PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/KMK.07/2003 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53/PMK.010/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERUSAN PINJAMAN DAERAH. Drs. Sidik Budiman M.Soc.Sc Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman Ditjen Perbendaharaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BURU,

B A B I - UMUM. 5. Keputusan Presiden RI Nomor 96/M Tahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI. Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAN HIBAH KEPADA PEMERINTAH ACEH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 8 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 207/PMK.05/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KAJIAN PINJAMAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengantar Obligasi Daerah

dilaksanakan dalam kerangka hubungan keuangan antara pemerintah daerah.

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 168/PMK.07/2008 TENTANG HIBAH DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143/PMK.05/2006 TENTANG TATA CARA PENARIKAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

I. FORMAT SURAT USULAN RENCANA PENERBITAN OBLIGASI DAERAH KOP SURAT GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

1 of 5 18/12/ :41

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURAT LAPORAN RENCANA DEFISIT APBD KOP SURAT PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011

PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

Hibah Daerah. Hibah Daerah meliputi:

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA SAW AHLUNTO

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

MENTERIKEUANGAN REPUBLJK INDONESIA SALIN AN

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

UTANG LUAR NEGERI. B. PERMASALAHAN 1. Apakah definisi utang luar negeri? 2. Bagaimanakah pengelolaan atas utang luar negeri?

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi:

Rekening Dana Investasi (RDI)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

1 of 15 21/12/ :53

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73/PMK.02/2006 TENTANG

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91 /PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENARIKAN PINJAMAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH A. PENGANTAR Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk melakukan percepatan pembangunan dan peningkatan pelayanan masyarakat di daerah. Implementasi otonomi daerah tidak menjadikan pinjaman luar negeri tersebut langsung dapat diterima oleh daerah, namun harus melalui Pemerintah Pusat. Dengan demikian, statusnya merupakan pinjaman Pemerintah Pusat kepada pihak luar negeri. Dalam rangka untuk menjamin bahwa upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan pinjaman Pemerintah yang bersumber dari luar negeri oleh daerah itulah kemudian Pemerintah menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Perencanaan, Pelaksanaan/ Penatausahaan, dan Pemantauan Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah kepada Daerah. Keputusan Menteri tersebut mengatur mekanisme, prosedur dan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman dari Pemerintah Pusat yang bersumber dari pinjaman luar negeri. Selain itu juga diatur mengenai pelaporan dan pengembalian pinjaman tersebut. Secara garis besar, hal-hal yang diatur adalah: 1. Pengajuan dan Penilaian Usulan Proyek; 2. Perundingan dan Penandatangan Nota Perjanjian Pinjaman Luar Negeri; 3. Pinjaman Pemerintah yang Diteruskan kepada Daerah; dan 4. Pinjaman Pemerintah yang Diteruskan kepada Daerah dalam Bentuk Hibah. Sumber pinjaman pemerintah dapat berasal dari: 1. lembaga multilateral, 2. negara lain secara bilateral; atau 3. perbankan/lembaga keuangan/lembaga internasional lainnya. Pinjaman tersebut diteruskan kepada daerah. B. PENGAJUAN DAN PENILAIAN USULAN PROYEK 1. Persyaratan Pengajuan Usulan Proyek Daerah mengajukan usulan proyek yang dibiayai melalui Pinjaman Pemerintah Pusat dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Daerah menyediakan dana pendamping dan persyaratan lain yang diperlukan. b. Daerah tidak mempunyai tunggakan pinjaman atau akan melunasi seluruh tunggakan pinjamannya yang dituangkan dalam APBD Daerah bersangkutan; c. Jumlah kumulatif pokok pinjaman Daerah yang wajib dibayar tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan APBD tahun sebelumnya setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu; d. Proyeksi penerimaan dan pengeluaran Daerah tahunan selama jangka waktu pinjaman, Debt Service Coverage Ratio (DSCR) atau perbandingan antara penjumlahan Pendapatan Asli Daerah, Bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, penerimaan sumber daya alam, dan bagian daerah lainnya seperti Pajak Penghasilan Perseorangan, serta Dana Alokasi Umum, setelah dikurangi Belanja Wajib, dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo, paling sedikit 2,5(dua setengah); DSCR = {PAD + (DBH DBHDR) + DAU} Belanja Wajib 2,5 Angsuran pokok pinjaman + Bunga + Biaya Lain DSCR = Debt Service Coverage Ratio atau Rasio Kemampuan Membayar Kembali Pinjaman; PAD = Pendapatan Asli Daerah; DAU = Dana Alokasi Umum; DBH = Dana Bagi Hasil; dan DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi. e. Memenuhi kriteria usulan proyek Daerah sebagai berikut : 1) Merupakan inisiatif dan kewenangan Daerah; 2) Dapat memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat Daerah setempat; 3) Sesuai dengan dokumen perencanaan pembangunan yang berlaku di Daerah serta sejalan dengan Program Pembangunan Nasional (Propenas); 4) Merupakan proyek yang menghasilkan penerimaan sehingga dapat dipergunakan untuk mengembalikan pinjaman; 5) Telah mendapat persetujuan dari DPRD.

