STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR WILAYAH PASAR YOUTEFA JAYAPURA DAN SEKITARNYA TANGGAL 07 JANUARI 2017 OLEH : EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr NABIRE 2017
ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH PASAR YOUTEFA JAYAPURA DAN SEKITARNYA TANGGAL 07 JANUARI 2017 I. PENDAHULUAN Berdasarkan informasi dari media online (www.radarsorong.com) tertanggal senin, 09 Januari 2017, menyebutkan telah terjadi banjir di daerah Pasar Youtefa dan Perumahan Organda, Padang Bulan, Jayapura pada malam hari tanggal 07 Januari 2017 yang diakibatkan oleh adanya hujan lebat dengan durasi cukup lama.
Gambar 1. Kejadian Banjir di Pasar Youtefa dimana tercatat curah hujan di Stasiun BMKG di Kota Jayapura dan sekitarnya adalah sebagai berikut : Stasiun Meteorologi Dok II Jayapura : 71.5 mm Stasiun Meteorologi Sentani : 81.1 mm II. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER A. Sea Surface Temperature Gambar 2. Analisa SST & Anomali SST tanggal 07 Januari 2017
Secara umum, suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia pada tanggal 07 Januari 2017 berkisar antara 27 s/d 30 0 C dengan anomali (+0.5) s/d (+3) 0 C terhadap normalnya. Untuk wilayah perairan Jayapura, suhu muka laut pada kisaran 29 30 0 C dengan nilai anomali positif antara (+1) s/d (+2) 0 C terhadap normalnya. Suhu muka laut yang hangat tersebut ini menyebabkan kandungan di udara cukup banyak. Kondisi tersebut menyebabkan potensi pembentukan awan awan konvektif sangat besar dan kondisi cuaca cenderung berawan hingga hujan di wilayah sekitar kota Jayapura. B. Outgoing Longwave Radiation (OLR) Gambar 3. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 09 Juli 2016 s/d 07 Januari 2017 Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 09 Juli 2016 s/d 07 Januari 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Jayapura : -30 W/m2 s/d -50 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya.
C. ENSO (El Nino South Osciilation) Gambar 4. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 07 Januari 2017 Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 07 Januari 2017 yang bernilai 0.39 dan data SOI tanggal 07 Januari 2017 yang bernilai + 7.3, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 07 Januari 2017, menunjukkan kondisi normal yaitu pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia serta suplai uap air dari samudera pasifik timur ke pasifik barat tidak signifikan yaitu aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur rendah.
D. MJO (Madden Julian Oscillation) Gambar 5. Track MJO tanggal 07 Januari 2017 Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 07 Januari 2017 yang berada di tengah lingkaran kuadran, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
E. Pola Tekanan Udara (Isobar) Gambar 6. Analisa Tekanan Udara Permukaan jam 00.00 tanggal 07 Januari 2017 Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 07 Januari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian utara terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 2 (dua) daerah tekanan rendah (Low Pressure) dan wilayah Indonesia bagian selatan terdapat 1 (satu) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (daerah bertekanan lebih tinggi) menuju BBS (daerah bertekanan lebih rendah).
F. Pola Angin (Streamline) Gambar 7. Analisa arus angin Jam 00.00 & 12.00 tanggal 07 Januari 2017 Berdasarkan gambar pola arus angin streamline pada tanggal 07 Januari 2017 jam 00.00 & 12.00 UTC diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera pasifik dan melewati wilayah Jayapura. Selain itu adanya pola shearline diatas wilayah Jayapura yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat serta adanya daerah sirkulasi tertutup (Eddy) di atas wilayah perairan Samudera Pasifik yang berdekatan dengan wilayah perairan Jayapura.
G. Relative Humidity Gambar 8. Prediksi Kelembaban Udara Lapisan 850 mb pada Jam 12 dan 18 UTC tanggal 07 Januari 2017 Berdasarkan data kelembaban relatif (Sumber: BOM Australia), pada lapisan 850 mb di atas wilayah Jayapura, kelembaban relatif bernilai 60 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan atas udara cukup basah dan pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah tersebut sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Jayapura.
H. Citra Satelit Gambar 9. Citra Satelit Himawari 8 EH Jam 09.40 & 15.50 UTC tanggal 07 Januari 2017 Berdasarkan citra satelit, terlihat kumpulan awan awan konvektif yang bergerak masuk ke wilayah Jayapura awalnya berasal dari arah barat daya wilayah pergunungan atau perbukitan Jayapura. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-62) s/d (-69) 0 C, yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Jayapura pada jam 09.40 UTC.
J. Indeks Labilitas Udara Gambar 10. K.Indeks jam 12.00 & 18.00 UTC tanggal 07 Januari 2017 Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Gambar 11. Lifted Indeks jam 12.00 & 18.00 UTC tanggal 07 Januari 2017 Nilai Lifted Indeks berkisar antara -2 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai Guntur yang kuat.
Gambar 12. Showalter Indeks jam 12.00 UTC tanggal 07 Januari 2017 Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. III. KESIMPULAN 1. Adanya tutupan awan-awan konvektif yang sangat tebal di hampir seluruh wilayah Jayapura dari malam hari hingga dini hari menandakan hujan turun dengan intensitas sedang hingga sangat lebat. 2. Nilai anomali OLR disekitar wilayah Jayapura : -30 W/m2 hingga -50 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya. 3. Analisa pola angin (Streamline) terlihat adanya pola shearline diatas wilayah Jayapura yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat serta adanya daerah sirkulasi tertutup (Eddy) di atas wilayah perairan Samudera Pasifik yang berdekatan dengan wilayah perairan Jayapura. 4. Kelembaban relatif pada lapisan 850 mb di atas wilayah Jayapura, kelembaban relatif berkisar 60 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan atas udara cukup basah dan pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah tersebut sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Jayapura.