METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

dokumen-dokumen yang mirip
METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRATIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, dan TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yunita Wannur Azah

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, TRIGLISERIDA, DAN UREA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER)

Laporan praktikum biomedik 3 BM 506 METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER) Kelompok : Melya susanti Sunarti Hari/tanggal

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) BINAYANTI NAINGGOLAN ( )

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

Tourniquet Swab alkohol Tempat pembuangan yang tajam Jarum EDTA Tempat pembuangan yang kena darah

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME I (GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA) DAN SPEKTROFOTOMETRI

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM 04 METABOLISME & SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Laporan Praktikum METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Praktikum metabolisme glukosa, urea dan trigliserida (Tehnik Spektrofotometri)

BM 506 KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM 04 METABOLISME GLUKOSA, TRIGELISERIDA DAN UREA

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV. : Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM 4. Metabolisme Glukosa, Urea dan Triglisireda (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN SPEKTROFOTOMETRI

Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM 03 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM 03 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI

MEMBANDINGKAN METABOLISME TRIGLISERIDA ANTARA KONSUMSI MIE AYAM DAN LONTONG PECAL

LAPORAN PRAKTIKUM 4 METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETER) Hari/Tanggal : Kamis/11 Oktober 2012 :

LAPORAN PRAKTIKUM 4 BM 506 METABOLISME GLUKOSA,UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEHNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, TRIGLISERIDA, DAN UREA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETRI)

Soal Latihan UTS Mata Kuliah Ketrampilan Dasar Laboratorium Biomedik 2011

Hasil Praktikum dan Kesimpulan. Tabel 1a: Urea - Data untuk kaliberasi Doubling Dilution. Konsentrasi Stok Urea = 100 mg/dl

Hasil Doubling Delution Glukosa

Urea - data untuk kalibrasi doubling dilution

MEDAN, 15 DESEMBER Oleh : ERNAWATI SEMBIRING DORRA RIBTA ALAM MARA IMAM TAUFIQ SIREGAR

PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

Nilai Absorbance Larutan Urea (Doubling Dilution)

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

LAPORAN PRAKTIKUM. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik yang berdasarkan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR KULTUR JARINGAN

ph = pk a + log ([A - ]/[HA])

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

KESEIMBANGAN ASAM BASA

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

Grafik Serapan Standar McFarland Scale pada Panjang Gelombang 500nm

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

Laporan Praktikum 3. Praktikum 3 : ph meter, Persiapan larutan penyangga, Pengenceran stok glukosa. Oleh : Rebecca Rumesty L dan Jimmy

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK. Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian:

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA DAN PENGENCERAN GLUKOSA

: Kirana patrolina sihombing

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

Laporan Praktikum 3. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, PENGENCERAN STOK GLUKOSA Oleh: Melviana Aditya Candra

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Atri Gustiana Gultom (147008017) Nini Chairani (147008021) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum : i) Mengerti prinsip prinsip dasar mengenai teknik spektofotometri (yaitu prinsip ii) iii) iv) dasar alatnya, kuvet, standard, blanko, serta Hukum Beer-Lambert dll). Latihan pembuatan dan penggunaan larutan stok Kumpulkan data kadar glukosa, trigliserida dan urea darah Latihan pembuatan dan interpretasi grafik v) Persiapan untuk praktikum Metabolisme II di mana Anda akan mendesain dan melakukan percobaan yang berdasarkan teknik-teknik pratikum ini Alat dan Bahan : Tourniquet Swab Alkohol Tempat Pembuangan Yang Tajam Jarum EDTA Tempat pembuangan yg kena darah Pipet Mohr: (1ml & 5ml) Urea Kit pemeriksaan urea Alat sentrifus klinik Glukosa Kit pemeriksaan glukosa Alat spektrofotometer Kuvet Kit pemeriksaan trigliserida Waterbath 37 C Tabung reaksi dan rak Pipet otomatik 10 l - 100 l Pipet tetes Kuvet plastik alat spektrofotometer

