BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang


BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. penyidikan dan penagihan. Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Hal ini dikarenakan pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

perpajakan Bab I : pengantar pajak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang berkonsentrasi dalam bidang pembangunan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diantaranya membangun sarana dan prasarana umum yang manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan, apabila masalah pembiayaan pembangunan diperhatikan. Sumber pembiayaan tersebut dapat berasal dari penerimaan dalam negeri maupun luar negeri. Peran penerimaan dalam negeri merupakan yang paling potensial untuk membiayai pembangunan. Menurut APBN salah satu sumber pendapatan dalam negeri yang paling potensial didapat dari sektor perpajakan.(ikatan Konsultan Pajak Indonesia, 28 januari 2012) Waluyo (2011:2) pajak adalah: Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturanperaturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang lansung dirunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Anggito Abimayu (dalam Koran Jakarta, 21 april 2010) Pajak tidak hanya merupakan sumber pendapatan, tetapi juga merupakan salah satu kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk mengatur jalannya perekonomian. Pemasukan dari pajak diharapkan dapat meningkat, salah satunya dengan mengadakan kebijakan kebijakan baru, seperti ekstensifikasi dan

2 intensifikasi. Ekstensifikasi perpajakan dilaksanakan dengan cara meningkatkan jumlah pajak dan obyek pajak baru. Sedangkan, intensifikasi perpajakan dilaksanakan dengan berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak. Berikut Tabel 1.1 tentang realisasi penerimaan dalam negeri tahun 2008-2010. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri Tahun 2008-2010 (Dalam Triliyun Rupiah) REALISASI 2008 2009 2010 PENERIMAAN DALAM 959,5 870,0 948,1 NEGERI Target penerimaan sektor pajak 661,4 767,7 750,8 Penerimaan Perpajakan 633,8 725,8 742,7 Pajak Dalam Negeri 599,2 697,3 715,5 1. Pajak Penghasilan 318,0 357,4 351,0 2. Pajak Pertambahan Nilai 199,8 249,5 269,5 3. Pajak Bumi dan Bangunan 25,5 28,9 26,5 4. BPHTB 5,5 7,8 7,4 5. Cukai 47,0 49,5 57,3 6. Pajak lainnya 3,3 4,3 3,9 Sumber : Nota Keuangan dan APBN (data diolah) Tabel 1.1 menunjukan bahwa pada tahun 2010 penerimaan pajak mencapai 742,7 triliun itu hanya 98,1 persen dari target 750,8 triliun dan pada tahun sebelumnya pencapaian taget berkisar pada 96%-97% dari target yang direncanakan. Sedangkan, dengan sektor-sektor penerimaan dalam negeri yang lainnya, pajak memberikan kontribusi lebih dari 50% dari seluruh penerimaan negara. Kontribusi pajak yang lebih dari 50% membuat kondisi perpajakan di Indonesia selalu berkembang di masyarakat, kondisi yang sedang berkembang

3 saat ini mengenai keterlambatan wajib pajak melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam batas waktu yang ditentukan, berikut Tabel 1.2 jangka waktu penyerahan SPT dan pembayaran pajak. Tabel 1.2 Jangka Waktu Penyerahan Spt Dan Pembayaran Pajak NO. Jenis SPT Batas Waktu Penerahan Batas Waktu Pembayaran 1. PPh Pasal 21 Tanggal 10 bulan takwim berikutnya. 2. PPh Pasal 21 Bendaharawan 3. PPh Pasal 22 Bea Cukai 4. PPh Pasal 22 - yang dipungut Pertamina 5. PPh Pasal 22 - Badan Tertentu 6. PPh Pasal 23/26 Pada hari yang sama dengan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja negara, dengan SSP yang diisi oleh dan atas nama rekanan serta ditandatangani oleh Bendaharawan. Harus disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan dilakukan Harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum penebusan Delivery Order (DO). Tanggal 10 bulan takwim berikutnya. Tanggal 10 bulan takwim berikutnya. 7. PPh Pasal 25 Tanggal 15 bulan takwim sebelumnya 8. PPN/PPn BM - PKP / Pemungut PPN selain Bendaharawan 9. PPN/PPn BM - Bendaharawan Akhir bulan berikutnya sebelum pembayaran Akhir bulan berikutnya sebelum pembayaran Tanggal 20 Bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 14 hari sejak akhir masa pajak 7 hari setelah pembayaran Tanggal 20 Bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Tanggal 20 Bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Tanggal 20 Bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Tanggal 20 Bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Akhir bulan berikutnya setelah pembayaran Akhir bulan berikutnya setelah pembayaran

