BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

dokumen-dokumen yang mirip
3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB II KERANGKA TEORITIS. terletak diantara lapisan dasar tanah dan roda kendaraan, yang berfungsi

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

NASKAH SEMINAR INTISARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk melayani bebanlalu lintas. Agregat yang dipakai dapat berupa

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PENGARUH POLYPROPYLENE TERHADAP STABILITAS DAN NILAI MARSHALL LASTON (205)

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB III LANDASAN TEORI

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

II. TINJAUAN PUSTAKA

BABII TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI TERHADAP SIFAT MARSHALL DALAM CAMPURAN BETON ASPAL

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

NASKAH SEMINAR. PENGARUH LIMBAH PADAT STYROFOAM DENGAN VARIASI 0%, 2%, 4% dan 6% PADA CAMPURAN AC-WC DI TINJAUH DARI KARAKTERISTIK MARSHALL 1 ABSTRACT

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded) dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan filler, sedangkan aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat untuk lapis aspal beton harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 40/50, 60/70 dan 80/100 yang seragam, tidak mengandung air bila dipanaskan sampai suhu 175 C tidak berbusa dan memenuhu persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan. Pembuatan Lapis Aspal Beton (Laston) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara (binder) pada perkerasan jalan yang mampu memberikan sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi dibawahnya (Bina Marga, 1987). Menurut Sukirman, S (2003) menjelaskan bahwa lapis aspal beton (Laston) digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat, laston juga dikenal dengan nama AC (Asphalt Concrete). Ada tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh aspal beton sebagai berikut: 1. Tahan tehadap tekanan (stability) Tahan tehadap tekanan adalah kemampuan dari suatu perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti 14

15 gelombang, alur dan bleeding. Jalan yang melayani volume lalu lintas yang tinggi dan dominan terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan suatu perkerasan jalan dengan stabilitas yang tinggi. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah gesekan internal dan kohesi. 2. Keawetan (durabilty) Keawetan adalah kemampuan beton aspal untuk menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur. Durabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepampatan dan kedap airnya campuran. Semakin tebal film aspal akan mengakibatkan mudah terjadi bleeding yang akan menyebabkan jalan semakin licin. 3. Kelenturan (flexibility) Kelenturan adalah kemapuan dari beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat repetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli. Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan mempergunakan agregat yang bergradasi terbuka dengan kadar aspal yang tinggi.

16 4. Ketahanan terhadap kelelehan (fatigue resistance) Ketahanan terhadap kelelehan adalah suatu kemampuan dari beton aspal untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelehan berupa alur dan retak. 5. Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance) Kekesatan atau tahanan geser adalah kemampuan permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga roda kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip. Selain itu agregat yang digunakan tidak saja harus mempunyai permukaan yang kasar, tetapi juga harus mempunyai daya tahan untuk permukaannya tidak mudah menjadi licin akibat repetisi kendaraan. 6. Kedap air (impermeable) Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki oleh air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan aspal, dan pengelupasan film/selimut aspal dari permukaan agregat. Tingkat impermebilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat durabilitasnya. 7. Mudah dilaksanakan (workability) Workability adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan dipampatkan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur gradasi serta kondisi agregat.

17 Persyaratan yang harus dipenuhi oleh campuran beton aspal dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Persyaratan Campuran Lapis Aspal Beton Laston Sifat-sifat Campuran Lapis Aus Lapis Antara Pondasi Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Kadar aspal efektif (%) Min. 5,1 4,3 4,3 4,0 4,0 3,5 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 Rongga dalam campuran (%) Rongga dalam Agregat (VMA)(%) Min. 3,0 Maks. 5,0 Min. 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60 Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800 Pelelehan (mm) Min. 2 4,5 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 300 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan membal (refusal) Min. 90 Min. 2 Sumber: Dokumen Pelelangan Nasional. Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. Tabel 6.3.3.(1c). Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3)

