BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan arsitektur di Indonesia masih belum dapat disejajarkan dengan nama besar universitas di luar yang memiliki embel-embel world class university seperti Harvard, MIT, Standfort, Cambridge dan lain-lain. Menurut pendapat Dian Kusumaningtyas (2009), perbedaan antara universitas Indonesia dan universitas luar Indonesia lainnya terletak pada kurikulum, fasilitas, organisasi dan aktifitas murid atau pun guru. Beliau merupakan arsitek prisipal di SMEC international yang mendalami mengenai perancangan bangunan edukasi dikarenakan proyek yang diterimanya sehingga beliau tertarik menganalisis bangunan edukasi di Indonesia khususnya dunia pendidikan arsitektur. Hal pertama yang digaris bawahi dari perbedaan tersebut adalah fasilitas, laboratorium yang dimiliki oleh bangunan edukasi arsitektur di Indonesia masih di bawah universitas di luar negeri, universitas luar negeri setidaknya mereka memiliki 12 jenis laboratorium dengan peralatan lengkapnya. Selanjutnya adalah kurikulum, sarjana muda arsitektur di Indonesia setidaknya harus menjalani kredit mata kuliah setidaknya berkisar antar 144 sks sampai 160 sks, namun Dian Kusumaningtyas (2009) membandingkan kredit kuliah tersebut dengan 2 perguruan tinggi besar di Indonesia dan menghasilkan berbagai pertanyaan diantaranya adalah untuk apa mata kuliah pancasila atau sejenisnya muncul sebagai mata kuliah padahal kita sudah mendapatkannya sejak SD hingga SMA, meskipun nilai kreditnya kecil tetapi kredit ini dapat dipakai untuk mata kuliah lainnya yang lebih menunjang profesi. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih mendalan mengenai studi banding kurikulum pendidikan arsitektur di Indonesia dan di luar Indonesia. Menurut Johannes Widodo(2010), seorang peneliti dari Universitas Pahrayangan, perkembangan pendidikan arsitektur membuat banyak perdebatan, perkembangan ilmu arsitektur telah berubah dari ilmu-ilmu keteknikan menjadi lebih dekat kepada ilmu lingkungan, seni dan humaniora. Ilmu arsitektur masa 1
kini barangkali lebih sesuai berada dalam kelompok planning, environment dan design, daripada kelompok engineering. Fakultas lingkungan binaan menjadi wadah yang lebih tepat bagi arsitektur dan banyak sekolah arsitektur di Eropa, Australia dan Amerika yang sudah menyesuaikan diri dengan kecenderungan ini. Ditinjau dari sudut pendidikan keprofesian arsitek, pendidikan desain arsitektur yang berpusat pada studio perancangan arsitektur dapat berada entah pada tingkat jurusan, fakultas atau bahkan sekolah tinggi. Yang terpenting adalah, mahasiswa yang lulus dari pendidikan desain memiliki cukup kemampuan dan keterampilan dasar, sehingga mereka dapat lulus dalam ujian sertifikasi profesi arsitek dan layak disebut sebagai calon arsitek profesional. Standar kompetensi profesional inilah yang menjadi tolok ukur (benchmark) bagi lulusan yang dihasilkan melalui berbagai bentuk pendidikan arsitektur terakreditasi. Binus University merupakan sebuah universitas yang memiliki slogan seperti universitas luar Indonesia yang disebutkan diatas, namun dari dunia pendidikan arsitekturnya masih di bawah rata-rata, laboratorium hanya tersedia laboratorium komputer, fasilitas studio tidak memadai, dan sebagainya. Akan tetapi binus mempunyai rencana di tahun 2015 yang akan mendirikan school of art and design yang akan menjadi pusat dari pembelajaran jurusan berbasis seni di daerah simprug. Dengan menaggapi isu pendidikan arsitektur yang sudah merebak saat ini, maka Binus University layaknya mengambil strategi yang tepat dengan mendirikan sebuah fakultas arsitektur sendiri dengan mencanangkan namanya sebagai universitas pertama yang memiliki fakultas arsitektur dengan basis sustainable design dan akan menjadi tolak ukur bagi universitas arsitektur lainnya. Peran arsitek-arsitek muda mengambil peranan yang cukup penting dalam pembangunan bangunan-bangunan yang sustainable untuk ke depannya, karena efek-efek yang berdampak pada lingkungan mulai terasa, contohnya suhu rata-rata setiap kota meningkat, cairnya es yang ada di kutub sehingga menyebabkan banjir dan lain-lain. Oleh karena itu pengetahuan seorang arsitek mengenai sustainable design harus sudah diajarkan mengenai bagaimana konsep, penerapan, sistem hingga ke detailnya. 2
