BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN ABSTRAK. Pengadilan Negeri Gorontalo. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terhadap penerapan Pasal 56 KUHAP tentang

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

Kata kunci : Asas, Hak, KUHAP, Polisi dan Tersangka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

I. PENDAHULUAN ), antara lain menggariskan beberapa ciri khas dari negara hukum, yakni :

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I. Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. persidangan atas diri mereka yang digelar Pengadilan Negeri Tangerang.

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peradilan hukum di Indonesia dibedakan menjadi empat

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-Undang ini.

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

Toddy Anggasakti dan Amanda Pati Kawa. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dirumuskan demikian:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

Hal-Hal Penting Terkait Penangkapan Yang Harus Diatur RKUHAP

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ANALISIS HAK MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM BAGI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 56 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

BAB II PERLINDUNGAN HAK- HAK TERSANGKA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dikenal sebagai Negara Hukum. Hal ini ditegaskan pula dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan hidup setiap warga Negara Indonesia, serta Pancasila merupakan sumber dari semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Negara hukum, menempatkan hukum pada posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan hukum tunduk pada kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat. Kedudukan penguasa dengan rakyat di mata hukum adalah sama. Bedanya hanyalah fungsinya, yakni pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak ada persamaan hukum, maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum. 1 Negara hukum (rechtstaat) berbeda dengan Negara Anglo Saxon (machtstaat). Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau 1 http://indoprogress.blogspot.com/masalah kekuasaan negara,19 September 2010

2 rechtstaat, tetapi mengenal atau menganut apa yang disebut dengan The Rule Of The Law atau pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary. 2 Dari perspektif yuridis normatif, hukum adalah perintah penguasa yang dituangkan dalam bentuk Undang-Undang. Tidak ada hukum di luar undang-undang dan pusat pertumbuhan hukum ada di dalam perundangundang-an. Secara perspektif sosiologis empiris, hukum tidak dibentuk oleh penguasa melainkan tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan per-kembangan masyarakat. Konsekuensi Negara Indonesia sebagai Negara hukum ialah adanya lembaga peradilan. Lembaga ini merupakan syarat bagi suatu Negara yang menamakan diri sebagai negara hukum atau negara yang berdasarkan atas hukum. Kehadiran lembaga peradilan di alam merdeka ini tidak sekedar menunjukkan bahwa model-model peradilan Hindia Belanda yang cenderung memihak dan kurang objektif telah ditinggalkan, melainkan juga sebagai suatu bukti bahwa Negara Indonesia telah memenuhi syarat sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, yakni dengan terbentuknya badan-badan peradilan yang bebas dari campur tangan kekuasaan lain. Hadirnya lembaga peradilan tersebut dimaksudkan untuk mengawasi dan melaksanakan aturanaturan hukum atau Undang-undang Negara atau dengan kata lain untuk 2 Ibid.

3 menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Penegakkan hukum dan keadilan bergantung pada jenis profesi hukumnya dan bobot pengetahuan hukum yang dikuasai oleh profesional yang bersangkutan, agar tidak terjadi suatu hal yang fatal yang mengakibatkan ketidakadilan bagi seseorang. Di Arizona, Amerika Serikat, seorang pemuda yang bernama Ernesto Arturo Miranda, ditangkap oleh polisi pada Maret 1963 karena dugaan melakukan tindak pidana perampokan. Pada saat ditangkap, Miranda tidak pernah diberitahu hak-haknya sebagai tersangka, termasuk hak untuk mendapat bantuan hukum dari penasehat hukum/advokat. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, akhirnya Miranda mengakui perbuatannya secara tertulis. Akhirnya berkas perkara Miranda dilimpahkan ke pengadilan. Hakim menyimpulkan Miranda terbukti bersalah dengan hukuman 20 tahun penjara. Ia dan penasehat hukumnya keberatan atas putusan pengadilan tingkat pertama, sehingga mengajukan keberatan ke Mahkamah Agung AS. Upaya hukum yang dilakukan Miranda ternyata tidak sia-sia. Mahkamah Agung menangguhkan hukuman terhadapnya dengan alasan proses hukum dan pengakuan yang dibuat Miranda tanpa terlebih dahulu diberitahukan hakhaknya selaku tersangka adalah tidak sah. Sejak itu, putusan kasus Miranda menjadi putusan yang cukup terkenal di AS, dan selalu dipatuhi serta diikuti

