Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA

dokumen-dokumen yang mirip
Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

SINOPSIS RENCANA TESIS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN GSAN, FARIDA ARYANI PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

Transkripsi:

ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA Farida Aryani 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Abstrak Pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,3 % tiap tahun menjadi permasalahan kependudukan. Konseling program Keluarga Berencana diperlukan sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut. Penelitian non eksperimental dengan disain observasional yang menggunakan pendekatan shot model ini bertujuan Mengetahui peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan, Yogyakarta 2012. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang melaksanakan kunjungan pertama dan kedua kontrasepsi suntik DMPA. Hasil penelitian ini adalah 71,1% bidan berperan dengan baik dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA. Kata Kunci: peran bidan, kontrasepsi, DMPA Info artikel: Artikel dikirim pada 19 agustus 2013 Artikel diterima pada 19 agustus 2013 PENDAHULUAN Masalah kependudukan di Indonesia yang utama adalah jumlah penduduk yang begitu besar dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 % tiap tahunnya. Dan harus diturunkan menjadi 1,14% per tahun, jika tidak maka pada tahun 2050 Indonesia akan mengalami kenaikan penduduk hingga 231,3%. Dilihat dari segi kuantitas penduduk Indonesia cukup besar tetapi dari sisi kualitas, melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kondisi Indonesia sangat memperihatinkan karena dari 117 negara Indonesia di posisi 108. Tingginya laju pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini membuat pemerintah terus melakukan upaya penanganan yaitu dengan program KB (Keluarga Berencana). 1 Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 549.894 di DIY pada tahun 2011. Di kota Yogyakarta, PUS berjumlah 46.755. Peserta KB baru di DIY pada tahun 2011 mempunyai target 54.182, sedangkan pencapaiannya 55.781 (102,95%). Peserta baru kontrasepsi IUD mempunyai target 9.261, sedangkan pencapaiannya 11.583 (125,07%), target MOW 1.670 pencapaiannya 1.620 (97,01%),target kondom 5.472 pencapaiannya 5.469 (99,95%), target implant 4.950 pencapaiannya 4.970 (100,40%), target suntik 27.001 pencapaiannya 26.891 (99,59%) dan target pil 5.288 pencapaiannya 4.890 (92,47%). 2 Peserta KB baru dengan kontrasepsi suntik di DIY pada tahun 2011 berjumlah 26.891. Di kota Yogyakarta peserta baru kontrasepsi suntik berjumlah paling sedikit yaitu 1.481 (59,24%) dibandingkan dengan kabupaten lain, diantaranya di Kulon progo 3.629 (100,44%), Gunung kidul 6.556 (98,13%), Sleman 7.593 (103,38%), dan di Bantul 7.632 (111,22%). 2 Program KB merupakan program yang mendunia. Dengan adanya kesepakatan ICPD (Intrnational Conference On Population and Development) pelayanan KB dikaitkan dengan upaya mencegahan dan mengatasi masalah kesehatan reproduksi, misalnya masalah kematian ibu 3.KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan yang menunda kelahiran anak pertama, menjarangkan anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis 4. Dalam MDGs (Millenium Development Goals) tujuan yang ke-5 pada target 5b disebutkan bahwa tujuan MDGs untuk mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada tahun 2015 yaitu dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita usia 15 sampai 49 tahun 5. Dampak tidak menggunakan alat kontrasepsi terhadap perencanaan kehamilan bagi ibu yaitu penurunan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang kurang untuk 82 Aryani, 2013. JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 82-86