. Pada tahun 1987, pengembangan sustainable design sudah dimulai oleh World Commission on Evirontment and Development, badan tersebut mengutip bagaimana antara alam dan desainer dapat saling terkoneksi dan menjadi sebuah lingkup ekologi sistem yang saling bersinergi. Sejak saat itu untuk mencegah global warming tersebut seharusnya semua bangunan mengacu kepada sustainable design dengan menjadikan sustainable design itu sendiri menjadi dasarnya dan masalah energi, proses konstruksi, material, dan lain-lainnya menjadi solusi desainnya. Dengan mengubah proses mendesain pada umumnya mengacu pada sustainable design maka materi pengajaran yang membuat proses desain tersebut harus diubah sehingga penerapan sustainable design tersebut dapat teradaptasi dengan baik. Dalam proyek sekolah ini, yang akan digaris bawahi adalah bagaimana bangunan dapat hemat energi ditinjau dari sisi pencahayaannya, karena sekilas bangunan sekolah membutuhkan perhatian lebih dibagian pencahayaan untuk membuat suasana belajar lebih optimal dengan cahaya natural tanpa perlu adanya lampu di siang hari, dengan peletakan bukaan yang tepat dapat membuat ruangan menjadi terang tanpa perlu khawatir panas cahaya matahari masuk terlalu banyak sehingga menyebabkan pemakaian listrik untuk bagian AC menjadi boros. Mengangkat permasalahan ini, latar belakang proyek sekolah perancangan arsitektur bernuansa sustainable sekiranya cocok untuk mencipkatan bibit-bibit arsitek baru yang dapat tanggap dengan kelebihan dari sustainable desain itu sendiri dengan merasakannya langsung. Sekolah ini tidak hanya menampung siswa-siswa yang ingin belajar tetapi sekolah ini menyediakan fasilitas asrama yang dapat menampung siswa dari luar daerah maupun negri dan diharapkan sekolah ini menjadi pusat dari pembelajaran arsitektur berkonsep sustainable yang langsung menerapkannya pada eksterior, landscape, dan detailnya. Bangunan sekolah perancangan arsitektur ini akan menjadi panutan atau contoh bagi sekolah arsitektur lainnya di Indonesia karena sekolah ini merupakan sekolah pertama di Indonesia yang khusus menangani pembelajaran arsitektur dan perancangan sekaligus berbasis sustainable design. Embel-embel seperti itu tentu saja sekolah ini akan dijadikan pusat utama dalam pembelajaran 3
arsitektur di Indonesia sehingga kebutuhan hunian atau semacam asrama sangat menjadi nilai tambah bagi sekolah ini untuk menampung mahasiswa dari luar daerah maupun negri. Bangunan sekolah, fasilitas sekolah, dan asrama yang menerapkan sustainable design pada bangunannya di dalam lahan secara tidak langsung akan membuat lahan ini menjadi semacam sustainable edu town, semacam kota dalam ukuran kecil dengan menjadikan pengetahuan sustainable design menjadi kiblatnya. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Konsep sekolah yang menerapkan konsep sustainable akan ikut menyumbangkan serentetan nama bangunan di Indonesia yang mempunyai konsep yang sama sebagai efek menanggapi isu global yang merambah dunia. Selain ikut menyumbangkan nama, sekolah perancangan arsitektur ini akan menciptakan bibit-bibit arsitek muda yang tanggap akan masalah global warming dengan berbekal pengetahuan dari proses belajar dari bangku sekolah juga proses belajar merasakannya secara langsung, sehingga para arsitek muda diharapkan dapat tertular secara pola fikir mendesainnya. Selain itu sekolah ini dirancang dengan senyaman mungkin bagi penghuninya sehingga para pemakai ruang dapat merasakan bagaimana kenyaman bisa didapatkan dari sustainable design, olahan fasade yang baik, landscaping yang menarik, dan detail bangunan yang unik. Bangunan sustainable belum tentu memiliki tampak yang buruk, sekilas ada bangunan yang menggunakan material bekas, bentuk massa yang solid, dinding tebal, dan segala komponen bangunan yang memikirkan fungsi agar bangunan dinilai hijau. Namun sustainable design tidak hanya sebatas memperhatikan fungsi komponennya, hal ini pernah dibahas dalam debat forum green building. Sebuah ungkapan dari arsitek Beijing, Li Hu, arsitek dari biro Steven Holl s Linked Hybrid Arsitektur yang baik adalah arsitektur hijau, arsitektur hijau belum tentu arsitektur yang baik, namun ungkapan tersebut disanggah oleh Ken Yeang, arsitek ahli dalam bidang green building dan sustainable, alasan mengapa solar architecture gagal di tahun 1970 karena mereka membangun pipa utilitas yang 4