4 10. PPN/PPn BM - Yang dipungut Bea Cukai Akhir bulan berikutnya sebelum pembayaran Sumber : www.stanpajak.blogspot.com Akhir bulan berikutnya setelah pembayaran Tabel 1.2 menunjukan batas waktu penyerahan SPT dan pembayaran pajak, penyerahan SPT merupakan salah satu indikator kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak yang telat menyerahkan ataupun tidak menyerahkan maka wajib pajak tersebut dikategorikan wajib pajak tidak patuh. Selain penyerahan SPT, kebenaran perhitungan dalam menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan merupakan salah satu indikator kepatuhan wajib pajak. Menurut Kasubdit Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemantauan, Liberti Pandiangan (detikfinance, 06 Maret 2011) tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dari segi kepatuhan masih rendah, sehingga belum bisa mencapai 100 persen. Berdasarkan data Direktorat Jenderal (DirJen) pajak pada 2010 SPT yang diterima DirJen pajak sebanyak 8.202.309, dengan jumlah wajib pajak terdaftar sebanyak 15.911.576 dan wajib pajak yang wajib melaporkan SPT sebanyak 14.101.933, sehingga rasio kepatuhan baru sebesar 58,16 persen. Menurut kepala Kantor Wilayah (Kanwil) DirJen Pajak Jabar I, Dedi Rudaedi (Tribun, 17 Maret 2011) kondisi turunnya rasio kepatuhan wajib pajak terasa di Jawa Barat (Jabar), Dedi mengemukakan, bahwa tidak tercapainya target pencapaian kepatuhan wajib pajak yang dicanangkan. Tahun lalu, target pendapatan pajak di Kantor Pajak Jabar I hanya terealisasi 95%. Selain itu, turunnya nilai pajak menyebabkan tingkat kepatuhan wajib pajak untuk

5 mengembalikan SPT Pajak pada 2010 masih rendah. Wajib pajak di Jabar I, yang meliputi Jabar bagian Selatan sebanyak 96.000 wajib pajak, baru sekitar 50% yang mengembalikan SPT. Jabar II yang meliputi Jabar Utara, jumlahnya 113.000 wajib pajak, namun baru sekitar 50% yang mengembalikan SPT. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cibeunying, Bandung yang merupakan KPP wilayah Jabar I, yang menangani pusat kota bandung. Mengalami turunnya rasio kepatuhan wajib pajak, dimana banyak wajib pajak terdaftar, baik wajib pajak badan maupun wajib pajak perseorangan. Berikut Tabel 1.3 jumlah wajib pajak terdaftar pada KPP Cibeunying tahun 2007-2010 Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Pada KPP Cibeunying Tahun 2007-2010 Tahun Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Perseorangan 2007 12.332 7.770 2008 12.956 7.877 2009 13.584 7.881 2010 14.177 8.010 Sumber : KPP Cibeunying Tabel 1.3 menunjukan jumlah wajib pajak yang terdaftar, pada tahun 2010 wajib pajak yang terdaftar 14.177 wajib pajak badan meningkat 593 dari tahun sebelumnya sebanyak 13.584 wajib pajak badan. Wajib pajak perseorangan juga mengalami peningkatan sebanyak 129 wajib pajak perseorangan di tahun 2010. Diharapkan semakin banyak wajib pajak terdaftar akan meningkatkan persentase pengembalian SPT sehingga meningkatkan kepatuhan. Menurut Menteri Keuangan, Agus Martawardojo (VIVANEWS, 30 September 2011) tingkat kepatuhan seluruh unsur di Indonesia terhadap pajak

6 masih rendah. Seperti wajib pajak badan usaha yang membayar pajak tercatat baru 446 ribu dibandingkan dengan tempat usaha yang berdomisili tetap dan aktif sebanyak 12 juta. Berikut Tabel 1.4 Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Cibeunying Bandung. Tabel 1.4 Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Tahun 2007-2010 Tahun Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar Jumlah Pengusaha Kena Pajak Jumlah Pengusaha Kena Pajak Tidak Patuh 2007 12.332 5.123 3.285 2008 12.956 6.230 3.972 2009 13.584 6.419 4.042 2010 14.177 6.990 4.111 Sumber: KPP pratama Bandung Cibeunying (data diolah) Tabel 1.4 menunjukan bahwa pada tahun 2007-2010, wajib pajak yang tidak patuh di KPP Pratama Bandung Cibeunying terus meningkat. Hal ini dilihat pada tabel yang menunjukan jumlah wajib pajak terdaftar tidak sama dengan jumlah wajib pajak efektif. Rendahnya tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya terjadi akibat kurangnya kesadaran pengusaha kena pajak untuk mengisi atau mengembalikan SPT yang telah diterima dari KPP, pengusaha kena pajak yang melakukan kecurangan pada saat mengisi SPT, serta kecendrungan pengusaha kena pajak yang menghindar menjalankan kewajibannya membayar pajak. Dirjen Pajak (dalam Media Indonesia, 06 April 2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat rasio penyampaian SPT, menunjukan semakin meningkatnya tingkat kepatuhan wajib pajak dan sebaliknya semakin rendah