mengasuh anak dan perbaikan kesehatan tubuh terganggu karena kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.bagi anak tidak mendapatkan perhatian, pemeliharaan, dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut tidak diinginkan dan direncanakan.gangguan menstruasi yang dialami oleh akseptor kontrasepsi Suntik DMPA seringkali memberikan dampak psikologis dan perasaan khawatir dengan efek samping tersebut 6. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki posisi yang strategis dalam meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi, dan balita.salah satu peran bidan adalah konseling.bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan pemberdayaan lainnya.karena itu, sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan, bidan dituntut untuk berperan memberi pertolongan dini atau memberi petunjuk dalam pelayanan kesehatan 7. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Puskesmas Mergangsan, dari hasil wawancara langsung responden menyatakan bahwa kurang mengerti dengan efek samping kontrasepsi suntik DMPA, dan ada yang menyatakan kurang mengerti dengan kelebihan dan keterbatasan kontrasepsi suntik DMPA.Dari studi pendahuluan tersebut dapat diketahui bahwa bidan belum menjelaskan secara lengkap informasi saat konseling awal kontrasepsi suntik DMPA.Pasien tidak pernah diberi lembar evaluasi kineja bidan, sehingga kinerja bidan kurang pemantauan. Jumlah bidan di Puskesmas Mergangsan khususnya dibagian poli KIA adalah 5 orang, sedangkan jumlah pasien kurang lebih 10 orang setiap bulan untuk kunjungan baru kontrasepsi suntik DMPA. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional.jenis penelitian ini dengan metode kuantitatif dan didukung dengan metode kualitatif. Pendekatan waktu yang digunakan adalah one shot model.metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase besarnya peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA, sedangkan metode kualitatif dengan metode wawancara mendalam dirumah responden untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari informan tentang peran bidan dalam menerapkan langkah-langkah konseling kontrasepsi suntik DMPA. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang, yaitu ibu-ibu yang melakukan kunjungan pertama dan kunjungan ke dua kontrasepsi suntik DMPA. Sampel untuk data kualitatif berjumlah 2 ibu yang melakukan kunjungan pertama atau kunjungan ke dua kontrasepsi suntik DMPA dan seorang bidan. Hasil dan Pembahasan Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan berdasarkan pendidikan, umur, pekerjaan dan kunjungan suntik DMPA.Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan, umur, pekerjaan dan kunjungan suntik DMPA dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2. Berdasarkan Pendidikan, Umur, Pekerjaan dan Kunjungan Suntik DMPA Karakteristik Responden Frekuensi % SD 1 3,3 SMP 8 26,7 SMA 19 63,3 D3 2 6,7 <20 tahun 3 10 21-25 6 20 26-30 18 60 31-35 3 10 Swasta 16 53,3 PNS 2 6,7 Tidak bekerja 12 40 Kujungan pertama 19 63,3 Kunjungan Ke dua 11 36,7 Sumber : Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan hasil karakteristik responden di atas, pendidikan responden paling banyak adalah SMA yaitu 19 responden (63,3%). Umur responden yang terbanyak adalah usia 26-30 tahun yaitu 18 orang (60%). Pekerjaan responden yang terbanyak adalah wiraswasta yaitu 16 orang (53,3%). Kunjungan suntik DMPA yang terbanyak adalah kunjungan yang pertama yaitu 19 orang (63,3%). Peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan, Yogyakarta dapat dilihat dari Tabel 2. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa peran bidan menyapa dan mengucap salam dalam kategori baik yaitu 76,7%. Peran bidan menanyakan informasi klien dalam kategori baik yaitu 83,3%. Peran bidan menguraikan informasi alat kontrasepsi dalam kategori baik yaitu 73,3%. Peran bidan membantu klien menentukan pilihan dalam kategori baik yaitu Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA 83

