BAB I PENDAHULUAN. governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan bernegara,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG KOMISI OMBUDSMAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

III. METODE PENELITIAN. hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas, konsepsi,

BAB I PENDAHULUAN. diwarnai dengan praktek maladministrasi, antara lain terjadinya korupsi,

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

PERAN KOMISI KEJAKSAAN DALAM PENGAWASAN KINERJA KEJAKSAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKRIPSI KEDUDUKAN HUKUM REKOMENDASI OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DALAM FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP LEMBAGA PELAYANAN PUBLIK. Oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

'~j ~ OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

Henry MP Siahaan Kemitraan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

III. METODE PENELITIAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK Oleh.: Yunus,S.Pd.,M.Si i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. politik dan kekuasaan pemerintah.

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. berawal dari kekaisaran romawi yang mempunyai institusi Tribunal Plebis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agenda utama reformasi yang diamanatkan oleh rakyat adalah

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan reformasi itu digulirkan oleh berbagai lapisan elemen masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan ketatanegaraan yang didasarkan pada pemerintahan yang demokratis dan berlandaskan hukum (rule of law). Sebelum reformasi, praktik pemerintahan cenderung diwarnai praktekpraktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). 1 Kondisi tersebut membuat masyarakat tidak percaya pada aparat pemerintah, sehingga untuk memperbaki citra pemerintahan, mutlak diperlukan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan penegakan hukum. Pasca reformasi, pemerintah berupaya untuk mengembalikan kepercayaan dan juga dalam rangka menegakkan pemerintahan yang baik, maka diperlukan keberadaan lembaga pengawas yang secara efektif mampu mengontrol penyelenggaraan tugas aparat penyelenggara negara. Selama ini, pengawasan secara internal dinilai kurang memenuhi harapan masyarakat dari sisi obyektifitas dan akuntabilitas. Sehingga, dibutuhkan lembaga pengawas eksternal agar mekanisme pengawasan pemerintahan bisa diperkuat dan berjalan secara lebih efektif untuk mewujudkan birokrasi yang bersih, transparan dan responsif terhadap kebutuhan publik. 2 Upaya pemerintahan ini direalisasikan yaitu dengan membentuk Lembaga Indonesia. 2 Ibid, 1 Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik 1

Ombudsman. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden nomor 44 tahun 2000. Kemudian kedudukan lembaga Ombudsman diperkuat dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia. Lembaga Ombudsman ini berfungsi sebagai lembaga pengawas eksternal yang secara independen akan melakukan kerja-kerja pengawasan terhadap penyelenggara negara dalam memberikan pelayanan umum yang menjadi tanggung jawab mereka. 3 Kehadiran Ombudsman sebagai lembaga yang berwenang untuk mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik menjadi sangat penting bagi masyarakat yang dirasa hak-haknya perlu untuk dilindungi. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Lembaga ini diharapkan dapat mengayomi masyarakat demi terselenggaranya pelayanan publik yang baik. Ombudsman Republik Indonesia berfungsi mengawasi tugas penyelenggaraan negara untuk melindungi masyarakat berkenaan dengan pelayanan kepada masyarakat. Tugas yang harus dilakukan oleh Ombudsman meliputi kegiatan 3 Antonius Sujata, dkk, Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Masa sekarang dan Masa Mendatang, Jakarta: The Asia Foundation Indonesia, 2002, hal. 1 2

melayani, menerima dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat berkaitan dengan keluhan terhadap pelayanan umum oleh penyelenggara negara, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat dan badan kemasyarakatan dalam rangka memaksimalkan fungsi, tugas dan wewenang Ombudsman, sosialisasi Ombudsman, mempersiapkan jaringan, organisasi dan tenaga Ombudsman Daerah, melakukan tugas-tugas lain untuk mencapai tujuan Ombudsman Republik Indonesia maupun melakukan investigasi atas inisiatif sendiri. 4 Meningkatkan kualitas pelayanan merupakan prinsip utama dari asas pemerintahan yang baik (good governance). Implementasi korupsi adalah sikap ataupun perilaku yang tidak ingin memberi pelayanan kepada masyarakat. Budaya tidak memberi pelayanan, pola aparat yang lebih bersikap meminta pelayanan merupakan perilaku koruptif. Karena itu suatu lembaga kontrol yang bertugas melakukan pengawasan atas pemberian pelayanan dalam penyelenggaraan negara harus memperoleh prioritas. 5 Pelayanan publik yang baik merupakan hak seluruh masyarakat demi tercapainya kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, salah satu indikator kesejahteraan adalah pemberian pelayanan publik yang baik oleh penyelenggara negara kepada masyarakat. Pemerintah bersama DPR telah sepakat untuk memperbaiki pelayanan publik di Indonesia dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Tidak kurang dari 25 (dua puluh lima) kali kata Ombudsman disebut dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terkait dengan 4 Op. cit. hal. 22. 5 Antonius Sujata, Peranan Ombudsman Dalam Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi Serta Pelaksanaan Pemerintahan yang Baik, Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2005, hal. 5. 3

