Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

dokumen-dokumen yang mirip
KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

Bab V. Motor DC (Direct Current)

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III PERANCANGAN ALAT

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB III PERANCANGAN SISTEM

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh :

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI PEMBANGKIT PWM UNTUK MENGENDALIKAN KIPAS PADA DESKTOP KOMPUTER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB III PERANCANGAN SISTEM

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

SISTEM KENDALI SIRKULASI UDARA BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR UNTUK KENYAMANAN RUANGAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB III METODOLOGI PENULISAN

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

VOLT / HERTZ CONTROL

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL KULIAH ELEKTRONIKA DAYA PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

Bab VI. Motor Stepper

BAB II LANDASAN SISTEM

Rangkaian Dimmer Pengatur Iluminasi Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

Materi. Pengenalan elektronika Dasar. Pertemuan ke II. By: Khairil Anwar, ST.,M.Kom. Create: Khairil Anwar, ST., M.Kom

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

RANCANG BANGUN SISTIM PARKIR MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

Gambar 9.1 Gambar 9.2

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

PWM (PULSE WIDTH MODULATION)

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

Transkripsi:

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan untuk beberapa kegiatan yang memerlukan pengaturan kecepatan daripada motor ac. Disamping pengontrolan kecepatan putar, sistem control motor dc juga mengatur arah putar rotor, searah jarum jam atau berlawanan dengan arah jarum jam. Salah satu sistem control motor dc adalah menggunakan Modulasi Lebar Pulsa (PWM) sebagai pemicu pada driver control seperti transistor H-Bridge. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem control motor dc menggunakan suhu udara sebagai pemicu. Kata kunci: motor dc, system kontrol, modulasi lebar pulsa, PWM. 1. Pendahuluan Motor dc atau sering disebut motor arus searah lebih sering digunakan untuk keperluan yang membutuhkan pengaturan kecepatan dibandingkan dengan mesin ac. Alasan utama penggunaan mesin dc terutama pada industri-industri modern adalah karena kecepatan kerja motor-motor dc mudah diatur dalam suatu rentang kecepatan yang luas, disamping banyaknya metode-metode pengaturan kecepatan yang dapat digunakan. kawat tersebut ditentukan dengan kaidah tangan kiri seperti pada Gambar 2. Apabila arah medan magnet (B) searah sumbu X negatif, sedangkan arah arus kawat (I) searah sumbu Z positif, maka arah gaya (F) terhadap kawat tersebut searah sumbu Y positif. F B I Gambar 2 Kaidah tangan kiri arah medan magnet, arus, dan gaya Gambar 1 Konfigurasi motor DC Prinsip dasar dari motor dc, seperti ditunjukkan pada Gambar 1, adalah jika sebuah kawat berarus diletakkan tegak lurus antara kutub magnit Utara-Selatan, maka pada kawat itu akan bekerja suatu gaya yang menggerakkan kawat tersebut. Arah gerak Rangkaian ekuivalen motor dc dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 3. Kontrol motor dc, terdiri dari pengaturan kecepatan dan pengaturan arah putar motor. Kecepatan putar motor dc dipengaruhi oleh gaya (F) yang dihasilkan pada motor dc. Sesuai kaidah tangan kiri besarnya gaya dipengaruh oleh medan magnet (B) dan arus (I) yang melewati rotor pada motor dc. Semakin kuat medan magnet medan magnet yang melintas pada rotor atau semakin besar arus yang melewati rotor, maka besarnya gaya yang memutar rotor akan berbanding lurus, demikian juga sebaliknya. Apabila medan magnet pada motor dc dihasilkan dari 1