18 3.2 Bahan Penyusun Perkerasan Bahan utama penyusun perkerasan jalan adalah agregat, aspal, dan bahan pengisi (filler). Untuk mendapatkan hasil yang baik dan berkualitas dalam menghasilkan perkerasan jalan, maka bahan-bahan tersebut harus memiliki kualitas yang baik pula. 3.2.1 Agregat Agregat adalah bahan penyusun utama dalam perkerasan jalan. Mutu dari agregat akan sangat menentukan mutu dari perkerasan yang akan dihasilkan. Pengawasan terhadap mutu agregat dapat dilakukan dengan pengujian di laboratorium. Agregat didefinisikan sebagai batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral lainnya,baik yang berupa hasil pengolahan (penyaringan, pemecahan) yang merupakan bahan baku utama konstruksi perkerasan jalan. Pada perkerasan beton aspal yang dibuat melalui proses pencampuran panas, agregat mengisi 95% berat campuran atau 75-85% volume campuran. Oleh karena itu perlu diperhatikan dengan baik kualitas agregat yang akan dipakai, yaitu memperhatikan sifat-sifat dari agregat tersebut seperti gradasi dan ukuran butir, kebersihan, bentuk dan tekstur permukaan, kekuatan dan porositas. Diperlukan pemeriksaan laboratorium mengenai mutu dari agregat itu sendiri. Dengan demikian agregat yang akan dipakai dalam penelitian dapat memenuhi sesuai dengan syarat yang ditentukan.

19 Sifat agregat memberikan pengaruh yang penting pada campuran beton aspal. Sifat agregat tersebut antara lain adalah gradasi. Gradasi adalah pembagian ukuran agregat. Gradasi agregat dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: 1. Gradasi seragam (uniform gradation) Adalah gradasi dengan ukuran butir yang hampir sama 2. Gradasi baik (well gradation) Adalah agregat yang ukuran butir dari besar ke kecil dengan porsi yang hampir seimbang 3. Gradasi senjang (gap gradation) Adalah gradasi dimana ada bagian tertentu yang dihilangkan sebagaian. Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti tercantum dalam Tabel 3.2. dan 3.3. Tabel 3.2 Persyaratan Pemeriksaan Agregat Kasar No. Jenis Pemeriksaan Syarat Satuan 1 Keausan dengan mesin Los Angeles(SNI 2417 : 2008) <30 % 2 Kelekatan dengan aspal (SNI 2439 :2011) >95 % 3 Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium (SNI 3407 : 2008) 12 % 4 Material lolos ayakan no:200 (SNI 03-4142 : 1996) <2 % 5 Partikel pipih dan lonjong (ASTM D4791 perb 1:5) <10 % Sumber: Dokumen Pelelangan Nasional. Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. Tabel 6.3.2.(1a). Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3)

20 Tabel 3.3 Persyaratan Pemeriksaan Agregat Halus No Jenis Pengujian Syarat 1 Sand equivalent (SNI 03-4428 : 1997) Min 60% 2 3 Berat jenis semu (SNI 3423 : 2008) Peresapan terhadap air (SNI 03-6877 : 2002) <3% >2,5 gr/cc Sumber: Dokumen Pelelangan Nasional. Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. Tabel 6.3.2.(2a). Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisis pemeriksaan saringan dengan menggunakan saringan ¾, ½, ⅜, 4, 8, 30, 50, 100, 200 dan pan. Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase lolos dan persentase yang tertahan dalam saringan, yang dihitung berdasarkan berat agregat keseluruhan. Pada penelitian ini digunakan agregat dari PT. Suradi Sejahtera, Yogyakarta. 3.2.2 Aspal keras penetrasi 60/70 Sulaksono (2001), aspal adalah sejenis mineral yang banyak digunakan untuk konstuksi jalan, khusus perkerasan lentur. Aspal merupakan material organik (hydrocarbon) yang komplek yang dapat diperoleh langsung dari alam atau dengan proses tertentu (artificial). Aspal adalah material penting dalam perkerasan lentur karena dapat merekatkan (bersifat sebagai perekat), mengisi rongga (sebagai filler) dan memiliki sifat kedap air (waterproof). Umumnya aspal terbagi atas bentuk cair, semipadat, dan padat pada suhu ruang (25 C). Penggunaan aspal sebagai material perkerasan cukup luas, mulai dari lapis