2. Prosedur Pengajuan Usulan Proyek Kepada Pemerintah Daerah mengajukan usulan proyek dengan syarat yang telah disebutkan di atas tersebut kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dengan tembusan kepada menteri departemen teknis dengan melampirkan: a. Kerangka acuan proyek; b. Studi kelayakan; c. Dokumen pendukung lainnya, antara lain Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan dokumen perencanaan pembangunan daerah. 3. Penilaian Usulan Proyek Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional membentuk Tim Penilai 1 untuk melakukan penilaian atas: a. Proyek yang diusulkan Daerah sejalan dengan Propenas. b. Proyek yang diusulkan Daerah mempunyai prioritas yang tinggi dan memberikan dampak yang luas bagi kepentingan masyarakat di Daerah yang bersangkutan maupun daerah sekitarnya. c. Kelayakan proyek, antara lain meliputi: 1) Ruang lingkup proyek; 2) Kelayakan ekonomi, keuangan, teknis dan sosial lingkungan; 3) Keterkaitan dengan proyek lain; 4) Penyediaan dana pendamping; 5) Kesiapan instansi pelaksana; 6) Kesiapan kelembagaan dan sumber daya manusia. d. Kategori jenis proyek yang diusulkan Daerah menjadi kategori proyek Cost Recoveny/Revenue Generating dan proyek Non-Cost Recovery/Non-Revenue Generating berdasarkan Peta Jenis Proyek; e. Kemampuan fiskal Daerah berdasarkan Peta Kapasitas Fiskal; f. Kinerja Daerah dalam melakukan pinjaman dari Pemerintah berdasarkan Peta Kinerja Pinjaman Daerah. Berdasarkan penilaian tersebut, Tim Penilai menyusun dan menyampaikan laporan hasil penilaian kelayakan proyek dan 1 Tim Penilai dapat meminta pendapat teknis mengenai proyek kepada departemen teknis terkait.

bentuk penerusan Pinjaman Pemerintah kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas. Menteri Keuangan kemudian memberikan persetujuan setelah mendapat pertimbangan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas. 4. Pengajuan Usulan Proyek kepada Pemberi Pinjaman Luar Negeri (PPLN) Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas menyampaikan Daftar Usulan Proyek Daerah yang telah disetujui kepada calon PPLN dengan tembusan kepada Menteri Keuangan. Hasil penilaian calon PPLN akan dijadikan dasar pertimbangan Menteri Keuangan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan proyek dan perundingan dengan PPLN. C. PERUNDINGAN DAN PENANDATANGANAN NASKAH PERJANJIAN PINJAMAN LUAR NEGERI (NPPLN) Perundingan dengan calon PPLN dilakukan oleh Tim Perunding yang dibentuk oleh Menteri Keuangan dan unsur-unsurnya terdiri dari Departemen Keuangan, Bappenas, departemen/lembaga teknis terkait, dan Pemerintah Daerah. Hasil perundingan dituangkan dalam laporan tertulis dan disampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, dengan tembusan kepada Menteri Luar Negeri, menteri/pimpinan lembaga teknis terkait, dan Kepala Daerah pengusul. NPPLN ditandatangani oleh PPLN dan Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Salinan NPPLN yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak disampaikan selambatlambatnya 14 hari setelah penandatanganan kepada Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri/Pimpinan lembaga teknis terkait, Bank, Kepala BPKP dan Kepala Daerah penerima pinjaman. D. PINJAMAN PEMERINTAH YANG DITERUSKAN KEPADA DAERAH SEBAGAI PINJAMAN 1. Persyaratan Pinjaman Persyaratan pinjaman dalam NPPLN menjadi acuan dalam menetapkan persyaratan pinjaman dalam Naskah Perjanjian

