ASPEK PERPETAAN UNTUK PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Isfandiar M. Baihaqi 0813 8455 7633
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang FUNGSI RDTR MENURUT PERMEN PU no 20/2011 RDTR dan peraturan zonasi berfungsi sebagai: a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan RTRW; b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW; c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan e. acuan dalam penyusunan RTBL.
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang MANFAAT RDTR MENURUT PERMEN PU no 20/2011 RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai: a. penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu; b. alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat; c. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan; dan d. ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau Sub BWP.
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KETENTUAN MENGENAI PETA POLA RUANG RDTR Peta rencana pola ruang (zoning map) digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Rencana pola ruang skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang; a. Cakupan pola ruang ruang darat dan/atau ruang laut dengan batasan 4 (empat) mil laut, diukur dari garis pantai atau sampai batas negara yang disepakati secara internasional a. Penggambaran peta pola ruang dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta yang tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku; b. peta rencana pola ruang juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi. c. peta rencana pola ruang harus sudah menunjukkan batasan persil untuk wilayah yang sudah terbangun.
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KETENTUAN MENGENAI PETA JARINGAN PRASARANA RDTR Peta rencana jaringan prasarana digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Memuat jaringan jalan dan sistem prasarana wilayah lainnya. Digambarkan pada satu lembar peta secara utuh dan dapat digambarkan secara tersendiri untuk masing-masing rencana jaringan prasarana. 2) Rencana jaringan prasarana skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang; 3) untuk BWP yang memiliki wilayah pesisir dan laut dapat dilengkapi dengan peta batimetri yang menggambarkan kontur laut.
Dading Huisan Sabulubulu Mengapa RDTR harus disusun di atas peta skala 1:5.000? Objek hukum dari RDTR (dan Peraturan Zonasi) adalah blok peruntukan dan blok hanya tergambar pada peta skala 1:5.000 atau lebih besar. Pada peta skala lebih besar dari 1:5.000, selain blok juga akan tergambar unsur lainnya seperti saluran, pagar dsb. Konsekwensinya untuk setiap unsur yang tergambar pada peta harus ada aturan hukumnya. 6
Dasar Hukum UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang PP No.26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional PP No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Keppres No. 4 Tahun 2009 tentang BKPRN Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR UU No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial : Pasal 19 : Penyusunan Informasi Geospasial Tematik (IGT) wajib mengacu pada Informasi Geospasial Dasar (IGD). Dalam hal ini, peta rencana tata ruang termasuk kedalam IGT. Pasal 57 : (1) Badan melakukan pembinaan mengenai pemaknaan, pengarahan, perencanaan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan IGT. PP No. 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang : Pasal 7 : (1) Penyusunan Peta Rencana Tata Ruang wajib dikonsultasikan kepada Badan (BIG). Pasal 32 : (1) Badan melakukan pembinaan teknis perpetaan dalam penyusunan rencana tata ruang yang dilakukan oleh instansi Pemerintah dan pemerintah daerah.
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA POLA RUANG RDTR
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA POLA RUANG RDTR
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA JARINGAN PRASARANA RDTR
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DATA GEOSPASIAL PADA PETA JARINGAN PRASARANA RDTR
Dading Huisan Sabulubulu Apakah Atap Bangunan Harus Didigitasi? Atap bangunan didigitasi agar memudahkan survey lapangan untuk mengidentifikasi persoalan peruntukan dan pemanfaatan ruang yang ada sebagai bahan untuk merumuskan peraturan zonasi yang tepat. Selain itu, dari survey lapangan yang diplotkan pada atap bangunan akan dapat diketahui pola tutupan lahannya. 12
