Isfandiar M. Baihaqi

dokumen-dokumen yang mirip
Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

ASPEK PEMETAAN DALAM RTRW DAN RDTR. Bidang Pemetaan Tata Ruang Pusat Tata Ruang dan Atlas BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-440

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

OUTLOOK. Pusat Tata Ruang dan Atlas 2017

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Status Data RBI Skala 1: dan 1: Tahun Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kajian Kualitas GCP Menggunakan Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung Perencanaan Tata Ruang di Indonesia

ASPEK GEOSPASIAL DALAM DELINEASI BATAS WILAYAH KOTA GORONTALO: Studi Kasus dalam Pemutakhiran Data Batas Wilayah

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)

Pemetaan Desa. Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode telah terjadi 850

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

TUGAS AKHIR RG141536

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

OUTLOOK PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM

MODUL 2: PENGENALAN DASAR-DASAR RENCANA RINCI KABUPATEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

III. METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G165

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :

Peran Peta Partisipatif dalam Perencanaan Tata Ruang

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Perbandingan Ketelitian Hasil Pengukuran GCP... (Safi i, et al.)

METODE. Waktu dan Tempat

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengendalian pemanfaatan ruang

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

Transkripsi:

ASPEK PERPETAAN UNTUK PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Isfandiar M. Baihaqi 0813 8455 7633

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang FUNGSI RDTR MENURUT PERMEN PU no 20/2011 RDTR dan peraturan zonasi berfungsi sebagai: a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan RTRW; b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW; c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan e. acuan dalam penyusunan RTBL.

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang MANFAAT RDTR MENURUT PERMEN PU no 20/2011 RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai: a. penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu; b. alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat; c. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan; dan d. ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau Sub BWP.

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KETENTUAN MENGENAI PETA POLA RUANG RDTR Peta rencana pola ruang (zoning map) digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Rencana pola ruang skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang; a. Cakupan pola ruang ruang darat dan/atau ruang laut dengan batasan 4 (empat) mil laut, diukur dari garis pantai atau sampai batas negara yang disepakati secara internasional a. Penggambaran peta pola ruang dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta yang tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku; b. peta rencana pola ruang juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi. c. peta rencana pola ruang harus sudah menunjukkan batasan persil untuk wilayah yang sudah terbangun.

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KETENTUAN MENGENAI PETA JARINGAN PRASARANA RDTR Peta rencana jaringan prasarana digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Memuat jaringan jalan dan sistem prasarana wilayah lainnya. Digambarkan pada satu lembar peta secara utuh dan dapat digambarkan secara tersendiri untuk masing-masing rencana jaringan prasarana. 2) Rencana jaringan prasarana skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang; 3) untuk BWP yang memiliki wilayah pesisir dan laut dapat dilengkapi dengan peta batimetri yang menggambarkan kontur laut.

Dading Huisan Sabulubulu Mengapa RDTR harus disusun di atas peta skala 1:5.000? Objek hukum dari RDTR (dan Peraturan Zonasi) adalah blok peruntukan dan blok hanya tergambar pada peta skala 1:5.000 atau lebih besar. Pada peta skala lebih besar dari 1:5.000, selain blok juga akan tergambar unsur lainnya seperti saluran, pagar dsb. Konsekwensinya untuk setiap unsur yang tergambar pada peta harus ada aturan hukumnya. 6

Dasar Hukum UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang PP No.26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional PP No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Keppres No. 4 Tahun 2009 tentang BKPRN Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR UU No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial : Pasal 19 : Penyusunan Informasi Geospasial Tematik (IGT) wajib mengacu pada Informasi Geospasial Dasar (IGD). Dalam hal ini, peta rencana tata ruang termasuk kedalam IGT. Pasal 57 : (1) Badan melakukan pembinaan mengenai pemaknaan, pengarahan, perencanaan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan IGT. PP No. 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang : Pasal 7 : (1) Penyusunan Peta Rencana Tata Ruang wajib dikonsultasikan kepada Badan (BIG). Pasal 32 : (1) Badan melakukan pembinaan teknis perpetaan dalam penyusunan rencana tata ruang yang dilakukan oleh instansi Pemerintah dan pemerintah daerah.