4 oleh hakim-hakim berikutnya. Kaidah hukum dalam putusan ini kemudian terkenal dengan sebutan Miranda Rule. 3 Di Amerika Serikat yang merupakan asal muasal dari istilah Miranda Rule ini, Miranda Rule diartikan sebagai suatu aturan yang mewajibkan polisi untuk memberikan hak-hak seseorang sebelum diperiksa oleh penyidik, yang terdiri dari: hak untuk diam, karena segala sesuatu yang dikatakan tersangka dapat digunakan untuk melawannya/memberatkannya di pengadilan, hak untuk mendapatkan/menghubungi penasehat hukum/advokat, dan jika tidak mampu berhak untuk disediakan penasihat hukum/advokat. 4 Di Indonesia Miranda Rule diakomodir di dalam Pasal 54, 55, 56 ayat (1) dan Pasal 114 KUHAP. Miranda Rule yang ada di Indonesia merupakan adopsi dari Negara Amerika Serikat dan tidak sepenuhnya Miranda Rule yang diterapkan di Negara Amerika serikat, diterapkan di Indonesia. Secara khusus prinsip Miranda Rule di Indonesia terdapat di dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menentukan: Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat bagi mereka Tujuan prinsip Miranda Rule yang terdapat di dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah agar terjamin pemeriksaan yang adil dan manusiawi terhadap 3 http://bakumsu.or.id/news/hak mendapat bantuan hukum,19 September 2010 4 M.Sofyan Lubis dan M.Haryanto, 2008, Pelanggaran Miranda Rule Dalam Praktik Peradilan di Indonesia, Yogyakarta: Juxtapose, hlm.11.

5 diri tersangka/terdakwa, sebab dengan hadirnya Penasihat Hukum untuk mendampingi, membela hak-hak hukum bagi tersangka atau terdakwa sejak dari proses penyidikan sampai pemeriksaan di pengadilan dimaksudkan dapat berperan melakukan kontrol, sehingga proses pemeriksaan terhindar dari penyiksaan, pemaksaan dan kekejaman yang dilakukan penegak hukum dalam proses peradilan yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kenyataan yang terjadi selama ini tidaklah demikian. Tersangka pada saat ditangkap tidak langsung diberitahukan akan hak-hak hukumnya. Pemberitahuan baru dilakukan pada saat pemeriksaan dimulai, sehingga hal tersebut mengakibatkan tersangka tidak punya waktu dan kesempatan untuk mencari, menghubungi, dan berkonsultasi dengan penasihat hukum atau advokat tentang perkara yang sedang dihadapinya. Pemberitahuan tersebut juga terkesan hanya formalitas saja. 5 Dengan demikian penyidik secara tidak langsung mengkondisikan tersangka hingga tidak punya pilihan lain kecuali bersedia diperiksa tanpa didampingi penasihat hukum. Kondisi ini menunjukkan adanya pelanggaran Miranda rule di Negara Indonesia karena belum banyak mendapatkan perhatian, baik dari para penegak hukum maupun pemimpin Negara, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif, sehingga sangat terkesan pelanggaran itu dibiarkan. Di Negara Amerika Serikat, pelanggaran terhadap Miranda Rule akan mengakibatkan 5 Ibid., hlm.33.

6 penuntutan yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum tidak dapat diterima dan pengakuan yang dibuat oleh tersangka tidak sah. Salah satu upaya untuk menghindari terjadinya pelanggaran Miranda rule yang menjamin terpenuhinya hak-hak tersangka, yaitu sangat diperlukannya penegakan hukum atas pelanggaran Miranda Rule ini. Langkah penegakan ini merupakan suatu yang mutlak harus dipatuhi oleh para pejabat pada semua tingkat peradilan yang menjalankan profesinya di Indonesia. Berdasarkan kenyataan dan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk menyajikan penulisan hukum/skripsi dengan judul: Pelanggaran Miranda Rule dalam Praktik Peradilan di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah: 1. Bagaimana penegakan hukum atas pelanggaran Miranda Rule yang ada di Indonesia? 2. Bagaimana mekanisme penunjukan penasehat hukum bagi tersangka dalam tahap penyidikan bagi tersangka yang diancam pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP? C. Tujuan Penelitian

7 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hak-hak tersangka (Miranda Rule), perlindungan hukum bagi tersangka terhadap haknya untuk mendapatkan bantuan hukum dan mekanisme penunjukan penasehat hukum bagi tersangka sebagaimana diatur dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penulisan ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan hukum di bidang Miranda Rule di Indonesia. b. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada para mahasiswa, masyarakat dan para penegak hukum tentang Miranda Rule. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan oleh instansi pemerintahan dan aparat penegak hukum serta masyarakat pada umumnya tentang pentingnya pelaksanaan Miranda Rule di Indonesia yang sehat dan berlandaskan hukum. E. Keaslian Penelitian