Cara Kerja : Siapkan larutan stok urea dan larutan stok glukosa a. Larutan stok urea Siapkan 10mL larutan urea pada kadar 1,0 g/l (atau 100mg/dL) Jumlah bubuk urea yang dibutuhkan = 10 X 1/1000 = 0,01 gram urea yang dibutuhkan b. Larutan stok glukosa Siapkan 50mL larutan glukosa 1,5 g/l (150 mg/dl) Jumlah bubuk glukosa yang dibutuhkan = 50 X 1,5/1000 = 0,075 gram glukosa yang dibutuhkan Pengenceran untuk kurva kalibrasi (Standard Curve) dari larutan stok urea 100mg/dl tersebut: a. UREA : 1. Siapkan 20 mg/dl standard urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V1 = (V2 X C2) / C1 = (20 X 10) / 100 = 2 ml Dibutuhkan 2ml larutan stok urea + 8ml aquades 2. Siapkan 30 mg/dl standard urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V1 = (V2 X C2) / C1 = (30 X 10) / 100 = 3 ml Dibutuhkan 3ml larutan stok urea + 7ml aquades 3. Siapkan 40 mg/dl standard urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V1 = (V2 X C2) / C1 = (40 X 10) / 100 = 4 ml Dibutuhkan 4ml larutan stok urea + 6ml aquades

4. Siapkan 50 mg/dl standard urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V1 = (V2 X C2) / C1 = (50 X 10) / 100 = 5 ml Dibutuhkan 5ml larutan stok urea + 5ml aquades 5. Siapkan 60 mg/dl standard urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V2 = (V1 X C1) / C2 = (60 X 10) / 100 = 6 ml Dibutuhkan 6ml larutan stok urea + 4ml aquades Protap pemeriksaan glukosa, protein dan urea menggunakan spektrofotomeri : volume reagensia kit volume sampel atau standard GLUKOSA PROTEIN UREA 1000µl reagensia glukosa 1000µl reagensia 1000µl reagensia A, inkubasi pertama 1000µl reagensia B 10µl 10µl 10µl konsentrasi standard 100mg/dl 200mg/dl 40mg/dl periode dan temperatur inkubasi 10 min @ 37 C 10 min @ 37 C 5 min @ 25 C ** 2X** periksa pada λ = 500nm 530nm 600nm Persiapan panjang gelombang max : Urea : - Untuk melakukan pemeriksaan absorbansi urea menggunakan spektrofotometri harus dibuat terlebih dahulu larutan blanko dan larutan standar urea berdasarkan petunjuknya pada kit urea.

- Menyiapkan 40 mg/dl standard urea dan tentukan panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer UV/Vis dengan λ : 500-700 nm - Menggunakan panjang gelombang maksimum ini untuk penentuan absorbansi kurva standard dan sampel Pengenceran untuk kurva kalibrasi (Standard Curve) dari larutan stok glukosa 150mg/dl b. GLUKOSA : 1. Siapkan 80 mg/dl standard glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V2 = (V1 X C1) / C2 = (80 X 10) / 150 = 5,33 ml Dibutuhkan 5,33ml larutan stok urea + 4,67ml aquades 2. Siapkan 90 mg/dl standard glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V2 = (V1 X C1) / C2 = (90 X 10) / 150 = 6 ml Dibutuhkan 6ml larutan stok urea + 4ml aquades 3. Siapkan 100 mg/dl standard glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V2 = (V1 X C1) / C2 = (100 X 10) / 150 = 6,67 ml Dibutuhkan 6,67ml larutan stok urea + 3,33ml aquades 4. Siapkan 110 mg/dl standard glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V2 = (V1 X C1) / C2 = (110 X 10) / 150 = 7,33 ml Dibutuhkan 7,33ml larutan stok urea + 2,67ml aquades 5. Siapkan 120 mg/dl standard glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O V2 = (V1 X C1) / C2 = (120 X 10) / 150 = 8 ml Dibutuhkan 8ml larutan stok urea + 2ml aquades

Persiapan panjang gelombang max : Glukosa : - Menyiapkan 100 mg/dl standard glukosa dan tentukan panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer UV/Vis dengan λ : 400-600 nm - Menggunakan panjang gelombang maksimum ini untuk penentuan absorbansi kurva standard dan sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang gelombang maksimal larutan standar urea 40ml menggunakan spektrofotomeri yaitu λ = 689,5 nm. Dengan menggunakan panjang gelombang tersebut diatas, maka dilakukan pemeriksaan absorbansi pada setiap larutan standar urea yang telah dibuat. Sehingga diperoleh data pada tabel dibawah ini : 1. Pemerikasaan Urea Tabel 1.1. Data hasil kalibrasi larutan standar glukosa Konsentrasi yang diinginkan [mg/dl] Konsentrasi yang didapat [mg/dl] 20 0,139 38,611 30 0,260 72,22 40 0,144 40 50 0,215 59,72 60 0,190 52,78 Blanko 0 0 Berdasarkan data hasil pada table 1.1. di atas dapat dibuat grafik hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan tiap kuvet.