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA POLA RUANG RDTR

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA POLA RUANG RDTR

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA JARINGAN PRASARANA RDTR

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA JARINGAN PRASARANA RDTR

Dading Huisan Sabulubulu Apakah Atap Bangunan Harus Didigitasi? Atap bangunan didigitasi agar memudahkan survey lapangan untuk mengidentifikasi persoalan peruntukan dan pemanfaatan ruang yang ada sebagai bahan untuk merumuskan peraturan zonasi yang tepat. Selain itu, dari survey lapangan yang diplotkan pada atap bangunan akan dapat diketahui pola tutupan lahannya. 12

Dading Huisan Sabulubulu Peta Pendamping Peraturan Zonasi Aturan yang tertera pada bagian kanan peta (zoning text) hanya berlaku untuk blok peruntukan yang berwarna biru pada zoning map di sebelah 13

Foto Udara atau Citra Tegak Resolusi Tinggi sebagai sumber data

Peta Rupabumi Indonesia skala 1:5000 sebagai standard teknis atau acuan Peta RDTR

Peta RDTR berisi Zonasi yang harus mengacu pada peta dasar skala 1:5000 *)Pewarnaan hanya ilustrasi, belum disesuaikan dengan ketentuan

Ketelitian Peta Syarat Ketelitian Peta Dasar: Skala Ketelitian Horizontal (0.1-0.5 mm x bilangan skala) 1:1.000 0.1 m 0.5 m 0.15 m 1:2.500 0.25 m 1.25 m 0.375 m 1:5.000 0.5 m 2.50 m 0.75 m 1:10.000 1 m 5 m 1.5 m Ketelitian Vertikal (1/3 x interval kontur) Interval = ½ x bilangan skala

Hubungan Skala-Resolusi-Akurasi SKALA RESOLUSI AKURASI *) Penyesuaian analogi Prof. Famhar

Ketelitian Sumber Data Syarat Sumber Data: Memiliki ketelitian geometris yang sesuai dengan skala peta yang akan dibuat Memiliki resolusi spasial yang sesuai dengan ketelitian geometrisnya Citra satelit optis resolusi tinggi 1 meter (Quickbird, Geoeye/Worldview, Pleiades, Ikonos, dll) Untuk menghasilkan data ketinggian (DEM atau kontur), perlu sumber data ketinggian: Foto udara stereo DSM dari IFSAR, TerraSAR, dll. DSM dari LIDAR

Citra Spot-5 Resolusi 2,5 m Foto Udara dan Citra Resolusi Tinggi Resolusi < 1 m

Sumber data untuk RTRW Kota Citra Spot-5 Resolusi 2,5 m

Peta Dasar RBI skala 1:25.000 Sebagai acuan Peta RTRW Kota

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS CITRA SATELIT LANDSAT Perbandingan resolusi citra satelit sebagai sumber data peta dasar. Landsat dengan Resolusi 30 15 meter hanya cukup untuk peta dasar sd skala 1:60.000 15 m Satu pixel 15 m

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS CITRA SATELIT QUICKBIRD Dengan citra resolusi tinggi seperti Quickbird dan Ikonos, dapat menjadi sumber peta dasar sd skala 1:5.000, dengan syarat harus melalui suatu proses koreksi geometris. 0,60 m Satu pixel 0,60 m

DTM DAN DSM

LiDAR Menghasilkan data 3D secara akurat dalam waktu yang singkat; Hasil akhir dapat berupa 3D City Model sesuai untuk perencanaan kota seperti pembuatan RDTR

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS SRTM Data ketinggian atau DEM (digital elevation model) Dari SRTM resolusi 90 m)

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS TERRA SAR TerraSAR resolusi 7 m lebih detil utk skala besar

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SRTM vs TERRA SAR Model permukaan digital 3D kawasan Borobudur dsk terlihat lebih detil pada Terra SAR SRTM 90 m TerraSAR 7 m

PENTINGNYA AKURASI GEOMETRIS PADA PETA DASAR RDTR SKALA 1:5000

Contoh permasalahan yang terjadi dalam perpetaan RDTR (1) Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris

Contoh permasalahan yang terjadi dalam perpetaan RDTR (2) Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris

Akibat dari data spasial/peta yang kurang memenuhi akurasi geometris : Kesalahan pada plotting lokasi perencanaan

Contoh permasalahan yang terjadi dalam perpetaan RDTR (3) Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris

Akibat dari data spasial/peta yang kurang memenuhi akurasi geometris : Kesalahan pada plotting zonasi

Citra Quickbird untuk Peta Dasar RDTR Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000

Rencana Zonasi yang disusun berdasarkan Citra Quickbird Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000

Jaringan Infrastrukur yang dideliniasi berdasarkan Citra Quickbird Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000

Jaringan Infrastrukur yang dideliniasi berdasarkan Citra Quickbird Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000 ±100 m ±100 m Rencana Zonasi dan Jaringan Infrastuktur yang dideliniasi berdasarkan Citra Quickbird kemudian dioverlay dibandingkan terhadap Peta Sektor

TINJAUAN TEKNIS PETA DASAR SKALA 1:5000 UNTUK PENYUSUNAN RDTR

Alternatif metode dan teknologi yang digunakan pada pemetaan skala besar untuk RDTR yang dimodifikasi dari metode pemetaan RBI Citra satelit resolusi tinggi Quickbird, WorldView, Pleiades (resolusi 0,5-1m) DSM dan DEM dari TerraSAR resolusi 5 10 m Receiver GPS type Geodetic double frequency Pengukuran GCP dengan survey GPS metode Rapid Static dengan lama pengamatan per titik ± 40 menit atau RTK dengan jaringan CORS Proses Orthorektifikasi Citra Satelit untuk menjadi citra tegak Digitasi on screen untuk produksi peta garis dan database geospasial