Penerusan Pinjaman (NPPP) 2. Persyaratan dalam NPPLN, antara lain: a. pokok pinjaman; b. besaran suku bunga pinjaman; c. biaya-biaya; d. jangka waktu pengembalian pinjaman; dan e. masa tenggang. Jika mata uang yang digunakan dalam NPPP adalah Rupiah, Pemerintah c.q. Menteri Keuangan menanggung risiko terjadinya perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing yang digunakan dalam NPPLN dengan mengenakan tambahan nilai tingkat bunga pinjaman. Tambahan nilai tingkat bunga tersebut ditetapkan berdasarkan usulan Dirjen Lembaga Keuangan dan ditinjau secara berkala. Jika mata uang yang digunakan dalam NPPP adalah mata uang asing, tingkat bunga dalam NPPP ditetapkan sesuai tingkat suku bunga dalam NPPLN ditambah 0,50 % per tahun dan atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan sebagai biaya administrasi. 2. Penandatanganan NPPP NPPP ditandatangani oleh Menkeu c.q. Dirjen Lembaga Keuangan dengan Kepala Daerah penerima pinjaman selambatlambatnya sampai tanggal efektif pinjaman sesuai NPPLN. Salinan NPPPL tersebut kemudian disampaikan kepada Direktur Jenderal Anggaran, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri/Pimpinan lembaga teknis terkait, Bank, dan BPKP. 3. Perubahan NPPP NPPP dapat diubah. Usulan perubahan NPPP diajukan oleh Kepala Daerah kepada Menteri Keuangan dan Meneg PPN dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan dan alasan perubahan. Berdasarkan usulan tersebut, Meneg. PPN memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan. 4. Penarikan dan Penyaluran Pinjaman Pencairan dan penyaluran dan Pinjaman Pemerintah yang diteruskan kepada Daerah dilakukan oleh Dirjen Anggaran dengan menerbitkan Daftar Isian Penerusan Pinjaman Luar Negeri (DIPP- LN). berdasarkan DIPP-LN tersebut, Pemda menerbitkan DIPDA sebagai dasar pelaksanaan kegiatan proyek yang dibiayai dari pinjaman luar negeri. 2 Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman, selanjutnya disingkat NPPP adalah naskah perjanjian penerusan Pinjaman Pemerintah dalam bentuk pinjaman antara Pemerintah dengan Daerah

Atas dasar DIPDA, Daerah menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa (KPBJ). Penarikan Pinjaman dapat dilakukan dengan cara: a. Pembayaran Langsung 1) Pemimpin proyek mengajukan persetujuan kontrak kepada PPLN. 2) Atas dasar persetujuan kontrak dari PPLN pemimpin proyek menyampaikan Aplikasi Penarikan Dana (APD) kepada PPLN melalui Dirjen Anggaran dengan tembusan kepada Bank. 3) Berdasarkan APD, PPLN melakukan pembayaran langsung kepada rekening proyek/rekanan, serta mengirimkan asli Debet Advice kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran. 4) Atas dasar Debet advice tersebut, Dirjen Anggaran: a) Menerbitkan SPM Pengesahan sebagai dasar pembukuan pengeluaran dan penerimaan APBN sebesar nilai ekuivalen rupiah kepada Bank. b) Menyampaikan copy debet advice dan copy SPM pengesahan kepada pemerintah daerah/proyek bersangkutan untuk dibukukan di dalam APBD 5) Berdasarkan SPM pengesahan, Bank membuat Nota Perhitungan dengan dicantumkan nomor dan tanggal SPM, serta membukukan: Debet Kredit 6) Nota Perhitungan tersebut disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada Dirjen Anggaran yang selanjutnya menyampaikan copy kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, dan pemimpin proyek. b. Pembiayaan Pendahuluan 3. 1) Pemimpin proyek mengajukan APD kepada PPLN melalui Dirjen Anggaran dengan dilampiri bukti-bukti/dokumen pengeluaran proyek sebagaimana yang dipersyaratkan oleh PPLN. 3 Kegiatan proyek yang dapat dilakukan pembayarannya melalui Pembiayaan Pendahuluan oleh kas daerah adalah untuk kegiatan kegiatan yang telah disepakati dalam NPPLN.