Gambar 1.1. Kurva data kalibrasi laruran standard urea 0.3 0.25 y = 0.0313x + 0.0957 R² = 0.9566 0.26 0.2 0.15 0.139 0.144 0.19 0.215 0.1 0.05 Linear () 0 38.611 40 52.78 59.72 72.22 Konsentrasi (mg/dl) Untuk mencari konsentrasi yang di dapat pada larutan standar digunakan rumus: C larutan A larutan = A Standar x C Standar Dimana: C = Konsentrasi larutan A = Larutan standar yang digunakan adalah larutan dengan konsentrasi 40 mg/dl dengan nilai absorbansi 0,144. Panjang gelombang pada larutan dengan konsentrasi 40 mg/dl dijadikan sebagai patokan untuk mengukur panjang gelombang pada larutan urea yang lain, yaitu dengan konsentrasi 20 mg/dl, 30 mg/dl, 50 mg/dl, dan 60 mg/dl. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa garis persamaan regresi linear yang ditunjukkan oleh persamaan y = 0.031x + 0.095 dan nilai R² = 0.956. Dimana garis tersebut hampir berbanding lurus dengan kurva konsentrasi glukosa percobaan. Kurva konsentrasi standard menunjukkan adanya korelasi positif yang ditunjukkan dengan nilai Nilai R² yang hampir mendekati 1, artinya ada hubungan yang hampir sangat kuat, dimana peningkatan nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. Nilai absorbansi hampir berbanding lurus dengan konsentrasi yang diperoleh. Meskipun kurva konsentrasi glukosa percobaan tidak membentuk

garis lurus sempurna seperti persamaan gradient diatas, tetapi kurva membentuk garis eksponensial yang hampir mendekati bentuk gradiien garis lurus. Artinya, hasil yang diperoleh hampir sesuai dengnan hukum Lambert Beer. Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang diturunkan dari hukum Lambert Beer (A= a. b. c atau A = ε. b. c). Namun dalam praktikum kali digunakan cara lain ntuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum Lambert Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Jadi, berdasarkan hukum Lambert Beer kurva konsentrasi yang diperoleh seharusnya berbanding lurus dengan konsentrasi membentuk gradient garis lurus. Kondisi berikut adalah keabsahan hukum Beer. Cahaya yang digunakan harus monokromatis, bila tidak demikian maka akan diperoleh dua nilai absorbansi pada dua panjang gelombang. Hukum tersebut tidak diikuti oleh larutan yang pekat. Konsentrasi lebih tinggi untuk beberapa garam tidak berwarna justru mempunyai efek absorbansi yang berlawanan. Larutan yang bersifat memancarkan pendar-flour atau suspense tidak selalu mengikuti hukum Beer. Jika selama pengukuran pada larutan encer terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi, hidrolisis, asosiasi, atau disosiasi, maka hukum Beer tidak berlaku. Jadi, berdasarkan uraian di atas urea memiliki salah satu ciri di atas sehingga tidak didapatkan kurva kalibrasi yang membentuk gradient garis lurus. Berdasarkan data hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: - Kurva konsentrasi standard urea hampir memenuhi hukum Lambert Beer - Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. - Beberapa hal yang menyebabkan ketidaksesuaian hasil adalah: Kesalahan praktikan dalam proses pembuatan larutan dan pengenceran Larutan yang digunakan kurang homogen Terjadi reaksi terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi, hidrolisis, asosiasi, atau disosiasi akibat larutan yang telah tercampur regensia terlalu lama dibiarkan dibiarkan di udara terbuka.