Tabel 2. Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA No Peran Bidan Kategori Penilaian Jumlah (orang) % 1. Menyapa dan Mengucap Salam Baik (76-100%) 23 76,7 Kurang (< 56%) 0 0 2. Menanyakan Informasi Klien Baik (76-100%) 25 83,3 Cukup (56-75%) 5 16,7 Kurang (< 56%) 0 0 3. Menguraikan Informasi Alat Kontrasepsi Baik (76-100%) 22 73,3 Cukup (56-75%) 5 16,7 Kurang (< 56%) 3 10 4. Membantu Klien Menentukan Pilihan Baik (76-100%) 21 70 Kurang (< 56%) 2 6,6 5. Menjelaskan Alat Kontrasepsi Pilihan Klien Baik (76-100%) 18 60 Cukup (56-75%) 8 26,7 Kurang (< 56%) 4 13,3 6. Menjelaskan Kunjungan Ulang Baik (76-100%) 19 63,3 Kurang (< 56%) 4 13,3 7. Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA Sumber: Data Primer, diolah 2012 Baik (76-100%) 21 71,1 Cukup (56-75%) 6 21,7 Kurang (< 56%) 3 7,2 70%.Peran bidan menjelaskan alat kontrasepsi pilihan klien dalam kategori baik yaitu 60%. Peran bidan menjelaskan kunjungan ulang dalam kategori baik yaitu 63,3%. Setelah dirata-rata peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA yaitu dengan kategori baik yaitu 71,1%, kategori cukup 21,7%, dan kategori kurang 7,2%. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data kuantitatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 responden yang melakukan kunjungan awal didapatkan hasil mengenai peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA yaitu: menyapa dan mengucapkan salam, menanyakan informasi klien, menguraikan informasi alat kontrasepsi pilihan klien, membantu klien menentukan pilihannya, menjelaskan secara lengkap alat kontrasepsi pilihan klien dan membuat kunjungan ulang. Menyapa dan Mengucapkan Salam Adapun ungkapan informan sebagai berikut:... bu bidan menyapa saya waktu itu... bidannya menyapa saya dengan sopan... ( Informan 1) Menanyakan Informasi Klien...ada informasi yang ditanyakan waktu... yang ditanyakan umur saya, pekerjaan saya dan suami, terus saya pernah hamil dan bersalin berapa kali... (Informan 2) Menguraikan Informasi Alat Kontrasepsi Pilihan Klien...ada informasi kontrasepsi suntik... bu bidan menjelaskan alat kontrasepsi yang tersedia seperti suntik KB 3 bulan, lalu dijelaskan keuntungan dan efek sampingnya... (Informan 2) Membantu Klien Menentukan Pilihannya...bu bidan membantu saya untuk memilih alat kontrasepsi dan memantapkan pilihan saya... bu bidan bertanya alat kontrasepsi yang saya inginkan, lalu bertanya apakah suami saya mendukung saya apabila saya memakai suntik... (Informan 1) Menjelaskan Secara Lengkap Alat Kontrasepsi Pilihan Klien...tidak semua dijelaskan oleh bu bidan... karena saya tidak tahu siapa saja yang boleh pakai suntik KB 3 bulanan... ( Informan 2) 84 Aryani, 2013. JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 82-86

