BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR. v. DAFTAR ISI.ix. DAFTAR SKEMA... xii. DAFTAR TABEL xiii. DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan disajikan tabel-tabel yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

KOMITMEN DALAM BERPACARAN JARAK JAUH PADA WANITA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB II LANDASAN TEORI. A. Komitmen Pernikahan. dijalani dan ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya. Kedua, seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. dirinya adalah seorang homoseksual. Hal ini karena di Indonesia masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

MANAJEMEN KONFLIK PADA ISTRI YANG MENGALAMI LONG DISTANCE RELATIONSHIP. Nama : Aisyah NPM : Pembimbing : Nurul Qomariyah, Msi.Psi.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan salah satu proses yang biasanya dijalani individu sebelum akhirnya memutuskan menikah dengan pasangan. Pada masa pacaran, individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan pacaran yang berhasil akan membawa mereka melangkah pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu menikah. Hubungan pacaran akan memenuhi kebutuhan dasar manusia akan cinta dan rasa memiliki, melibatkan keterikatan emosi yang kuat dan adanya saling ketergantungan dengan pacar. Sebaliknya, hubungan pacaran yang tidak dapat bertahan akan membuat mereka kembali pada tahap awal, yaitu ketertarikan dengan orang lain. Dalam hubungan pacaran, adapula yang disebut dengan istilah Long Distance Relationship (LDR). Status pacaran jarak jauh (Long Distance Relationship / LDR) mungkin didasarkan pada geografi fisik (yaitu, pasangan tidak tinggal di kota yang sama; Helgeson, 1994), jarak perjalanan (Carpenter& Knox, 1986; Holt & Stone, 1988; Schwebel, Dunn, Moss, & Renner, 1992), atau jarak dan waktu tempuh perjalanan (Knox, Zusman, Daniels, & Brantley, 2002). Status pacaran jarak jauh juga mungkin mencerminkan pasangan menghabiskan dua (Holmes, 2004) atau empat (Rabe, 2001) malam terpisah selama minggu kerja, dengan kriteria lain (misalnya pasangan memiliki tempat tinggal terpisah dan mengejar karir) kadang- 1

2 kadang ditentukan (Bunker, Zubek, Vanderslice, & Rice, 1992; Gerstel & Gross, 1982; Govaerts & Dixon, 1988; Jackson, Brown, & Patterson-Stewart, 2000; Johnson, 1987; Magnuson & Norem, 1999). Dalam hubungan pacaran jarak jauh, seseorang akan berada berjauhan dengan pasangannya, baik itu di luar kota maupun di luar negri. Hubungan pacaran jarak jauh pada mahasiswa di Universitas X Bandung disebabkan oleh pasangan yang menuntut ilmu atau bekerja ke luar kota atau bahkan sebaliknya, mahasiswa tersebut yang meninggalkan pasangannya (Lesmana, 2010). Dalam hubungan pacaran jarak jauh juga terdapat perubahan-perubahan dalam hal intensitas pertemuan, dimana intensitas pertemuan mereka menjadi sangat sedikit, pasangan tidak memiliki jadwal yang pasti untuk bertemu, sehingga ketika mereka merindukan pacarnya, mereka tidak dapat langsung menemuinya dan sangat menantikan pertemuan tersebut. Ketidakmampuan dalam hal pertemuan tersebut menyebabkan perubahan dalam hal komunikasi, dimana komunikasi dengan pacar yang berbeda kota, baik melalui SMS, telepon, e-mail, dsb, menjadi sangat intensif (Lesmana, 2010) Helgeson (dalam Stafford, 2006) menemukan bahwa banyak orang percaya hubungan pacaran jarak jauh tidak akan bertahan karena penuh dengan ketidakpastian dan ambiguitas serta kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti melakukan survey pada 10 orang mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh dengan hasil sebagai berikut: 10 orang (100%) mahasiswa tidak setuju pada pernyataan tersebut. Mereka berpendapat bahwa bertahan atau tidaknya suatu