2. Pemeriksaan Glukosa a. Larutan glukosa berdasarkan konsentrasi yang diminta. Panjang gelombang maksimal menggunakan larutan standar glukosa 100 ml yaitu λ = 479,0 nm. Dengan menggunakan panjang gelombang diatas dilakukan pemeriksaan absorbansi pada setiap larutan standar urea yang telah dibuat. Dan diperoleh datanya pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1. Data hasil kalibrasi larutan standar glukosa Konsentrasi yang diinginkan [mg/dl] Konsentrasi yang didapat [mg/dl] 80 0,191 35,70 90 0,211 39,44 100 0,535 100 110 0,315 58,88 120 0,226 42,24 Blanko 0 0 Gambar 2.1. Kurva hasil kalibrasi larutan standar glukosa 0.6 0.5 0.4 0.535 y = 0.0792x + 0.058 R² = 0.7779 0.3 0.315 0.2 0.191 0.211 0.226 Linear () 0.1 0 35.7 39.44 42.24 58.88 100 Konsentrasi(mg/dl)

Untuk mencari konsentrasi yang di dapat pada larutan standar digunakan rumus: C larutan A larutan = A Standar x C Standar Dimana: C = Konsentrasi larutan A = Larutan standar yang digunakan adalah larutan dengan konsentrasi 100 mg/dl dengan nilai absorbansi 0,535. Panjang gelombang pada larutan dengan konsentrasi 100 mg/dl dijadikan sebagai patokan untuk mengukur panjang gelombang pada larutan glukosa yang lain, yaitu dengan konsentrasi 80 mg/dl, 90 mg/dl, 110 mg/dl, dan 120 mg/dl. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa garis persamaan regresi linear yang ditunjukkan oleh persamaan y = 0.079x + 0.058 dan nilai R 2 = 0.777 hampir berbanding lurus dengan kurva konsentrasi glukosa percobaan. Kurva konsentrasi standard menunjukkan adanya korelasi positif yang ditunjukkan dengan nilai Nilai R² yang hampir mendekati 1, artinya ada hubungan yang hampir sangat sempurna, dimana peningkatan nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Dimana Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. Nilai absorbansi hampir berbanding lurus dengan konsentrasi yang diperoleh. Meskipun kurva konsentrasi glukosa percobaan tidak membentuk garis lurus sempurna seperti persamaan gradient diatas, tetapi kurva membentuk garis eksponensial yang hampir mendekati bentuk gradiien garis lurus. Artinya, hasil yang diperoleh hampir sesuai dengnan hukum Lambert Beer. Kondisi berikut adalah keabsahan hukum Beer. Cahaya yang digunakan harus monokromatis, bila tidak demikian maka akan diperoleh dua nilai absorbansi pada dua panjang gelombang. Hukum tersebut tidak diikuti oleh larutan yang pekat. Konsentrasi lebih tinggi untuk beberapa garam tidak berwarna justru mempunyai efek absorbansi yang berlawanan. Larutan yang bersifat memancarkan pendar-flour atau suspense tidak selalu mengikuti hukum Beer. Jika selama pengukuran pada larutan encer terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi, hidrolisis, asosiasi, atau disosiasi, maka hukum Beer tidak berlaku. Jadi, berdasarkan uraian di atas urea memiliki salah satu ciri di atas sehingga tidak didapatkan kurva kalibrasi yang membentuk gradient garis lurus.

Berdasarkan data hasil di atas dapat disimpulkan bahwa: - Kurva konsentrasi standard urea hampir memenuhi hukum Lambert Beer - Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. - Beberapa hal yang menyebabkan ketidaksesuaian hasil adalah: Kesalahan praktikan dalam proses pembuatan larutan dan pengenceran Larutan yang digunakan kurang homogen Terjadi reaksi terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi, hidrolisis, asosiasi, atau disosiasi akibat larutan yang telah tercampur regensia terlalu lama dibiarkan dibiarkan di udara terbuka. Larutan pengenceran glukosa untuk faktor 4, 8, 16, 32, 64, dan 128 Tabel 2.2. Data Hasil pengukuran kalibrasi pegukuran larutan sampel pengenceran glukosa doule dilution ( Konsentrasi stok glukosa 150 mg/dl) Faktor Konsentrasi yang diprediksi (mg/dl) Konsentrasi yang didapat (mg/dl) 2 75 0,136 25,42 4 37.5 0,088 16,45 8 18.75 0,285 53,27 16 9.375 0,258 48,22 32 64 128 4,687 0,188 35,14 2.343 0,196 36,64 1.17 0,099 18,50