7 tingkat rasio penyampaian SPT semakin rendah pula tingkat kepatuhan wajib pajak. Berikut Tabel 1.5 data penyampaian SPT wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying periode 2007-2010 Tahu n Tabel 1.5 Data Penyampaian SPT Wajib Pajak Pada KPP Cibeunying Tahun 2007-2010 Tepat Waktu Menyampaikan SPT Terlambat Menyampaikan SPT Tidak Menyampaikan SPT Jumlah Wajib Pajak Bada n Perseor angan Bada n Perseor angan Bada n Perseor angan Bada n Perseor angan 2007 1.838 5.369 364 230 2.921 2.171 5.123 7.209 2008 2.258 5.261 687 200 3.285 2.416 6.230 6.726 2009 2.377 5.649 140 123 3.902 2.109 6.419 7.165 2010 2.879 5.763 790 239 3.321 2.008 6.990 7.187 Sumber: KPP pratama Bandung Cibeunying (data diolah) Tabel 1.5 menunjukan tingkat ketidakpatuhan menyampaikan SPT wajib pajak badan meningkat 69 badan dibandingkan wajib pajak perseorangan yang meningkat hanya 15 orang. Ketidakpatuhan menyampaikan SPT meliputi keterlambatan menyampaikan SPT dan tidak menyampaikan SPT. Rendahnya tingkat kepatuhan mengembalikan SPT tahunan merupakan cerminan dari tingkat kepatuhan wajib pajak. Menurut Tjiptardjo dalam berita pajak online (Klik Pajak, 20 Agustus 2011) kepatuhan wajib pajak tidak hanya berdasarkan pada kepemilikan NPWP melainkan juga melalui kesediaan wajib pajak menyetorkan SPT tepat waktu. Menurut Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara dalam Audit Selection Strategy for Improving Tax Compliance Application of Data Mining Techniques. Audits indirectly drive voluntary compliance and directly generate

8 additional tax collections, both of which help tax agenciesto reduce the tax gap between the tax due and tax collected.. Artinya Audit secara tidak langsung mendorong kepatuhan sukarela dan langsung menghasilkan koleksi pajak tambahan, yang keduanya membantu instansi pajak untuk mengurangi kesenjangan pajak antara pajak yang terhutang dan pajak yang dikumpulkan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying dalam upaya meningkatkan kepatuhan pengusaha kena pajak mengadakan program-program seperti, penyuluhan langsung, sistem pendaftaran langsung secara online yang memudahkan wajib pajak untuk mendaftarkan dirinya, kompensasi pajak, sunset policy yang dilaksanakan pada tahun 2008, penegakan hukum dan pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak lebih efektif untuk meningkatkan kepatuhan pajak karena dapat menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sistem pemeriksaan dapat mendorong kebenaran dan kelengkapan pelaporan, penyerahan, pemotongan, pemungutan serta penyetoran pajak oleh wajib pajak. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap Wajib Pajak. Tujuan pemeriksaan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan dalam rangka melaksanakan ketentuan perundangundangan perpajakan. Pemeriksaan pajak dilakukan karena terdapat kecurigaan dari pemeriksa pajak (fiskus) terhadap kebenaran laporan SPT yang disampaikan wajib pajak baik SPT lebih bayar, SPT kurang bayar maupun SPT rugi. SPT ini

9 merupakan sarana yang digunakan wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang serta laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang akan dilaksanakan sendiri dalam tahun pajak. Pemeriksaan pajak itu sendiri dapat dilakukan Di di tempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak (pemeriksaan lapangan) dan pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak (pemeriksaan kantor). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying). 1.2 Identifikasi Masalah Kepatuhan pengusaha pajak yang mengalami penurunan setiap tahunnya menunjukan adanya masalah dalam bidang pelayanan perpajakan, sebagai akibat ketidakpercayaan dari masyarakat atau wajib pajak tentang perpajakan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut: Faktor-faktor yang melatarbelakangi ketidakpatuhan pengusaha kena pajak antara lain keterlambatan pengusaha kena pajak menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pengusaha kena pajak

10 yang tidak menyerahkan SPT. Rendahnya tingkat kepatuhan mengembalikan SPT tahunan merupakan cerminan dari tingkat kepatuhan wajib pajak. Upaya meningkatkan kepatuhan pengusaha kena pajak dilakukan antara lain penyuluhan langsung, sistem pendaftaran langsung secara online yang memudahkan wajib pajak untuk mendaftarkan dirinya, kompensasi pajak, sunset policy yang dilaksanakan pada tahun 2008, penegakan hukum dan pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak lebih efektif untuk meningkatkan kepatuhan pajak karena dapat menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 1.3 Rumusan Masalah 1 Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying 2 Bagaimana kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying 3 Bagaimana pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut:

11 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying. 2. Untuk mengetahui kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying. 3. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu ekonomi khususnya pada bidang perpajakan, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru yang menyangkut pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori perpajakan. 2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis yaitu untuk memberikan masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cibeunying untuk dijadikan pertimbangan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak terhadap upaya peningkatan kepatuhan pengusaha kena pajak.

12 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai pemeriksaan pajak terhadap upaya peningkatan kepatuhan pengusaha kena pajak mengingat masih banyak yang belum terungkap dalam penelitian ini.