aliran arus listrik pada kumparan medan, maka pengaturanarus yang melewati kumparan medan akan mempengaruhi kekuatan medan magnet yang melintasi rotor. Gambar 3 Rangkaian ekuivalen motor dc Sedangkan untuk mengubah arah gaya atau mengubah arah putar motor dapat dilakukan dengan membalik arah medan magnet atau membalik arus yang mengalir melalui rotor motor dc. 1.1 Transducer Temperatur LM35 LM 35 adalah merupakan transducer temperatur yang menghasilkan tegangan yang linear dalam satuan derajat Celcius ( o C). Selain itu LM 35 juga dapat digunakan untuk detektor suhu dalam satuan derajat Kelvin ( o K). LM 35 tidak memerlukan penyesuaian piranti terhadap pengaruh dari luar, karena transducer tersebut telah memiliki kemampuan presisi yang cukup tinggi dengan toleransi error sekitar 0,25 o C di ruang tertutup, dan 0,75 o C di ruang terbuka, dengan range pengukuran dari 55 o C sampai dengan 150 o C. + VS (4V-20V) LM 35 Output 0 mv - 10 mv/ o C Vs Vo Gnd Gambar 4 Transducer Temperatur IC LM35 Output dari LM 35 berupa tegangan yang linier, sehingga akan mempermudah pengontrolan rangkaian. Dalam aplikasinya LM 35 cukup menguntungkan bila ditinjau dari penggabungan (integrated) dengan rangkaian-rangkaian lainnya. Dengan melekatkan atau memasangkannya pada penampang, suhu permukaannya akan mencapai sekitar 0,01 o C. Dengan mengasumsikan suhu udara hampir sama dengan suhu permukaan, jika suhu udara lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu permukaan, maka suhu sebenarnya dari LM 35 berada diantara suhu udara dan suhu permukaan. 2 Diagram skematik dari transducer LM 35 ditunjukkan seperti pada Gambar 4. 1.2 Pulse Width Modulation Pulse Width Modulation (PWM) atau modulasi lebar pulsa, merupakan sinyal digital berupa gelombang kotak (square wave) dimana duty cycle dari gelombang kotak tersebut dapat diatur sesuai dengan kebutuhan sistem. Gelombang kotak f(t)yang ideal dengan periode T ditunjukkan seperti pada Gambar 5. Gambar 5 Gelombang kotak f (t) yang ideal dengan periode T Gelombang kotak seperti pada Gambar 5. memiliki duty cycle (D) seperti pada persamaan berikut: D τ T = (1) Dimana: τ = waktu gelombang kotak selama berlogika tinggi T = periode gelombang kotak. Sedangkan tegangan rata-rata sebuah gelombang adalah sesuai pada persamaan: (2) Dimana : y : tegangan rata-rata gelombang T: periode gelombang Gelombang kotak f(t) pada Gambar 5 berada pada nilai 0 < y max < τ dan τ < y 2

min < T, dengan melihat persamaan (1) dapat ditentukan τ = D.T, sehingga tegangan rata-rata gelombang kotak f(t) dapat ditentukan: Dari hasil perhitungan rata-rata tegangan tersebut, maka nilai tegangan rata-rata yang dibutuhkan dapat dihasilkan dengan pengaturan duty cycle gelombang kotak. 3 Modulasi Lebar Pulsa juga dapat digunakan untuk mengontrol daya tanpa membuang sejumlah daya pada driver beban menjadi bentuk energi lain. Misalkan pada rangkaian sederhana seperti pada Gambar 6(a). sebuah sumber tegangan digunakan untuk menyalakan sebuah bola lampu dengan daya namun ternyata intensitas cahaya yang dihasilkan pada bola lampu terlalu tinggi, maka untuk menurunkan intensitas cahaya bola lampu dapat ditambahkan sebuah resistor secara seri dengan beban bola lampu untuk mengurangi arus, seperti ditunjukkan pada Gambar 6(b). 5 W Dengan menambahkan resistor, intensitas cahaya pada bola lampu akan berkurang, namun pada resistor tambahan tersebut akan terjadi disipasi daya, dimana sebagian daya pada resistor akan terbuang menjadi bentuk energi panas. Untuk menghindari disipasi daya pada rangkaian sederhana seperti pada Gambar 6 (b), dapat dilakukan pengaturan pewaktuan pensaklaran (switching) dengan menggunakan piranti semikonduktor seprti transistor dengan PWM sebagai trigger seperti pada Gambar 7. Semakin besar duty cycle PWM, maka rata-rata tegangan yang dihasilkan akan lebih tinggi. Secara logika kondisi beban lampu dengan switching PWM dalam kondisi on-off dalam periode yang singkat, namun respon lampu akan menangkap tegangan rata-rata yang dihasilkan dari trigger pensaklaran. 10 V DC 10 V DC (a) i 20 Ohm i 5 W (b) Gambar 6 (a) Rangkaian sederhana untuk menyalakan bola lampu (b) Penambahan Resistor secara seri untuk mengurangi intensitas cahaya bola lampu Gambar 7 Penggunaan saklar elektronik dengan PWM sebagai trigger PWM dapat dihasilkan secara analog, digital, dibangkitan dari on chip mikrokontroler terprogram, FPGA atau Single Board Computer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu pemodelan sistem control motor dc yaitu berupa pengaturan kecepatan dan arah putaran rotor sebagai respon dari temperatur udara. Penelitian ini dapat diimplementasikan pada sistem sirkulasi udara, kipas blower, kipas pendingin udara, dan lain sebagainya. 2. Metode Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini diawali dengan studi literasi tentang motor dc 3