3 hubungan pacaran jarak jauh tergantung pada pasangan yang menjalani hubungan tersebut. Menurut mereka, ketidakpastian dan ambiguitas dalam hubungan jarak jauh dapat menjadi sesuatu yang pasti dengan adanya komunikasi dan Commitment Level dalam hubungan mereka. Dengan adanya Commitment Level, berarti mereka sudah mengetahui dengan jelas arah dari hubungan yang mereka jalani, sehingga dengan begitu hubungan mereka memiliki suatu kepastian. Pemenuhan kebutuhan masing-masing pasangan memang tidak selalu terpenuhi, namun hal tersebut dapat dipenuhi melalui komunikasi yang intensif, selain itu, hal tersebut juga dapat dipenuhi apabila mereka bertemu. Yang terpenting, bila Commitment Level itu sudah ada dari masing-masing pasangan, maka untuk pemenuhan kebutuhan pun akan terasa mudah, walaupun mereka terpisahkan oleh jarak. Hasil survey ini menunjukkan bahwa pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh percaya bahwa ketidakpastian dan ambiguitas dapat diatasi oleh Commitment Level, sehingga hubungan jarak jauh pun dapat tetap bertahan. Topik mengenai Commitment Level pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh telah diteliti oleh Lesmana (2010) pada 50 mahasiswa, dengan hasil penelitian sebagai berikut, 96% mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung memiliki Commitment Level yang tinggi (mahasiswa merasa terikat perasaannya dengan pacar (afektif), berpikir untuk tetap bersama pacar di masa depan (kognitif), dan termotivasi untuk melanjutkan hubungannya bersama pacar (konatif)). dan hanya 4% yang memiliki Commitment Level yang rendah (mahasiswa kurang merasa terikat perasaan dengan pacar (afektif), tidak berpikir tentang masa depan

4 hubungan pacaran jarak jauhnya bersama pacar (kognitif), serta kurang termotivasi untuk mempertahankan dan melanjutkan hubungannya (konatif)). Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Lesmana (2010) didapatkan juga data melalui tabulasi silang antara Commitment Level dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Commitment Level, yaitu Satisfaction level, Quality of alternatives, dan Investment size. Faktor satisfaction level mengacu pada penilaian mereka terhadap outcome dan kepuasan yang mereka peroleh dalam hubungan yang dijalaninya. Faktor quality of alternatives mengacu pada standar outcome terendah yang masih dapat diterima yang digunakan untuk mengambil keputusan melanjutkan atau mengakhiri hubungan tersebut mengingat adanya alternatif-alternatif yang tersedia di luar hubungan tersebut. Faktor investment size mengacu pada beberapa cara yang dilakukan individu untuk terikat dengan hubungan yang mereka jalani (Rusbult, dalam Arriaga & Agnew, 2001). Dari hasil tabulasi silang antara Commitment Level dengan satisfaction level terhadap 50 orang, sebanyak 36 responden yang merasa puas dengan hubungan pacaran jarak jauhnya memiliki Commitment Level yang tinggi. Sementara itu, dari 14 responden yang tidak merasa puas dengan hubungan jarak jauh yang dijalaninya, 12 responden memiliki Commitment Level yang tinggi dan 2 responden memiliki Commitment Level yang rendah. Dari hasil tabulasi silang antara Commitment Level dengan quality of alternatives, sebanyak 21 responden yang tidak menilai alternatif-alternatif lain di luar hubungan pacaran jarak jauh yang dijalaninya sebagai sesuatu yang menarik memiliki Commitment Level tinggi. Sementara itu, dari 29 responden yang menilai alternatif-alternatif yang

