Produktivitas Tenaga Kerja Presentation at BAPPENAS Chris Manning and M. Raden Purnagunawan, USAID-SEADI Project Jakarta, June 15, 2012

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

Sektor Pertanian: Perlu Upaya Akselerasi Pertumbuhan. Oleh: Hidayat Amir

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki struktur, dana (penerimaan) untuk membiayai seluruh pengeluaran yaitu

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

BAB II KARAKTERISTK UNIT USAHA DI INDONESIA DAN PRODUKSI NASIONAL

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI )

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006

RENCANA KERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CILEGON TAHUN ANGGARAN 2014

BAB II LANDASAN TEORI. Sudah jelas bahwa pembangunan nasional menentukan GNP (Gross

ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : AMINAH NUR M.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara

Iklim Usaha di Provinsi NTT: Kasus Perdagangan Hasil Pertanian di Timor Barat

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN NILAI TAMBAH TEPUNG KARAGINAN DI KECAMATAN KEI KECIL, KABUPATEN MALUKU TENGGARA

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PADA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TIM KOORDINASI PENYUSUNAN ASUMSI DASAR RAPBN 2013

PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA AMBARKETAWANG KECAMATAN GAMPING, SLEMAN D.I. YOGYAKARTA

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PDRB, IPM, PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN / KOTA JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT MELALUI KEMITRAAN GUNA MEWUJUDKAN EKONOMI NASIONAL YANG TANGGUH DAN MANDIRI

BAB IV METODA PENELITIAN

Survei Ekonomi OECD INDONESIA

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri ( defensive reflex) oleh sekelompok masyarakat yang

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor

Transkripsi:

Produktivitas Tenaga Kerja Presentation at BAPPENAS Chris Manning and M. Raden Purnagunawan, USAID-SEADI Project Jakarta, June 15, 2012

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS MENURUT SEKTOR Perhitungan produktivitas tenaga kerja: Menghitung kembali jumlah tenaga kerja berdasarkan konsep ekivalen pekerja penuh (EPP atau full time worker equivalent) Mengapa? Perbedaan dalam jam kerja merupakan salah satu penyebab adanya jurang produktivitas antara beberapa sektor

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS MENURUT SEKTOR JAM KERJA DAN PEKERJA KELUARGA Perbedaan terutama terjadi antara: sektor pertanian dan jasa yang yang relatif pada karya cenderung menggunakan lebih banyak pekerja keluarga, dengan jam kerja sedikit sektor angkutan-komunikasi dan perdagangan dimana sebagian karyawan bekerja jam kerja banyak (60 jam seminggu atau lebih).

Tabel 1: Rata-Rata Jam Kerja dan Persentase Pekerja Keluarga Menurut Sektor 2011 Lapangan Pekerjaan Jam Kerja % Pekerja Utama Rata- rata % Bekerja Keluarga per minggu < 35 jam > 60 Jam Sektor dgn banyak pekerja under- u'lized Pertanian 30 62 2 33 Jasa 39 33 9 7 Sektor dgn sedikit pekerja under-utilized Angkutan, Komunikasi 48 18 20 1 Perdagangan 47 22 22 15 Sektor lainnya Bangunan 46 13 6 1 Pertambangan 45 22 15 4 Industri Pengolahan 44 18 6 8 Listrik, gas dan Air 44 14 7 1 Keuangan dan Jasa 44 15 8 1 Total 39 37 10 16 Pertanian 30 62 2 33 Non Pertanian 44 22 14 7 Sumber: SAKERNAS 2011

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS MENURUT SEKTOR EKIVALEN PEKERJA PENUH Setelah dihitung produktivitas berdasarkand ekivalen pekerja penuh (EPP) pada tahun 2011: Tingkat produktivitas di sektor pertanian meningkat 18% (dibandingkan dengan perhitungan dengan jumlah pekerja, tanpa penyesuaian untuk jam kerja). Tingkat produktivitas di sektor non-pertanian menjadi lebih rendah (turun 21%) banyak pekerja non-pertanian mempunyai jam kerja banyak. Turunnya produktivitas pekerja dengan perhitungan berdasarkan EPP lebih besar pada sektor angkutan-komunikasi dan perdagangan, dan lebih kecil di sektor jasa Perbedaan produktivitas antara pertanian dan non-pertanian tetap tinggi tetapi turun banyak (dari 3.8 kali ke 2.6 kali lebih besar di sektor non-pertanian, dibandingkan pertanian)

Gambar 1: Perbandingan Tingkat Produktivitas Pekerja dan Ekivalen Pekerja Penuh, Indonesia 2011 (Rp. Juta) 40.0 30.0 20.0 10.0 Pertanian Non Pertanian 0.0 Tkt produktivitas pekerja Tkt produktivitas ekivalen pekerja penuh