buruk, bila mereka ingin membuat suatu sistem yang bersifat ekostruktur yang diterima oleh public maka mereka harus membuatnya dengan indah. Design bangunan sustainable milik Ken Yeang selain memiliki sertifikasi green building, nilai estetika bangunannya pun tetap diacungi jempol oleh masyarakat publik. Menciptakan suatu suasana yang nyaman untuk penghuni asrama juga menjadi tujuan dari proyek ini, bagaimana menyatukan kenyamanan mahasiswa dengan bangunan yang sustainable. mahasiswa yang tinggal di kawasan perkotaan dikatakan munafik bila mengatakan tidak butuh AC untuk mendukung kenyamanannya lebih baik, namun dengan memberikan bukaan yang tepat agar cahaya matahari yang masuk tidak membuat kerja AC semakin berat mampu mendukung efisiensi penggunaan listrik pada bangunan. Dari situs resmi Green Building Council Indonesia hanya 4 buah gedung yang tercatat sebagai bangunan hijau di Indonesia yaitu Gedung Kementrian PU, Gedung kampus ITSB Bekasi, Kantor management pusat PT Dahana, dan menara BCA PT Grand Indonesia. Hadirnya sekolah ini akan mencatatkan namanya menjadi salah satu bangunan hijau bersertifikasi dunia sekaligus diharapkan menelurkan calon aritek muda yang prihatin dengan pentingnya bangunan hijau di dunia. 1.3 LINGKUP PEMBAHASAN Lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah mengenai pemanfaatan pencahayaan alami matahari melalui ventilasi, jendela, void,dan sebagainya dengan menganalisa besarnya bukaan berdasarkan kekuatan intesitas cahaya yang ditinjau dari sifat masing-masing ruang diharapkan dapat membantu meminimalisir penggunaan energi pada bangunan. Dibantu dengan literatur yang ada dan bantuaan software komputer, peneliti akan menganalisa besarnya cahaya yang masuk, cara memasukan cahaya yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi cahaya masuk, solusi permasalahan themal akibat cahaya matahari yang masuk dan lain-lain. 5
1.4 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika pembahasan adalah hasil penelitian sebelum melakukan proses perencanaan. Berikut adalah bab-bab yang dibahas dalam penyusunan karya tulis ini: 1. Bab I Pendahuluan Pada pendahuluan berisi latar belakang pemilihan judul dan keterkaitan dengan topik dan tema yang diambil, maksud dan tujuan dari penelitian ini, sistematika pembahasan dan kerangka berfikir yang berkembang dalam penelitian ini. 2. Bab II Tinjauan dan Landasan Teori Pada tinjauan dan landasan teori berisi teori-teori ataupun definisi apa saja yang peneliti jabarkan untuk mendukung laporan penelitian. Di mulai dari tinjauan umum yang dimulai dengan berbagai definisi mengenai asrama, sekolah, dan sekolah arsitektur itu sendiri beserta data-data yang terkait dengan proyek yang diambil. Tinjauan khusus pun ikut dijabarkan untuk memberikan definisi topik yang diambil dan penyelesaiannya, dan yang terakhir data-data dilengkapi dengan studi banding dari hasil survey langsung peneliti atau pengambil data relevasi pendukung. 3. Bab III Permasalahan Pada bab permasalah berisi mengenai identifikasi permasalahan yang timbul dalam perencanaan sekolah asrama arsitektur Binus ditinjau dari aspek manusia, lingkungan dan bangunannya. 4. Bab IV Analisa Pada bab analisa akan dibahas dari permsalahan apa saja yang terjadi pada perencanaan bangunan ditinjau dari manusia, lingkungan dan bangunannya. Melalui analisa manusianya peneliti dapat mengetahui kebutuhan ruang, organisasi ruang dan besaran yang tepat pada proses perencanaan. Analisa lingkungan juga dilakukan agar kita dapat mengetahui permasalah yang ada pada tapak lebih terperinci dan selain itu juga dapat dilakukan identifikasi pontensi yang dimiliki oleh tapak. Analisa bangunan 6
dilakukan untuk mendapatkan bentukan bangunan terbaik dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki dalam tapak. 5. Bab V Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep bangunan pun mulai terbentuk dengan menanggapi analisaanalisa yang telah dilakukan sebelumnya dan merupakan simpulan dari keseluruhan pokok pembahasan yang akan diterjemahkan dalam perancangan. 7
1.5 KERANGKA BERFIKIR 8