5 tersedia di luar hubungan pacaran jarak jauhnya sebagai sesuatu yang menarik, 27 responden memiliki Commitment Level yang tinggi, dan 2 responden memiliki Commitment Level yang rendah. Dari hasil tabulasi silang antara Commitment Level dengan investment size, sebanyak 45 responden yang mengusahakan banyak cara dalam hubungan pacaran jarak jauh yang dijalaninya memiliki Commitment Level yang tinggi. Sementara itu, dari 5 responden yang mengusahakan sedikit cara untuk terikat dengan hubungan pacaran jarak jauh yang dijalaninya, 3 responden memiliki Commitment Level yang tinggi, dan 2 responden memiliki Commitment Level yang rendah. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa apabila satisfaction level tinggi, quality of alternatives rendah, dan investment size tinggi, maka Commitment Level menjadi tinggi juga, dimana hal ini sejalan dengan teori yang ada dalam Rusbult & Buunk (1993) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya Commitment Level. Namun dari tabulasi silang tersebut, dapat dilihat bahwa baik yang memiliki Satisfaction level, Quality of alternatives, dan Investment size maupun tidak, mereka tetap memiliki Commitment Level yang tinggi, padahal Satisfaction level, Quality of alternatives, dan Investment size merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi Commitment Level. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, peneliti tersebut menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi Commitment Level pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh supaya dapat diketahui lebih lanjut mengenai pengaruhnya terhadap Commitment Level. Oleh karena itu, dengan melihat dari

6 kesenjangan antara data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dengan teori serta mempertimbangkan saran dalam penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan dilakukan upaya untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi Commitment Level terhadap level Commitment Level pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, masalah yang ingin diteliti adalah bagaimana kontribusi dari satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size terhadap Commitment Level pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran mengenai satisfaction level, quality of alternatives, investment size dan Commitment Level pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kontribusi dari satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size terhadap commitment

7 level pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Sebagai tambahan informasi pada ilmu psikologi, terutama Psikologi Perkembangan mengenai pengaruh dari satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti Commitment Level pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberikan informasi pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh mengenai Commitment Level mereka terhadap pacar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diharapkan informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjaga kelangsungan hubungan dengan pacarnya agar mereka dapat menjalin hubungan yang bahagia dan bertahan lama. Memberikan informasi pada konselor mengenai Commitment Level pada hubungan pacaran, khususnya hubungan pacaran jarak jauh agar dapat membantu mereka yang berpacaran dalam menyelesaikan

8 masalah-masalah yang dihadapi dengan memperhatikan satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size. 1.5 Kerangka Pikir Mahasiswa pada umumnya berada pada rentang usia 18-23 tahun. Rentang usia tersebut merupakan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Masa transisi yang penting terjadi dari masa remaja menuju masa dewasa (Arnett, 2004; Gutman, 2002; Montgomery & Cote, 2003, dalam Santrock, 2006). Menurut Erik Erikson, pada masa dewasa awal individu diharapkan untuk dapat mengatasi tahap perkembangan identity versus identity confusion. Apabila pada masa dewasa awal mahasiswa tidak dapat mencari tahu siapa diri mereka sebenarnya dan jalan mana yang akan dipilih dalam menjalani hidup, mahasiswa tersebut akan mengalami identity confusion, sebaliknya bila mahasiswa dapat mencari tahu siapa diri mereka sebenarnya dan jalan mana yang akan dipilih dalam menjalani hidup, mahasiswa tersebut akan mencapai sense of identity, dalam arti memiliki identitas diri yang mantap. Setelah mencapai sense of identity, akan berlanjut ke tahap perkembangan intimacy versus isolation, yang merupakan tahap perkembangan Erikson yang ke-enam, dimana individu akan mengalaminya pada masa dewasa awal. Intimacy mengarah pada kemampuan individu untuk membina hubungan dengan individu lain secara mendalam dan personal. Pada tahap perkembangan ini, mahasiswa diharapkan mampu membina hubungan yang intim dengan orang lain. Hubungan yang intim melibatkan pemenuhan kebutuhan individu akan rasa kepemilikan dan perhatian, keterikatan emosi yang kuat dan