beserta sistem kontrolnya, modulasi lebar pulsa, dan dan komponen-komponen yang akan digunakan dalam penelitian ini. Tahap selanjutnya adalah perancangan blok diagram dan perakitan komponen dan piranti sesuai perancangan blok diagram. Setelah itu dilakukan pengujian sistem dan analisa hasil perancangan yang telah dilakukan 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Perancangan Sistem Pemodelan sistem kontrol motor dc pada penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu pembangkit gelombang segitiga IC XR2206, transducer temperature LM35, komparator, driver H-bridge, dan motor dc 12 V. Blok diagram dari pemodelan ini ditunjukkan pada Gambar 8. forward dan lainnya sebagai trigger reverse. Pemodelan komparator ditunjukkan seperti pada Gambar 10. Gambar 9 PWM yang dihasilkan dari komparasi gelombang segitiga dengan tegangan dc. Gel. Segitiga I V DC Gel. Segitiga II - Komp1 + - Komp 2 + Output 1 Output 2 Gambar 10 Metode penyambungan rangkaian komparator 3.2 Perancangan Driver Gambar 8 Blok Diagram Sistem Pemodelan Sistem Kontrol Motor dc Pada penelitian ini sinyal PWM sebagai trigger pensaklaran driver kontrol motor akan dibangkitkan dari hasil komparasi gelombang segitiga (triangle wave) dengan tegangan respon temperatur udara. Sedangkan gelombang segitiga dihasilkan dari IC XR 2206. Komparasi gelombang segitiga dengan tegangan dc respon temperatur udara akan menghasilkan PWM dengan duty cycle yang sebanding dengan kecepatan putaran motor dc. Hasil komparasi gelombang segitiga dengan tegangan dc diilustrasikan pada Gambar 9. Pada Gambar 9 Vi(1) adalah tegangan input hasil dari respon transducer temperatur sedangkan Vi(2) adalah gelombang segitiga. Setelah melewati komparator, simulasi tegangan output PWM ditunjukkan dengan Vo. Input output dari komparator, dirancang dengan dua titik trigger, satu sebagai trigger Driver yang digunakan untuk sistem control motor dc adalah H-bridge dengan trigger 4N28. Driver terdiri dari 4 buah transistor dimana transistor T1 dan T4 di trigger bersama, supaya ada aliran arus dari titik A ke B pada motor dc sehingga rotor akan berputar clock wise. Ketika arah putaran motor akan dibalik, maka transistor T2 dan T3 yang akan di trigger bersama, sehingga arus pada motor dc akan mengalir dari titik B ke A. Pada penelitian ini temperatur udara ditentukan pada set poin 25 o C. Artinya pada temperature 25 o C motor dc akan berada pada titik tenang. Ketika temperatur udara meningkat dibandingkan titik tenang motor dc akan berputar clockwise, semakin tinggi temperature udara, maka putaran rotor akan semakin cepat sampai motor dc mencapai putaran maksimum. Demikian juga apabila temperatur udara dibawah titik tenang, maka motor dc akan berputar counter clock wise. 4

T1 T3 A M B T2 T4 3.3 Hasil Pengujian Hasil pengujian dari penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1. Pada tabel hasil pengukuran temperatur udara minimum Gambar 11 Konfigurasi driver H-bridge yang bisa dicapai hanya pada temperature 19 o C dikarenakan keterbatasan kemampuan pendingin udara yang digunakan pada saat pengukuran. Tabel 1 Hasil pengukuran respon motor dc terhadap temperature udara. NO SUHU(c) V DC (input komp) Duty Cycle PWM PUTARAN MOTOR 1 19 3.93 T2 dan T3, 20% CCW 730 rpm 2 25 5.12 0 0 rpm 3 31 6.17 T1 dan T4, 20% CW742 rpm 4 35 6.94 T1 dan T4, 42% CW1310 rpm 5 40 8.08 T1 dan T4, 66% CW2180 rpm 6 45 9.06 T1 dan T4, 85% CW2728 rpm 7 50 9.96 T1 dan T4, 100% CW3131 rpm 4. Kesimpulan Dari penelitian ini diperoleh sebuah model sistem kontrol motor dc dengan stimulus temperatur udara. Model sistem kontrol motor dc hasil perancangan ini menghasilkan respon kecepatan yang signifikan terhadap perubahan temperatur udara. 5. Daftar pustaka [1] Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. Penerbit ITB. Bandung. [2] National Semiconductor Corp. 1999. LM35 Precision Centigrade Temperature Sensors. Datasheet LM35. [3] http://en.wikipedia.org/wiki/pulsewidth_modulation 5