21 permukaan, lapis fondasi, lapis aus, maupun lapis penutup. Aspal dibedakan menjadi lima, yaitu: 1. Aspal alam Aspal alam ditemukan di pulau Buton (Sulawesi tenggara-indonesia), Perancis, Swiss, dan Amerika Latin. Menurut sifat kekerasannya aspal alam dapat dibagi secara berurutan sebagai batuan (Rock Asphalt), plastis (Trinidad Lake Asphalt = TLA), cair (Bermuda Lake Asphalt = BLA). 2. Aspal buatan Jenis aspal ini dibuat dari minyak bumi sehingga dikenal sebagai aspal minyak, selain itu aspal ini harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga sering juga disebut aspal panas. Bahan baku minyak bumi yang baik untuk pembuatan aspal adalah minyak bumi yang banyak mengandung parafin. Untuk bahan aspal parafin kurang disukai karena akan mengakibatkan aspal bersifat getas, mudah terbakar dn memiliki daya lekat yang buruk dengan agregat. 3. Aspal cair Aspal cair adalah aspal keras yang diencerkan dengan 10-20% kerosin, white spirit, ataugas oil untuk mencapai viskositas tertentu dan memenuhi fraksi destilasi tertentu. Viskositas ini dibutuhkan agar aspal tersebut dapat menutupi agregat dalam waktu yang singkat dan akan meningkatan terus sampai pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan.

22 4. Aspal emulsi Aspal emulsi adalah aspal yang lebih cair daripada aspal cair dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa oleh karena sifat pelarut yang membawa aspal dalam emulsi mempunyai daya tarik terhadap batuan yang lebih baik daripada pelarut dalam aspal cair, terutama apabila batuan tersebut agak lembab. 5. Tar Tar adalah sejenis cairan yang diperoleh dari material organis seperti kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi dengan suhu tinggi tanpa zat asam. Aspal yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa aspal dengan penetrasi 60/70 dengan persyaratan pada tabel 3.4 Tabel 3.4. Pengujian dan Persyaratan Aspal Keras Pen 60/70 No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1 Penetrasi, 25 C, 100gr, 5 detik, 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60-70 2 Titik Lembek, C SNI 06-6434-1991 48 3 Daktilitas, 25 C SNI 06-2432-1991 100 4 Titik Nyala, C SNI 06-2433-1991 232 5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1,0 6 Berat yang Hilang, % SNI 06-2441-1991 0,8 7 Penetrasi Setelah Kehilangan Berat SNI 06-2456-1991 0,75 8 Kelarutan Terhadap CCL4 SNI 06-2443-1991 99 Sumber: Dokumen Pelelangan Nasional. Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. Tabel 6.3.2.(5). Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3)

23 3.3 Pengujian Marshall Pengujian Marshall yang dikembangkan pertama kali oleh Bruce Marshall dan dilanjutkan oleh U.S. Corps Engineer. Kinerja beton aspal padat ditentukan melalui pengujian marshall yang meliputi: 1. Penentuan tingi, diameter dan berat volume benda uji. 2. Pengujian stabilitas, adalah kemampuan maksimum beton aspal padat menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. 3. Pengujian kelelehan (flow), adalah besarnya perubahan bentuk plastis dari beton aspal padat akibat adanya beban sampai batas keruntuhan. 4. Perhitungan Marshall Quotient (QM), adalah perbandingan antara nilai stabilitas dan flow. 5. Perhitungan berbagai jenis volume pori dalam beton aspal padat (VITM dan VFWA)