Gambar 2.2. Kurva Hasil pengukuran larutan sampel glukosa double dillution 0.3 0.25 y = 0.0346x + 0.0401 R² = 0.9755 0.258 0.285 0.2 0.188 0.196 0.15 0.136 Linear () 0.1 0.05 0.088 0.099 0 16.45 18.5 25.42 35.14 36.64 48.22 53.27 Grafik pemeriksaan konsentrasi glukosa menunjukkan hasil yang kurang sesuai dengan hukum Beer-Lambert A = εdc. Nilai absorbansi yang didapat hampir berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa yang diperiksa, terlihat pada beberapa titik nilai absorbansi menyentuh gradien garis lurus. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa garis persamaan regresi linear yang ditunjukkan oleh persamaan y = 0.034x + 0.040 dan nilai R² = 0.975 hampir berbanding lurus dengan kurva konsentrasi glukosa percobaan. Kurva konsentrasi standard menunjukkan adanya korelasi positif yang ditunjukkan dengan nilai Nilai R² yang hampir mendekati 1, artinya ada hubungan yang hampir sangat sempurna, dimana peningkatan nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. Nilai absorbansi hampir berbanding lurus dengan konsentrasi yang diperoleh. Meskipun kurva konsentrasi glukosa percobaan tidak membentuk garis lurus sempurna seperti persamaan gradient diatas, tetapi kurva membentuk garis eksponensial yang hampir mendekati bentuk gradiien garis lurus. Artinya, hasil yang diperoleh hampir sesuai dengnan hukum Lambert Beer.

Nilai absorbansi yang kurang linear ini disebabkan kurang homogennya larutan pada kuvet yang mempengaruhi konsentrasi larutan. Volume larutan glukosa yang dibutuhkan sangat sedikit yaiut 10 µl sehingga memungkinkan tidak bercampur seluruhnya dengan reagen pada saat memasukkan ke dalam tabung reaksi larutan, selain itu waktu persiapan sampel di cuvet dengan pengukuran absorbansi di spektrofotometer juga lama yang mengakibatkan larutan kurang homogen. Kesalahan juga dapat terjadi pada saat pengkalibrasian spektrofotometer yang digunakan. Berdasarkan data hasil di atas dapat disimpulkan bahwa: - Kurva konsentrasi standard urea hampir memenuhi hukum Lambert Beer - Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. - Beberapa hal yang menyebabkan ketidaksesuaian hasil adalah: Kesalahan praktikan dalam proses pembuatan larutan dan pengenceran Larutan yang digunakan kurang homogen Terjadi reaksi terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi, hidrolisis, asosiasi, atau disosiasi akibat larutan yang telah tercampur regensia terlalu lama dibiarkan dibiarkan di udara terbuka. b. Larutan pengenceran glukosa untuk pengenceran double dilution 0,1X; 0,01X; 0,001X, 0,3X, 0,03X, dan 0,003X. Tabel 2.3. Data hasil pegukuran kalibrasi larutan sampel pengenceran glukosa Glukosa desimal dilution (Konsentrasi stok glukosa 150 mg/dl) Pengenceran Faktor Konsentrasi yang diprediksi (mg/dl) Konsentrasi yang didapat (mg/dl) 0,1X 10 15 0,259 48,41 0,01X 100 1,5 0,221 41,30 0,001X 1000 0,15 0,023 4,29 0,3X 3 50.0 0,119 22,24 0,03X 30 5.0 0,272 50,84