9 rasa ketergantungan dengan orang lain, baik dengan teman ataupun pasangan dalam suatu hubungan yang romantis seperti pacaran dan pernikahan. Aspek penting dari hubungan ini adalah Commitment Level. Apabila pada masa dewasa awal seseorang tidak mampu atau gagal dalam mengembangkan intimacy, maka individu akan menjadi terisolasi dari lingkungan sosial dan takut bercommitment Level dengan orang lain. Pacaran adalah perubahan dari seorang diri (single) menjadi berpasangan (couple) (Newman, dalam Ponzetti, 2003:385). Secara psikologis, suatu hubungan dimulai dengan adanya ketertarikan interpersonal, yaitu keinginan untuk mendekati seseorang yang kehadirannya menguntungkan atau berguna bagi dirinya (Clore & Byrne: Lott & Lott, dalam Brehm, 2002:68). Hubungan pacaran pun dimulai dari adanya interaksi dengan seseorang yang dekat, karena dengan kedekatan tersebut, pasangan akan merasakan banyak keuntungan, terutama dalam penerimaan kasih sayang yang dapat diperoleh secara langsung. Lain halnya dengan mereka yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Hubungan tersebut akan dirasakan kurang menguntungkan terutama dalam hal komunikasi dan intensitas pertemuan yang berakibat pada biaya dan usaha yang mereka keluarkan. Hal-hal tersebut membuat banyak orang percaya bahwa hubungan pacaran jarak jauh tidak mampu bertahan (Helgeson, dalam Stafford, 2006:902). Hal yang sangat menentukan apakah suatu hubungan dapat bertahan atau tidak ialah commitment level (Kelley, dalam Arriaga & Agnew, 2001:1190). Commitment Level akan mengarahkan pasangan untuk melakukan perilakuperilaku guna mempertahankan hubungan yang dijalaninya. Commitment Level

10 pada suatu hubungan merupakan konsepsi multidimensional yang memiliki tiga komponen sebagai berikut: (a) psychological attachment to the relationship (komponen afektif), (b) long-term orientation regarding the relationship (komponen kognitif), dan (c) intention to persist in the relationship (komponen konatif). Pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh, tinggi rendahnya Commitment Level yang mereka miliki dapat dilihat dari seberapa kuatnya keterikatan dan ketergantungan mereka satu sama lain (afektif), meskipun mereka berjauhan. Misalnya, bagaimana penghayatan mahasiswa terhadap rasa percaya pada pacar, walaupun jarang bertemu. Lalu bagaimana bayangan mereka terhadap kelangsungan hubungannya di masa yang akan datang (kognitif). Misalnya, bagaimana pemaknaan mahasiswa terhadap kelanjutan dan keutuhan hubungan dengan pacar, apakah mereka berpikir bahwa hubungan yang mereka jalani sekarang akan berlanjut ke tahap yang lebih serius (pernikahan) atau tidak. Serta ada atau tidaknya motivasi untuk melakukan suatu tindakan demi mempertahankan kelanjutan hubungannya tersebut (konatif). Misalnya, bagaimana motivasi mahasiswa untuk mempertahankan hubungan yang dijalaninya, apakah mereka bersedia meluangkan banyak waktu dan mengeluarkan biaya yang cukup besar demi berkomunikasi dan bertemu dengan pacarnya. Commitment level juga dapat naik ataupun turun, dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size (Rusbult, dalam Arriaga dan Agnew, 2001:1192). Satisfaction level terhadap