Dading Huisan Sabulubulu Peta Pendamping Peraturan Zonasi Aturan yang tertera pada bagian kanan peta (zoning text) hanya berlaku untuk blok peruntukan yang berwarna biru pada zoning map di sebelah 13
Foto Udara atau Citra Tegak Resolusi Tinggi sebagai sumber data
Peta Rupabumi Indonesia skala 1:5000 sebagai standard teknis atau acuan Peta RDTR
Peta RDTR berisi Zonasi yang harus mengacu pada peta dasar skala 1:5000 *)Pewarnaan hanya ilustrasi, belum disesuaikan dengan ketentuan
Ketelitian Peta Syarat Ketelitian Peta Dasar: Skala Ketelitian Horizontal (0.1-0.5 mm x bilangan skala) 1:1.000 0.1 m 0.5 m 0.15 m 1:2.500 0.25 m 1.25 m 0.375 m 1:5.000 0.5 m 2.50 m 0.75 m 1:10.000 1 m 5 m 1.5 m Ketelitian Vertikal (1/3 x interval kontur) Interval = ½ x bilangan skala
Hubungan Skala-Resolusi-Akurasi SKALA RESOLUSI AKURASI *) Penyesuaian analogi Prof. Famhar
Ketelitian Sumber Data Syarat Sumber Data: Memiliki ketelitian geometris yang sesuai dengan skala peta yang akan dibuat Memiliki resolusi spasial yang sesuai dengan ketelitian geometrisnya Citra satelit optis resolusi tinggi 1 meter (Quickbird, Geoeye/Worldview, Pleiades, Ikonos, dll) Untuk menghasilkan data ketinggian (DEM atau kontur), perlu sumber data ketinggian: Foto udara stereo DSM dari IFSAR, TerraSAR, dll. DSM dari LIDAR
Citra Spot-5 Resolusi 2,5 m Foto Udara dan Citra Resolusi Tinggi Resolusi < 1 m
Sumber data untuk RTRW Kota Citra Spot-5 Resolusi 2,5 m
Peta Dasar RBI skala 1:25.000 Sebagai acuan Peta RTRW Kota
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS CITRA SATELIT LANDSAT Perbandingan resolusi citra satelit sebagai sumber data peta dasar. Landsat dengan Resolusi 30 15 meter hanya cukup untuk peta dasar sd skala 1:60.000 15 m Satu pixel 15 m
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS CITRA SATELIT QUICKBIRD Dengan citra resolusi tinggi seperti Quickbird dan Ikonos, dapat menjadi sumber peta dasar sd skala 1:5.000, dengan syarat harus melalui suatu proses koreksi geometris. 0,60 m Satu pixel 0,60 m
DTM DAN DSM
LiDAR Menghasilkan data 3D secara akurat dalam waktu yang singkat; Hasil akhir dapat berupa 3D City Model sesuai untuk perencanaan kota seperti pembuatan RDTR
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS SRTM Data ketinggian atau DEM (digital elevation model) Dari SRTM resolusi 90 m)
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RESOLUSI GEOMETRIS TERRA SAR TerraSAR resolusi 7 m lebih detil utk skala besar
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SRTM vs TERRA SAR Model permukaan digital 3D kawasan Borobudur dsk terlihat lebih detil pada Terra SAR SRTM 90 m TerraSAR 7 m
PENTINGNYA AKURASI GEOMETRIS PADA PETA DASAR RDTR SKALA 1:5000
Contoh permasalahan yang terjadi dalam perpetaan RDTR (1) Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris
Contoh permasalahan yang terjadi dalam perpetaan RDTR (2) Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris
Akibat dari data spasial/peta yang kurang memenuhi akurasi geometris : Kesalahan pada plotting lokasi perencanaan
Contoh permasalahan yang terjadi dalam perpetaan RDTR (3) Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris
Akibat dari data spasial/peta yang kurang memenuhi akurasi geometris : Kesalahan pada plotting zonasi
Citra Quickbird untuk Peta Dasar RDTR Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000
Rencana Zonasi yang disusun berdasarkan Citra Quickbird Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000
Jaringan Infrastrukur yang dideliniasi berdasarkan Citra Quickbird Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000
Jaringan Infrastrukur yang dideliniasi berdasarkan Citra Quickbird Belum melalui Proses Koreksi Geometris untuk Peta Dasar skala 1:5000 ±100 m ±100 m Rencana Zonasi dan Jaringan Infrastuktur yang dideliniasi berdasarkan Citra Quickbird kemudian dioverlay dibandingkan terhadap Peta Sektor
TINJAUAN TEKNIS PETA DASAR SKALA 1:5000 UNTUK PENYUSUNAN RDTR