0,003X 300 0,5 0,189 35,32 Gambar 2.3. Kurva hasil pengukuran larutan sampel pengenceran glukosa decimal dilution 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0.023 0.119 0.189 0.221 0.259 4.29 22.24 35.32 41.3 48.41 50.84 y = 0.0485x + 0.0108 R² = 0.9176 0.272 Linear () Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa garis persamaan regresi linear yang ditunjukkan oleh persamaan y = 0.048x + 0.010 R² dan nilai R 2 = 0.917 hampir berbanding lurus dengan kurva konsentrasi glukosa percobaan. Kurva konsentrasi standard menunjukkan adanya korelasi positif yang ditunjukkan dengan nilai Nilai R² yang hampir mendekati 1, artinya ada hubungan yang hampir sangat sempurna, dimana peningkatan nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. Nilai absorbansi hampir berbanding lurus dengan konsentrasi yang diperoleh. Meskipun kurva konsentrasi glukosa percobaan tidak membentuk garis lurus sempurna seperti persamaan gradient diatas, tetapi kurva membentuk garis eksponensial yang hampir mendekati bentuk gradiien garis lurus. Artinya, hasil yang diperoleh hampir sesuai dengnan hukum Lambert Beer. Nilai absorbansi hampir berbanding lurus dengan konsentrasi yang diperoleh. Meskipun kurva konsentrasi glukosa percobaan tidak membentuk garis lurus seperti persamaan gradient

diatas, tetapi kurva membentuk garis eksponensial yang hampir mendekati bentuk gradien garis lurus. Artinya, hasil yang diperoleh hampir sesuai dengnan hukum Lambert Beer. Nilai absorbansi yang kurang linear ini disebabkan kurang homogennya larutan pada kuvet yang mempengaruhi konsentrasi larutan. Volume larutan glukosa yang dibutuhkan sangat sedikit yaiut 10 µl sehingga memungkinkan tidak bercampur seluruhnya dengan reagen pada saat memasukkan ke dalam tabung reaksi larutan, selain itu waktu persiapan sampel di cuvet dengan pengukuran absorbansi di spektrofotometer juga lama yang mengakibatkan larutan kurang homogen. Kesalahan juga dapat terjadi pada saat pengkalibrasian spektrofotometer yang digunakan. Berdasarkan data hasil di atas dapat disimpulkan bahwa: - Kurva konsentrasi standard urea hampir memenuhi hukum Lambert Beer - Semakin tinggi nilai konsentrasi, maka semakin tinggi pula nilai absorbansi. - Beberapa hal yang menyebabkan ketidaksesuaian hasil adalah: Kesalahan praktikan dalam proses pembuatan larutan dan pengenceran Larutan yang digunakan kurang homogen Terjadi reaksi terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi, hidrolisis, asosiasi, atau disosiasi akibat larutan yang telah tercampur regensia terlalu lama dibiarkan dibiarkan di udara terbuka. 3. Pemerikasaan Plasma darah Tabel 3.1. Perbandingan Konsentrasi sampel Glukosa dan Urea yang dihitung pada grafik kalibrasi dan yang dihitung dengan rumus pada reagensia test kit Pemeriksaan Sampel serum plasma pada grafik kalibrasi Konsentrasi pada grafik kalibrasi pada rumus reagensia test kit Konsentrasi pada reagensia test kit Glukosa ( kirana) 0,197 36,82 mg/dl 0,225 90,36 mg/dl Urea ( yunita) 0,311 86,38 mg/dl 0,167 127,23 mg/dl

Tabel 3.2. Perbandingan Konsentrasi sampel Glukosa dan Urea yang dihitung pada grafik kalibrasi dan yang dihitung dengan rumus pada reagensia test kit Pemeriksaan Sampel pengenceran Glukosa pada grafik kalibrasi Konsentrasi pada grafik kalibrasi pada rumus reagensia test kit Konsentrasi pada reagensia test kit 0,1X 0,259 48,41 0,306 122,89 0,01X 0,221 41,30 0,246 98,79 0,001X 0,023 4,29 0,023 9,23 0,3X 0,119 22,24 0,208 83,53 0,03X 0,272 50,84 0,218 87,55 0,003X 0,189 35,32 0,234 93,98 Faktor 2 0,136 25,42 0,215 86,35 Faktor 4 0,088 16,45 0,203 81,53 Faktor 8 0,285 53,27 0,262 105,22 Faktor 16 0,258 48,22 0,317 127,31 Faktor 32 0,188 35,14 0,243 97,59 Faktor 64 0,196 36,64 0,242 97,19 Faktor 128 0,099 18,50 0,114 45,78 Menghitung konsentrasi sampel glukosa dengan grafik kalibrasi menggunakan panjang gelombag maksimal larutan 100mg/dl yaitu λ = 479,0 nm sedangkan dengan rumus reagensia pada test kit menggunakan panjang gelombang λ = 500 nm.