11 hubungan dapat dilihat berdasarkan besarnya outcome yang mereka peroleh dibandingkan dengan CL (comparison level) yang mereka miliki. CL yang mereka miliki dipengaruhi oleh pengalaman, misalnya pengalaman berelasi di masa lalu, hasil observasi relasi yang dimiliki teman, dan perbandingan outcome yang diterima pasangan (Thibaut & Kelley, dalam Rusbult dan Buunk, 1993:179). Pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh, outcome dapat berupa komunikasi dan pertemuan dengan pacar. Mahasiswa yang memiliki satisfaction level tinggi berarti mahasiswa tersebut merasa puas dan bahagia terhadap hubungan pacaran jarak jauh yang dijalaninya, misalnya mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh memiliki teman yang tidak berhubungan jarak jauh dengan pacarnya, namun pacar dari mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh tersebut ternyata sering menghubungi dan mengunjunginya walaupun mereka berbeda kota, sedangkan temannya yang memiliki pacar yang berada dalam 1 kota, pacarnya tersebut jarang menghubunginya dan mereka juga jarang bertemu. Hal tersebut menunjukkan bahwa outcome yang diterima oleh mahasiswa tersebut dari pacarnya lebih besar daripada comparison level yang dimilikinya yang dalam hal ini adalah hasil observasi hubungan yang dimiliki temannya, sehingga Commitment Level mahasiswa terhadap pasangannya akan meningkat. Mahasiswa tersebut akan lebih merasa terikat perasaan dengan pacar, berpikir lebih jauh tentang keutuhan hubungannya bersama pacar di masa depan, serta lebih termotivasi untuk melanjutkan dan mempertahankan hubungannya bersama pacar. Sebaliknya, pada mahasiswa yang memiliki satisfaction level rendah berarti mereka merasa tidak

12 puas dan tidak bahagia karena outcome yang mereka terima dari pacarnya lebih kecil daripada comparison level yang dimilikinya dari hasil observasi hubungan temannya, misalnya, mahasiswa yang memiliki hubungan pacaran jarak jauh memiliki teman yang juga berhubungan pacaran jarak jauh, namun pacar dari temannya tersebut lebih sering menghubungi dan mengunjungi temannya tersebut dibandingkan dengan pacar dari mahasiswa tersebut yang sangat jarang menghubungi dan mengunjunginya. Mahasiswa tersebut akan merasa kurang atau tidak terikat dengan pacar, tidak akan berpikir lebih jauh tentang keutuhan hubungannya bersama pacar di masa depan, serta tidak termotivasi untuk melanjutkan dan mempertahankan hubungannya. Faktor kedua yaitu Quality of alternatives, yang ditentukan oleh comparison level of alternatives (CL alt ). CL alt dapat dilihat dari besarnya perolehan outcome yang diharapkan oleh individu dari alternatif yang tersedia di lingkungan dibandingkan dengan comparison level (CL) yang dimilikinya. Tinggi rendahnya CL alt dipengaruhi oleh kualitas dari alternatif yang tersedia apakah alternatif tersebut menarik, memenuhi syarat, dan dapat dipilih (Thibaut & Kelley, dalam Rusbult dan Buunk, 1993:179). Pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh, alternatif yang tersedia di luar hubungannya dapat berupa orang lain (teman, teman lawan jenis, keluarga) dan kegiatan / aktivitas (hobi, hiburan, dan pekerjaan) dalam keadaan terpisah jarak dengan pacarnya. Misalnya, apabila mahasiswa memiliki pacar di luar kota yang hanya bisa bertemu sebulan sekali dan komunikasinya pun kurang intens, sedangkan di sisi lain mahasiswa tersebut juga memiliki teman lawan jenis yang lebih sering menemani mahasiswa