Membuat Kunjungan Ulang...bu bidan membuat kunjungan ulang buat saya... saya diberi tahu jadwal untuk kontrol sesuai tanggal yang sudah dituliskan... (Informan 1) Berdasarkan tabel 2 setelah dirata-rata peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA yaitu dengan kategori baik adalah 71,1%, kategori cukup 21,7%, dan katgori kurang 7,2%. Dari data tersebut sebagian besar bidan mempunyai peran baik dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA.Peran bidan dalam konseling awal sangatlah penting karena membantu pasien untuk mengambil keputusan yang tepat dalam memilih alat kontrasepsi. Para bidan diharapkan memiliki teknik saat melakukan konseling, yaitu cara memberikan dukungan, kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasannya, membuat SIMPULAN dari perassan klien yang tersirat, dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh klien 8. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan bidan dalam konseling adalah pendekatan kognitif dan behavioral.pada pendekatan kognitif bidan menekankan pada berfi kir rasional tentang sesuatu yang dihadapi oleh klien.sedangkan pendekatan behavioral menekankan pada prosedur untuk memfasilitasi perubahan perilaku klien 9. Seseorang berperilaku karena pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain 10. Tingkat pengetahuan tenaga kesehatan tentang kontrasepsi suntik DMPA berhubungan signifi kan dengan kemampuan dalam memberikan konseling awal pada ibu yang akan melakukan suntik DMPA. Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta dinyatakan bahwa sebagian besar peran bidan adalah baik (71,1%). Hal tersebut disebabkan karena tingkat kemampuan bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan.jika peran bidan kurang dikhawatirkan klien tidak puas terhadap pilihannya dan konsep yang salah tentang alat kontrasepsi tidak diklarifi kasi oleh bidan. Evaluasi di poliklinik RCSM Jakarta pada periode Januari sampai Mei tahun 2000 Pada kontrasepsi metode injeksi, penghentian penggunaan ditemukan pada 50% akseptor pada tahun pertama. Penyebab terbanyak penghentian tersebut adalah gangguan siklus menstruasi. Keluhan terbanyak adalah perdarahan spotting 29 pasien (78%), 3 pasien (8%) datang dengan keluhan pendarahan banyak diluar haid, dan (3%) pasien dengan keluhan amenorhea sekunder.gangguan menstruasi yang dialami oleh akseptor kontrasepsi Suntik DMPA sering kali memberikan dampak psikologis dan perasaan khawatir dengan efek samping tersebut, sehingga bidan yang menjelaskan efek samping alat kontrasepsi suntik DMPA pada waktu konseling awal akan mengurangi kekhawatiran dan menambah pengetahuan pasien tentang alat kontrasepsi suntik DMPA 6. Peran bidan secara keseluruhan adalah baik, namun yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi suntik bukan hanya dari bidan, melainkan dukungan dari suami. Dukungan adalah memberikan dorongan atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi pembuatan keputusan 11. Dukungan suami terhadap istrinya yang menjadi peserta KB dapat memberikan ketenangan sehingga pemakaian lestari. SIMPULAN DAN SARAN Peran bidan dalam menyapa dan mengucap salam saat konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan dalam kategori baik yaitu 76,7%, peran bidan saat menanyakan informasi klien saat konseling awal kontrasepsi suntik dalam kategori baik yaitu 83,3%, peran bidan saat menguraikan informasi alat kontrasepsi dalam kategori baik yaitu 73,3%, peran bidan saat membantu klien menentukan pilihan dalam kategori baik yaitu 70%, peran bidan saat menjelaskan alat kontrasepsi pilihan klien dalam kategori baik yaitu 60%, peran bidan saat menjelaskan kunjungan ulang kontrasepsi suntik DMPA dalam kategori baik yaitu 63,3% dan rata-rata peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan dengan kategori baik yaitu 71,1%, kategori cukup 21,7%, dan kategori kurang adalah 7,2%. RUJUKAN 1. Handayani, S.2010. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 2. BKKBN. 2011. Pencapaian Program Kependudukan dan KB sampai Bulan Desember 2011. Naskah dipresentasikan dalam rapat pengendalian program. Yogyakarta. 3. DepKes RI. 2002. Penyelia Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Depkes RI.: 1 4. Sheilla, A. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Fertilitas Total (TFR). Journal Of Obstetric and Gynaecology Reseach,29. 2000 5. Stalker, P. MDGs. http://www.undp.or.id. 2008. (Diakses 30 Januari 2012) Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA 85

6. Billings, E. Metode ovulasi billings. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 2008:23 7. Suyono, H. Bidan Mandiri Sebagai Ujung Tombak Posyandu. http://www.damandiri.or.id. 2007 8. Arum, D.N.S. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. 2009:42-132 9. Yulifah, R & Yuswanto, T.J.A. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. 2009. 10. WHO. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC. 2007: 47-114 11. Chaplin. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafi ng Hal 86 Aryani, 2013. JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 82-86