pengawasan pelayanan publik. Fakta tersebut menunjukkan keberadaan Ombudsman Republik Indonesia tidak lagi dipandang sebagai lembaga pelengkap, sebaliknya menjadi sangat penting untuk mencapai cita-cita tata pemerintahan yang baik (good governance). 6 Tidak dapat dipungkiri, sejak awal berdirinya lembaga ombudsman di Indonesia masyarakat pada umumnya kurang mengenal keberadaan dari lembaga ini, bahkan banyak yang belum mengetahui bahwa Ombudsman itu ada. Keberadaan Komisi Ombudsman yang sudah berumur tiga belas tahun belum mampu meraih tempat dihati masyarakat, bahkan bisa dikatakan sama sekali tidak popular. Apalagi jika dibandingkan dengan KPK yang sama-sama merupakan lembaga baru sebagai supportting organ dalam mencapai efektifitas suatu lembaga pemerintahan, maka diperlukan eksistensi dari lembaga tersebut. Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan. dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini perlu diberikan orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang menganggap ada, oleh karena itu pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan jika tidak ada. 7 Begitu pula eksistensi lembaga Ombudsman ini dipertanyakan banyak kalangan masyarakat. 6 Ombudsman Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2010, hal. 1-2 (Jakarta, Ombudsman republik Indonesia 2011) 7 Nadia Juli Indrani, Eksistensi, www.file:///e:/bahan%20buku%20ombudsman/bahan%20internet%20ombudsman/eksistensi%20_ %20nadzzsukakamu.htm, diakses tanggal 9 oktober 2013. 4

Apalagi baru-baru ini sedang ada kasus dalam lingkup lembaga pengayom masyarakat ini yaitu selaku wakil ketua Ombudsman Republik Indonesia, Azlaini Agus yang diduga melakukan kasus penganiayaan terhadap Yana Novia, anggota staf darat PT Garuda Indonesia Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau. 8 Dengan keadaan yang terjadi maka pencapaian eksistensi lembaga ini akan sulit dicapai dan direalisasikan kepada masyarakat. Apabila terbukti melakukan tindak pidana secara tidak langsung juga mengakibatkan terjadinya kekosongan jabatan komisioner Ombudsman. Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik Lembaga Ombudsman yang telah ada namun tidak banyak yang mengetahuinya dan akan mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul Eksistensi Lembaga Ombudsman Dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik. B. Perumusan Masalah Bagaimana eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik? C. Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik. Oktober 2013. 8 Kompas, Tampar Petugas Bandara, Wakil Ketua Ombudsman Akan Diperiksa, Rabu, 30 5

D. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini penulis lakukan, penulis berharap beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Agar dapat melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian secara ilmiah dan terarah sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan serta melatih dan mempertajam analisa terhadap perkembangan hukum seiring dengan dinamika hukum yang selalu bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman yang ada. b. Untuk lebih memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis baik dibidang hukum pada umumnya maupun dibidang hukum tata negara khususnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pembuat undang-undang sebagai kebijakan dalam acuan membuat suatu aturan baru. b. Bagi anggota Ombudsman dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga yang melayani masyarakat agar lebih disosialisasikan lagi keberadaannya supaya masyarakat banyak bisa menjadi tahu akan betapa pentingnya lembaga ini dalam sistem demokrasi yang dianut negara ini. c. Dan kemudian bagi masyarakat banyak supaya menjadi tahu mengenai betapa pentingnya adanya lembaga Ombudsman ini. 6

F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian untuk membahas masalah yang dirumuskan di atas sebagai berikut: 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif yaitu dengan melakukan studi terhadap naskah-naskah atau buku-buku atau literatur-literatur. 2. Jenis Data Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Data Sekunder yang terdiri atas: 1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian ini, antara lain: a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Lembaga Ombudsman Indonesia. c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. d) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Di Daerah. 7

e) Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Ombudsman Republik Indonesia. f) Peraturan Ombudsman Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dan Penyelesaian Laporan Ombudsman Republik Indonesia. g) Peraturan Ombudsman Nomor 3 Tentang Perjenjangan Jabatan Ombudsman Republik Indonesia. h) Peraturan Ombudsman Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia. i) Peraturan Ombudsman Nomor 7 Tentang Kode Etik Insan Ombudsman. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder yaitu buku-buku, maupun tulisantulisan ilmiah yang terkait dengan penelitian ini. 3) Bahan Hukum Tersier (a) Kamus-kamus Hukum. (b) Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI). (c) Bahan hukum yang diambil dari Internet. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah: Studi dokumen. Dalam studi dokumen ini, penulis memperoleh data dengan 8

mengunjungi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas Program Reguler Mandiri, perpustakaan Umum, serta buku-buku yang penulis miliki. 4. Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data Sebelum melakukan analisis Data, data yang diperoleh melalui studi dokumen diolah. b. Analisis Data Setelah data diperoleh dari penelitian tersebut, penulis akan menggunakan analisis secara kualitatif. Analisis secara kualitatif merupakan analisis dengan mempelajari hasil penelitian baik berupa data primer maupun data sekunder yang kemudian dijabarkan dan disusun secara sistematis dalam bentuk karya tulis ilmiah. 9