Tabel 2: Tingkat Produktivitas Pekerja dan Ekivalen Pekerja Penuh Lapangan Pekerjaan Tingkat Produk=vitas (Rp. Juta) Perubahan Utama Berdasarkan Ekivalen Pekerja (%) jumlah TK Penuh Sektor dengan banyak pekerja under- u'lized Pertanian 8.0 9.4 18 Jasa 14.0 12.4-11 Sektor dengan banyak pekerja fully- u'lized Angkutan, Komunikasi 47.5 34.7-27 Perdagangan 18.7 13.9-26 Sektor lainnya Bangunan 25.3 19.3-23 Pertambangan 129.1 100.1-22 Industri Pengolahan 43.6 35.1-20 Listrik, gas dan Air 79.0 63.2-20 Keuangan dan Jasa 89.6 71.5-20 Total 22.5 20.1-10 Pertanian 8.0 9.4 18 Non Pertanian 30.6 24.2-21

Gambar 2: Perbandingan Tingkat Produktivitas Pekerja dan Ekivalen Pekerja Penuh, Indonesia 2011 (Rp. juta) 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 Pekerja Pertanian Pekerja Non Pertanian Ekivalen Pekerja Penuh Pertanian 0.0 2007 2008 2009 2010 2011

PRODUKTIVITAS DI SEKTOR PERTANIAN DAN SUB-SEKTORNYA Perlu di hitung tren produktivitas berdasarkan EPP untuk berbagai sub-sektor pertanian: Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Perternakan Kehutanan Perikanan/Nelayan Diperkirakan produktivitas dengan perhitungan EPP: akan naik di sektor tanaman pangan dan nelayan, karena sifat musimannya lebih kental akan turun di sektor perkebunan, yang jam kerjanya diduga relatip lebih banyak

PRODUKTIVITAS DI SEKTOR INDUSTRI Perbedaan produktivitas EPP yang menonjol diduga terjadi antara industri besar, menengah dan kecil, dari pada menurut sub-sektor industri. Karena survey industri kecil tidak dilakukan sejak tahun 2004, jam kerja menurut besarnya usaha industri dapat diperoleh dari Survey Industri Besar-Menengah Tahunan yang dilakukan BPS, dengan membedakan kelompok industri berikut ini: 20-<50 pekerja 50-<100 pekerja 100-<500 pekerja 500 pekerja atau lebih

Lampiran: Definisi Produktivitas Tenaga Kerja Definisi dan Metodologi Perhitungan Produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai rata-rata tingkat output yang dihasilkan oleh setiap unit tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja juga merupakan salah satu ukuran dari tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja dalam menghasilkan barang dan jasa. Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan beberapa cara, namun bentuk umumnya adalah sebagai berikut (OECD 2008) : Produktivitas Tenaga Kerja= Ukuran dari Output/ Ukuran dari Tenaga Kerja

Ukuran dari output diantaranya adalah PDB, nilai tambah dan volume barang. Penggunaan nilai tambah sebagai ukuran dari output lebih baik karena sudah menghilangkan efek dari pajak dan barang setengah jadi (intermediate goods). Sedangkan ukuran dari tenaga kerja dapat berupa jumlah tenaga kerja maupun jumlah jam kerja dari seluruh pekerja. Ukuran input tenaga kerja yang baik seharusnya dapat menggambarkan waktu, usaha dan keahlian dari pekerja.

Perhitungan produktivitas tenaga kerja di Indonesia sebaiknya juga menggunakan jumlah tenaga kerja ekivalen bekerja purna waktu (Full time equivalent) sebagai pembanding perhitungan produktivitas konvensional. Hal ini terutama karena perbedaan dalam jam kerja merupakan salah satu sebab adanya jurang produktivitas antara beberapa sector. Perbedaan terutama terjadi antara: sektor yang relatif pada karya dan menggunakan lebih banyak pekerja keluarga (pertanian dan jasa) dengan rata-rata dengan jam kerja sedikit seminggu sektor yang relatif padat modal dan banyak menggunakan pekerja upahan, dengan jam kerja lebih banyak (angkutan-komunikasi dan perdagangan).

Full time equivalent dapat dihitung sebagai berikut: Jumlah Tenaga kerja ekivalen purna waktu= Jumlah Pekerja x Jam kerja/35 Data yang dibutuhkan: Adapun data yang dibutuhkan dalam perhitungan produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut: 1. PDB sektoral 2. Nilai tambah sektoral 3. Jumlah tenaga kerja tiap sektor 4. Rata-rata jam kerja tiap sektor