Konsentrasi Spektrofotometri (mg/dl) Rumus yang digunakan yaitu C sampel = (A sampel / A standar ) x C standar Dimana : C = konsentrasi larutan A = 140 120 y = 6.9598x + 38.738 R² = 0.7709 127.31 122.89 100 80 60 40 20 0 Gambar 3. 45.78 105.22 93.98 97.19 97.59 98.79 81.53 83.53 86.35 87.55 22.24 25.42 18.5 16.45 9.23 4.29 50.84 35.32 36.64 35.14 41.3 Kurva hasil pengukuran konsentrasi-absorbansi larutan sampel glukosa menggunakan panjang gelombang λ = 479 nm (ditunjukkan dengan garis grafik warna biru) dan panjang gelombang λ = 500 nm (ditunjukkan dengan garis grafik warna merah) y = 3.4221x + 9.5865 R² = 0.77 53.27 48.41 48.22 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Faktor pengenceran glukosa Konsentrasi panjang gelombang 479.0 Konsentrasi panjang gelombang 500 Berdasarkan grafik yang diperoleh, pengukuran konsentrasi-absorbansi larutan sampel glukosa menggunakan λ = 479 nm diperoleh nilai y = 3.422x + 9.586 dan R² = 0.77 menunjukkan bahwa ada hubungan korelasi positif antara absorbansi dengan konsentrasi dengan nilai R² mendekati 1 (0.77). Berdasarkan grafik yang diperoleh, pengukuran konsentrasi-absorbansi larutan sampel glukosa menggunakan λ = 500 nm diperoleh nilai y = 6.959x + 38.73 dan nilai R² = 0.770, menunjukkan bahwa ada hubungan korelasi positif antara absorbansi dengan konsentrasi dengan nilai R² mendekati 1 (0.77).

Berdasarkan perbandingan absorbansi glukosa dengan panjang gelombang berbeda, kedua hasil yang didapatkan hampir membentuk gradient garis lurus. Sehingga hasil yang didapatkan hampir sesuai dengan hukum Lambert Beer. Berdasarkan data hasil di atas dapat disimpulkan bahwa: - Terdapat perbedaan pengukuran konsentrasi-absorbansi larutan sampel glukosa menggunakan λ = 479 nm (menggunakan grafik kalibrasi) dengan λ = 500 nm (menggunakan rumus reagensia test kit) - Hasil konsentrasi yang di dapat menggunakan rumus pada regensia kit cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan grafik kalibrasi. - Konsentrasi yang didapat dengan menggunakan rumus regensia test kit dan grafik kalibrasi, kedua-duanya hampir memenuhi hukum Lambert-Beer - Nilai R 2 yang mendekati 1 menunjukkan bahwa data yang yang diperoleh semakin akurat. Tabel 4 Hasil pemeriksaan glukosa, trigliserida dan urea plasma mahasiswa detil 2 mhs (berapa lama sejak makan; rata-rata apa yg dimakan; jenis kelaminan; umur) 1. Yunita Wannur azah Jenis kelamin : perempuan Usia : 28 tahun Makanan : makan ifumie Waktu : 1jam sebelum pemeriksaan 2. Kirana patrolina Jenis kelamin : peremuan Usia : 32 tahun Makanan : makan nasi putih dengan ikan teri sambal+susu anlene Waktu : 3 jam sebelum pemeriksaan GLUKOSA TRIGLISERIDA UREA A kadar A kadar A kadar - - 0,313 82,37 0,311 236,95 0,197 79,11 0,241 63,42 - -