Alternatif metode dan teknologi yang digunakan pada pemetaan skala besar untuk RDTR yang dimodifikasi dari metode pemetaan RBI Citra satelit resolusi tinggi Quickbird, WorldView, Pleiades (resolusi 0,5-1m) DSM dan DEM dari TerraSAR resolusi 5 10 m Receiver GPS type Geodetic double frequency Pengukuran GCP dengan survey GPS metode Rapid Static dengan lama pengamatan per titik ± 40 menit atau RTK dengan jaringan CORS Proses Orthorektifikasi Citra Satelit untuk menjadi citra tegak Digitasi on screen untuk produksi peta garis dan database geospasial
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMETAAN Persiapan dan Desain Survey Pengukuran GCP Koreksi Geometris dan Orthorektifikasi Proses Pemetaan Planimetris Rupabumi (Digitasi) Survei Kelengkapan Lapangan Proses Layout untuk Album Peta
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang CITRA SATELIT TEGAK Idealnya untuk pemetaan, citra satelit harus benar2 tegak. Tapi hampir selalu terdapat faktor kemiringan. Maka harus dilakukan koreksi orthorektifikasi dan koreksi geometris untuk menegakluruskan Citra satelit tsb agar sesuai dengan kondisi seharusnya. Spaceborne Optical Sensor
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang GEOMETRICAL PROCESSING AND ORTHORECTIFICATION z y O (Xo ; Yo ; Zo) ; ; -c x y x p (x ; y ; -c) 0 = -c {a11 (X-Xo) + a12(y-yo) + a13(z-z0) } / { a31(x-xo) + a32(y-yo) + a33(z-zo) } Ortho Image : Satellite Image, and Physical Orbit Parameters. DEM data, in raster format. Z P (X ; Y ; Z) Ve Ps (Xe ; Ye ; Zs) r = -c {a21 (X-Xo) + a22(y-yo) + a23(z-z0) } / { a31(x-xo) + a32(y-yo) + a33(z-zo) } DEM surface Control Points. Y Pe (Xe ; Ye ; Ze) Geometric Transformation & Cubic Convolution Interpolation. Vx ; Vy X
Koreksi geometris menggunakan 38 buah ground control point (GCP) yang menyebar merata diseluruh wilayah yang akan dipetakan
Pengukuran GCP menggunakan GPS type Geodetic dengan ketelitian tinggi (fraksi cm)
Pengambilan titik GCP harus tepat Pada sudut bangunan yang dapat teridentifikasi pada citra
Pengambilan titik GCP harus tepat Pada sudut bangunan yang dapat teridentifikasi pada citra
Pengambilan titik GCP harus tepat Pada sudut bangunan yang dapat teridentifikasi pada citra
Proses orthorektifikasi dan koreksi geometris dilakukan dengan bantuan DEM karena ada dasarnya permukaan bumi tidak datar. Pada peta skala besar relief permukaan bumi harus diperhitungkan untuk mendapatkan peta yang akurat.
Orthorektifikasi dan koreksi geometris dilakukan dengan memasukan semua data-data parameter satelit dan hasil pengukuran lapangan untuk diproses di lab.
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang ORTHORECTIFICATION PROCESS
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang PERBANDINGAN GCP SEBELUM DILAKUKAN KOREKSI GEOMETRIS
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang PERBANDINGAN GCP SETELAH DILAKUKAN KOREKSI GEOMETRIS
Perbandingan posisi geometris sebelum dan setelah orthorektifikasi dan koreksi geometris Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang HASIL PENGOLAHAN DEM Hasil pengolahan DEM Kawasan Borobudur dsk
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang DIGITASI PETA BERDASARKAN CITRA YANG SUDAH DIKOREKSI Proses digitasi dilakukan untuk membentuk data vektor dari data raster citra. Pada proses digitasi dilakukan interpretasi terhadap objek2 yang nampak di citra satelit.
SURVEY GPS UNTUK KELENGKAPAN PETA Proses selanjutnya adalah menambahkan data kelengkapan lapangan pada hasil digitasi tersebut. Hal ini dilakukan dengan survey kelengkapan peta di lapangan dengan Mengambil detil berupa nama2 tempat, bangunan penting, nama jalan, nama desa, dsb.
SURVEY GPS UNTUK KELENGKAPAN PETA
Pertemuan dengan para Kepala Desa di Bappeda Kabupaten Magelang untuk mendeliniasi batas dusun di kawasan SP-1
Suasana pertemuan dengan Kepala Desa
Suasana pertemuan dengan Kepala Desa
BATAS ADMINISTRASI YANG LEBIH DETAIL PADA SKALA 1:5000
Hasil suvey lapangan dalam peta digital dan database spatial nya HASIL SURVEY KELENGKAPAN PETA DISAJIKAN PADA DATABASE GIS
Cek list RDTR Verifikasi status Perda RTRW dan RDTR Pemeriksaan Manajemen Data RTRW dan RDTR Pemeriksaan Sumber Data Peta RDTR Pemeriksaan Peta Dasar Pemeriksaan Peta Tematik Pemeriksaan Peta Rencana Pemeriksaan Album Peta
Terima kasih BERSAMA MENATA RUANG INDONESIA YANG LEBIH BAIK