8 Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum yang berjudul PELANGGARAN MIRANDA RULE DALAM PRAKTIK PERADILAN DI INDONESIA adalah merupakan hasil karya asli penulis, yang dibuat sepanjang pengetahuan penulis bukan merupakan duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika ternyata ada penulis lain yang melakukan penulisan hukum yang sama dengan penulisan hukum ini maka penulisan hukum ini merupakan pelengkap dari tulisan sebelumnya. F. Batasan Konsep Dalam kaitannya dengan obyek yang diteliti, batasan konsep diperlukan untuk memberi batas dari berbagai pendapat yang ada, agar substansi atau kajian tidak melebar atau menyimpang dari konsep Pelanggaran Miranda Rule dalam Praktik Peradilan di Indonesia maka dapat diuraikan batasan konsep sebagai berikut: 1. Pelanggaran Menurut Prof. Moeljatno, SH adalah wetsdelicten, yaitu perbuatan-perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan demikian. 6 2. Miranda Rule 6 Moeljatno, Asas Asas Hukum Pidana, PT.Rineka Cipta, Jakarta, hlm.78.

9 Miranda Rule adalah suatu aturan yang mengatur tentang hak-hak seseorang yang dituduh atau disangka melakukan tindak pidana/kriminal, sebelum diperiksa oleh penyidik/instansi yang berwenang. 7 3. Praktik Praktik adalah: 8 a. pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dulu teori. b. pelaksanaan pekerjaan. c. perbuatan menerapkan teori. 4. Peradilan Peradilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online adalah segala sesuatu mengenai perkara pengadilan atau lembaga hukum yang bertugas memperbaiki. 9 G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian 7 Ibid. 8 http://www.artikata.com/translate.php?q=praktik/24 September 2010 9 http://kamusbahasaindonesia.org/peradilan/24 September 2010

10 Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang berfokus pada norma hukum positif dan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan serta peraturan yang berkaitan dengan Miranda Rule yang ada di Indonesia. 2. Sumber data Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang mempergunakan data sekunder/bahan hokum sebagai data utama, yang terdiri dari: 1) Bahan hukum primer Bahan hukum primer terdiri sumber data yang berupa peraturan perundang-undangan yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang diteliti, dari norma hukum positif yang berlaku di Indonesia, yaitu: a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 1. b) Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Nomor 8 Tahun 1981. Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56. c) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. d) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum. 2) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-

11 pandangan klasik para sarjana yang mempunyai intelektual yang tinggi. 10 Berupa pendapat ahli hukum, buku-buku, artikel, atau website, yang dapat memberikan pengertian terhadap penelitian penulis. Dalam pengertian tersebut di cari adanya persamaan atau perbedaan pendapat yang berguna untuk membantu penulis dalam mendapatkan pengertian hukum. 3. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara dilakukan langsung dengan narasumberuntuk memperoleh data yang diperlukan untuk penulisan hukum ini yakni penyidik dari POLTABES Bapak Adrianus. b. Studi Kepustakaan Melakukan penelitian dengan cara mempelajari, membaca dan memahami buku-buku, literatur, peraturan-peraturan, pendapat yang erat dengan materi yang ditulis. 10 Prof. Dr. Peter Mahmad Marzuki, SH., MS., LL. M, Penelitian Hukum, kencana, Jakarta, 2005, hlm. 142.

12 H. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika penulisan skripsi ini disajikan dalam tiga bab, yang merupakan suatu sistem yang saling terkait dari masing-masing bab dapat berdiri sendiri, yaitu: Bab I : Pendahuluan Pada Bab I ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitan, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian Batasan Konsep, Metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini dan juga sistematika penulisan hukum ini. Bab II : Pembahasan Dalam bab ini menguraikan tentang berbagai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan judul penulis dan menguraikan tentang hasil dari penelitian penulis tentang apa Wujud Konkrit dari Pelanggaran Miranda Rule dalam Praktik Pradilan di Indonesia serta Bagaimana penerapan hak-hak tersangka sewaktu proses penyelidikan dan Bagaimana tinjauan terhadap penunjukan penasehat hukum dalam proses peradilan bagi tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau ancaman lima belas tahun atau lebih, atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih. Bab III : Kesimpulan dan saran.

13 Dalam Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah, dan saran untuk penyelesaian permasalahan yang muncul.