GLUKOSA Berdasarkan hasil praktikkum, didapat kadar glukosa Kirana Patrolina 79,11 mg/dl. Dari data tersebut masih dalam batas normal. Karena kadar glukosa darah 2 jam setelah makan adalah < 200mg/dl. Interpretasi kadar glukosa yang normal pada kit berkisar antara 75-115 mg/dl. Pada saat makanan dikunyah, makanan akan bercampur dengan air liur yang mengandung enzim ptialin (suatu α amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis di dalam mulut).enzim ini menghidrolisis pati(salah satu polisakarida) menjadi maltosa dan gugus glukosa kecil yang terdiri dari tiga sampai sembilan molekul glukosa.makanan berada di mulut hanya dalam waktu yang singkat dan mungkin tidak lebih dari 3-5% dari pati yang telah dihidrolisis pada saat makanan ditelan. Sekalipun makanan tidak berada cukup lama dalam mulut untuk dipecah oleh ptialin menjadi maltosa,tetapi kerja ptialin dapat berlangsung terus menerus selama satu jam setalah makanan memasuki lambung,yaitu sampai isi lambung bercampur dengan zat yang disekresikan oleh lambung.selanjutnya aktivitas ptialin dari air liur dihambat oleh zat asam yang disekresikan oleh lambung. Hal ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang tidak aktif saat PH medium turun di bawah 4,0. Sehingga untuk mencapai hati tempat glukosa berubah menjadi glukogen diperlukan waktu yang lebih lama. Makanan dari lambung harus melewati usus lalu dialirkan oleh darah ke hati. Selain itu kadar glukosa dipengaruhi oleh pola makan dan perbedaan aktivitas mahasiswa tersebut dalam kesehariannya. Kesalahan lain yang mungkin menyebabkan perbedaan ini adalah proses pembuatan larutan kedalam kuvet dan juga homogenisasi larutan. TRIGLISERIDA Hasil pengukuran sampel darah saudara Kirana Kadar trigliserida yang diperoleh berkisar antara 63-83 mg/dl. Berdasarkan data tersebut menunjukkan kadar trigliserida saudara Kirana masih dalam batas normal karena masih < 150mg/dl. Interpretasi kadar trigliserida yang normal berkisar < 150 mg/dl sedangkan kadar trigliserida suspect resiko arterosklerosis menurut kit berkisar > 150 mg/dl. Sedangkan untuk penderita berkisar 200 mg/dl

Makanan yang dikonsumsi akan masuk ke dalam tubuh untuk diolah dalam sistem pencernaan. Dalam proses tersebut, makanan yang mengandung lemak dan kolesterol akan diurai secara alami menjadi trigliserida, kolesterol, asam lemak bebas, dan fosfolipid. Senyawa-senya wa di atas akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Karena sifatnya yang sukar larut dalam cairan seperti darah, kolesterol beke sama dengan protein membentuk partikel yang bernama lipoprotein. Dalam bentuk inilah kolesterol dan lemak yang ada disalurkan ke seluruh tubuh. Trigliserid adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium terhadap trigliserid (Normal < 150 mg/dl ;Batas tinggi 150 199 mg/dl ;Tinggi 200 mg/dl). UREA Dari hasil praktikum kadar urea yang diperoleh dari saudara Yunita adalah 236, 95 mg/dl. Jika dibandingkan dengan interpretasi konsentrasi kadar urea dalam plasma darah normal pada kit berkisar antara 10-50 mg/dl. Dari data nilai ini bisa dikatakan konsentrasin trigliserida praktikan terlalu tinggi ataupun tidak normal. Data tersebut dapat dimungkinkan terjadi kesalahan disebabkkan kesalahan dalam pencampuran larutan kedalam kuvet. Urea merupakan produk limbah dari banyak organisme hidup, dan merupakan komponen organik utama urin manusia. Urea merupakan hasil deaminasi oksidatif asam amino. Deaminasi oksidatif merupakan proses pemecahan (hidrolisis) asam amino menjadi asam keto dan ammonia (NH + 4 ). Hal ini karena pada akhir rantai reaksi yang memecah asam amino yang membentuk protein. Asam amino dimetabolisme dan diubah dalam hati menjadi amonia, CO2, air dan energi. Amonia merupakan racun bagi sel-sel, sehingga harus dikeluarkan dari tubuh. Seorang dewasa biasanya mengeluarkannya sekitar 25 gram urea per hari. Setiap kondisi yang mengganggu penghapusan urea oleh ginjal dapat menyebabkan uremia, penumpukan urea dan limbah nitrogen lainnya dalam darah yang bisa berakibat fatal. Untuk membalikkan kondisi, baik penyebab gagal ginjal harus dihapus dengan menjalani dialisis darah untuk menghapus kotoran dari darah.

SARAN: 1. Ada baiknya laporan kami salah atau benarnya diberitahu agar kami mengetahui letak kesalahan dan kami dapat memperbaikinya. 2. Jika memungkinkan tiap-tiap mahasiswa dilatih untuk menggunakan alat-alat dalam praktikum khususnya spektrofotometri.