sejumlah 58 orang (64,4%), sedangkan yang disebabkan oleh ketidakberanian dalam menawarkan kepada pelanggan untuk menggunakan kondom sejumlah 18 orang (20,0%), yang disebabkan oleh ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual sejumlah 14 orang (15,6%), dan yang disebabkan oleh ketidaktahuan manfaat kondom sejumlah 4 orang (4,4%). Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi kondom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Sukosari Kec.Bawen Kab.Semarang, dengan penyebab terbanyak yaitu disebabkan karena penolakan dari pelanggan. Padahal diketahui bahwa memang seharusnya yang memakai kontrasepsi ini adalah pelanggan itu sendiri, Terkait dengan risiko tertular IMS dan HIV atau dua-duanya sekaligus yang penting, PSK menjadi kelompok yang utama dalam penyebaran Penyakit Menular Seksual akan tetapi laki-laki yang berhubungan dengan PSK juga harus menjadi satu faktor penting karena bisa juga merupakan sumber penularan. Karena setiap saat bisa seorang PSK tertular PMS dari 117

laki-laki dan pada saat yang sama ada pula risiko laki-laki lain tertular PMS dari PSK (Kompas,2009). Berbagai penyuluhan-penyuluhan mengenai kondom pada PSK sudah sering dilakukan sehingga mereka sudah sangat tahu akan manfaat kondom hanya saja kurang memahami, akan tetapi untuk penyuluhan pada pelanggan hanya kadang-kadang saja dilakukan padahal setiap saat pelanggan itu berganti, justru yang seharusnya menjadi fokus adalah pelanggan. Meskipun sudah diterapkan program kondomisasi dilokalisasi tersebut, tidak dapat menjamin 100% penggunaan kondom, jika ada salah satu pihak yang menolak, yaitu PSK ataupun pelanggan. Supaya angka penyebaran penyakit ini bisa ditekan, merangkul semua populasi kunci penyebaran HIV/AIDS merupakan sebuah alternatif. Populasi kunci tersebut yakni para wanita penjaja seks tersebut. Jika PSK sudah memahami akan bahaya HIV, mereka bisa memaksa pelanggannya untuk menggunakan alat pengaman. Selain itu, pemerintah sampai saat ini belum mengeluarkan aturan tegas mengenai pentingnya menggunakan kondom. Berbeda dengan di negara berkembang lain, setiap pelanggan PSK harus menggunakan kondom. Jika tidak akan terkena sanksi. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa kekurangan yang disebabkan karena adanya keterbatasan, yaitu peneliti hanya meneliti sebagian penggunaan kondom dan penolakan penggunaannya oleh PSK. Sedangkan menurut teori penggunaan kondom bukan hanya diperoleh dari PSKnya saja akan tetapi juga oleh pelangganpelanggannya. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya bisa meneliti semua faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan kondom dan juga dapat meneliti dari pihak pelanggan sesuai dengan teori. DAFTAR PUSTAKA Anggraini dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Press Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta Candranita, 2002. Memahami Kesehatan Reproduksi. ECG : Jakarta Depkes. 2010. Panduan lengkap Keluarga Berencana. Jakarta : Tridasa Primer Evveret. 2007. Kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi, ECG:Jakarta Ghozali, imam, 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro 118

Handayani, Sri. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama Hidayat, 2007. Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Indriastuti, Dian Putri. Hubungan Antara pemakaian AKDR dengan Kandidiasis Vagina Di RSUP DR, Pirngadi Medan, FK USU : Bagian ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Manuaba. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : BP-SP Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP-SP Riduwan, 2006. Dasar dasar Statistika. Bandung : Alfabeta Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Romauli, Suryati. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Offset Saefudin. 2006. Panduan Praktis Keluarga Berencana. Jakarta : Tridasa Primer Tanjung, Armaidi. 2007. Free Seks No Nikah Yes. Jakarta : Sinar Grafika Offset Widyastuti, Y. 2010. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya : Yogyakarta 119