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMETAAN Persiapan dan Desain Survey Pengukuran GCP Koreksi Geometris dan Orthorektifikasi Proses Pemetaan Planimetris Rupabumi (Digitasi) Survei Kelengkapan Lapangan Proses Layout untuk Album Peta

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang CITRA SATELIT TEGAK Idealnya untuk pemetaan, citra satelit harus benar2 tegak. Tapi hampir selalu terdapat faktor kemiringan. Maka harus dilakukan koreksi orthorektifikasi dan koreksi geometris untuk menegakluruskan Citra satelit tsb agar sesuai dengan kondisi seharusnya. Spaceborne Optical Sensor

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang GEOMETRICAL PROCESSING AND ORTHORECTIFICATION z y O (Xo ; Yo ; Zo) ; ; -c x y x p (x ; y ; -c) 0 = -c {a11 (X-Xo) + a12(y-yo) + a13(z-z0) } / { a31(x-xo) + a32(y-yo) + a33(z-zo) } Ortho Image : Satellite Image, and Physical Orbit Parameters. DEM data, in raster format. Z P (X ; Y ; Z) Ve Ps (Xe ; Ye ; Zs) r = -c {a21 (X-Xo) + a22(y-yo) + a23(z-z0) } / { a31(x-xo) + a32(y-yo) + a33(z-zo) } DEM surface Control Points. Y Pe (Xe ; Ye ; Ze) Geometric Transformation & Cubic Convolution Interpolation. Vx ; Vy X

Koreksi geometris menggunakan 38 buah ground control point (GCP) yang menyebar merata diseluruh wilayah yang akan dipetakan

Pengukuran GCP menggunakan GPS type Geodetic dengan ketelitian tinggi (fraksi cm)

Pengambilan titik GCP harus tepat Pada sudut bangunan yang dapat teridentifikasi pada citra

Pengambilan titik GCP harus tepat Pada sudut bangunan yang dapat teridentifikasi pada citra

Pengambilan titik GCP harus tepat Pada sudut bangunan yang dapat teridentifikasi pada citra

Proses orthorektifikasi dan koreksi geometris dilakukan dengan bantuan DEM karena ada dasarnya permukaan bumi tidak datar. Pada peta skala besar relief permukaan bumi harus diperhitungkan untuk mendapatkan peta yang akurat.

Orthorektifikasi dan koreksi geometris dilakukan dengan memasukan semua data-data parameter satelit dan hasil pengukuran lapangan untuk diproses di lab.

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang ORTHORECTIFICATION PROCESS

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang PERBANDINGAN GCP SEBELUM DILAKUKAN KOREKSI GEOMETRIS

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang PERBANDINGAN GCP SETELAH DILAKUKAN KOREKSI GEOMETRIS

Perbandingan posisi geometris sebelum dan setelah orthorektifikasi dan koreksi geometris Sebelum Sesudah

Sebelum Sesudah

Sebelum Sesudah

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang HASIL PENGOLAHAN DEM Hasil pengolahan DEM Kawasan Borobudur dsk

Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DIGITASI PETA BERDASARKAN CITRA YANG SUDAH DIKOREKSI Proses digitasi dilakukan untuk membentuk data vektor dari data raster citra. Pada proses digitasi dilakukan interpretasi terhadap objek2 yang nampak di citra satelit.

SURVEY GPS UNTUK KELENGKAPAN PETA Proses selanjutnya adalah menambahkan data kelengkapan lapangan pada hasil digitasi tersebut. Hal ini dilakukan dengan survey kelengkapan peta di lapangan dengan Mengambil detil berupa nama2 tempat, bangunan penting, nama jalan, nama desa, dsb.

SURVEY GPS UNTUK KELENGKAPAN PETA

Pertemuan dengan para Kepala Desa di Bappeda Kabupaten Magelang untuk mendeliniasi batas dusun di kawasan SP-1

Suasana pertemuan dengan Kepala Desa

Suasana pertemuan dengan Kepala Desa

BATAS ADMINISTRASI YANG LEBIH DETAIL PADA SKALA 1:5000

Hasil suvey lapangan dalam peta digital dan database spatial nya HASIL SURVEY KELENGKAPAN PETA DISAJIKAN PADA DATABASE GIS

Cek list RDTR Verifikasi status Perda RTRW dan RDTR Pemeriksaan Manajemen Data RTRW dan RDTR Pemeriksaan Sumber Data Peta RDTR Pemeriksaan Peta Dasar Pemeriksaan Peta Tematik Pemeriksaan Peta Rencana Pemeriksaan Album Peta

Terima kasih BERSAMA MENATA RUANG INDONESIA YANG LEBIH BAIK