13 tersebut dan lebih perhatian dibandingkan dengan pacarnya, sehingga mahasiswa tersebut menilai outcome yang diterima dari pacarnya lebih kecil daripada outcome yang diperolehnya dari teman lawan jenisnya. Hal itu menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut memiliki quality of alternatives yang tinggi. Mahasiswa dengan quality of alternatives yang tinggi menganggap alternatif yang tersedia di luar hubungannya menjanjikan outcome yang lebih tinggi daripada yang sekarang diterimanya dari hubungan pacaran jarak jauhnya, sehingga Commitment Level mereka terhadap hubungan dengan pacarnya menjadi berkurang. Dalam hal ini, mahasiswa tersebut kurang merasa terikat perasaan dengan pacar, tidak berpikir tentang masa depan hubungan pacaran jarak jauhnya bersama pacar, serta kurang termotivasi untuk mempertahankan kelanjutan dan keutuhan hubungan. Sebaliknya, mahasiswa yang menilai outcome yang diterima dari pacarnya lebih besar daripada outcome yang diperolehnya dari teman lawan jenisnya, berarti mahasiswa tersebut memiliki quality of alternatives yang rendah, mereka akan menggantungkan diri pada hubungan pacaran jarak jauhnya, sehingga Commitment Level mereka terhadap hubungan dengan pacarnya menjadi meningkat, dalam arti mahasiswa tersebut merasa terikat perasaan dengan pacar, berpikir tentang masa depan hubungan pacaran jarak jauhnya bersama pacar, serta termotivasi untuk mempertahankan kelanjutan dan keutuhan hubungan. Faktor ketiga, Investment size dapat dilihat dari banyaknya penanaman resource yang penting dalam suatu hubungan. Beberapa resource ditanam secara langsung pada hubungan, seperti waktu, energi emosional, dan pengorbanan pribadi. Adapula resource yang ditanam di luar hubungan, yaitu hal-hal yang

14 berhubungan dengan hubungan itu sendiri, namun tidak mungkin dipisahkan atau diabaikan, seperti teman bersama, memori bersama, aktivitas dan kepemilikan bersama (Rusbult & Buunk, 1993). Pada mahasiswa yang menjalani hubungan jarak jauh, usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan resource dapat berupa banyaknya waktu yang diluangkan untuk menghubungi atau mengunjungi pacar, kegiatan yang dilakukan bersama saat bertemu (saat sedang bersama), lamanya berpacaran, dan lain-lain, tetapi, pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh, kesempatan untuk menanamkan resource dalam hubungannya dapat dikatakan terbatas karena adanya keterbatasan ruang dan waktu. Mahasiswa dengan investment size yang tinggi berarti telah menanamkan banyak resource pada hubungan pacaran jarak jauh yang dijalaninya, misalnya, mahasiswa sudah mengenal keluarga dan teman-teman pacarnya, sering pergi bersama ke suatu tempat, sering menghubungi pacar di sela-sela kesibukannya, dan lain-lain, sehingga Commitment Level mereka akan meningkat karena mahasiswa berpikir apabila mereka meninggalkan hubungan tersebut berarti membuang resource yang telah ditanamnya. Oleh karenanya, mahasiswa tersebut menjadi lebih terikat perasaannya dengan pacar, berpikir untuk tetap bersama pacar di masa depan, dan termotivasi untuk melanjutkan hubungannya bersama pacar.

15 Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung Satisfaction level Quality of alternatives Investment size Komitmen a. Psychological attachment to the relationship (komponen afektif) b. Long-term orientation regarding the relationship (komponen kognitif) c. Intention to persist in the relationship (komponen konatif) Skema 1.1 Kerangka Pikir

16 1.6 Asumsi Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung memiliki komitmen dalam hubungannya dengan pasangannya. Naik turunnya Commitment Level dipengaruhi oleh satisfaction level, quality of alternatives, dan investment size. 1.7 Hipotesis Hipotesis Umum Ada kontribusi yang signifikan dari faktor-faktor terhadap Commitment Level. Hipotesis Khusus Ada kontribusi yang signifikan dari Satisfaction Level terhadap Commitment Level. Ada kontribusi yang signifikan dari Quality of Alternatives terhadap Commitment Level. Ada kontribusi yang signifikan dari Investment Size terhadap Commitment Level.