2) Berdasarkan APD tersebut, PPLN mentransfer penggantian (reimbursement) kepada Kas Daerah, serta mengirimkan asli Debet Advice kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal. 3) Atas dasar debet advice tersebut Dirjen Anggaran menindaklanjuti dengan: a) Menerbitkan SPM Pengesahan sebagai dasar pembukuan pengeluaran dan penerimaan APBN sebesar nilai ekuivalen rupiah kepada Bank. b) Menyampaikan copy debet advice dan copy SPM Pengesahan kepada pemerintah daerah/ proyek bersangkutan untuk dibukukan di dalam APBD. 4) Berdasarkan SPM tersebut, Bank membuat Nota Perhitungan yang mencantumkan nomor dan tanggal SPM serta membukukan: Debet Kredit 5) Nota Perhitungan tersebut disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada Dirjen Anggaran, yang selanjutnya menyampaikan copy kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, dan Pemimpin proyek. 5. Pembayaran Kembali Pinjaman Pembayaran kembali pinjaman dilakukan berdasarkan ketentuan dalam NPPP. Untuk menampung pembayaran, Menkeu c.q. Dirjen Lembaga Keuangan membuka Rekening Penampungan pada Bank. Daerah menyetorkan pembayaran ke rekening penampungan dengan menggunakan formulir setoran yang ditetapkan Dirjen Lembaga Keuangan. Daerah kemudian menyampaikan bukti setor kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan selambat-lambatnya 7 hari setelah tanggal penyetoran. Seluruh dana yang tersimpan dalam Rekening Penampungan disetorkan ke Rekening BUN pada setiap akhir bulan. Jika Daerah tidak melaksanakan kewajiban pembayaran Pinjaman sesuai NPPP, Dirjen Lembaga Keuangan menyampaikan pemberitahuan keterlambatan pembayaran kepada Kepala Daerah pemimjam, Direktur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Berdasarkan

pemberitahuan tersebut, Direktur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah melakukan pemotongan DAU dan atau Dana Bagi Hasil Daerah bersangkutan. 6. Pemantauan dan Pelaporan Pinjaman Pemantauan atas kinerja pelaksanaan proyek dan pinjaman yang telah ditetapkan dalam NPPP dilakukan oleh Depkeu, Bappenas, dan Departemen terkait. Kepala Daerah melaporkan realisasi fisik, penyerapan dana, permasalahan pelaksanaan proyek, serta perkembangan penyelesaian KPBJ kepada Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dengan tembusan kepada Menteri Keuangan c.q Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan secara tiga bulanan, Bank melaporkan secara mingguan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas mengenai: a. Jumlah Pinjaman Pemerintah yang telah direalisasikan berdasarkan NPPLN, proyek dan sumber dana; b. Realisasi penarikan dana valuta asing dalam rangka Pinjaman Pemerintah; dan c. Kewajiban pembayaran pemerintah kepada PPLN. E. PINJAMAN PEMERINTAH YANG DITERUSKAN KEPADA DAERAH DALAM BENTUK HIBAH 1. Persyaratan Hibah Proyek yang dibiayai dari penerusan Pinjaman Pemerintah dalam bentuk Hibah adalah Proyek Non-Cost Recovery/Non- Revenue Generating, dan proyek yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur di atas kecuali menghasilkan penerimaan. Untuk dapat menerima Hibah, Daerah wajib menyediakan dana pendamping dan kewajiban lain yang di persyaratkan dalam NPPLN. Proporsi hibah kepada Daerah ditentukan berdasarkan kapasitas fiskal daerah dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan atas usulan Tim Penilai dengan ketentuan sebagai berikut: a. Daerah dengan kapasitas fiskal tinggi mendapatkan Hibah 30% dari total nilai proyek. b. Daerah dengan kapasitas fiskal sedang mendapatkan Hibah 60% dari total nilai proyek. c. Daerah dengan kapasitas fiskal rendah mendapatkan Hibah 90% dari total nilai proyek.

2. Penandatangan Naskah Perjanjian Hibah (NPH) NPH ditandatangani oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran dengan Kepala Daerah penerima hibah. Salinan NPH tersebut disampaikan kepada Meneg PPN, Menteri teknis terkait, Bank dan BPKP. 3. Penarikan dan Penyaluran Hibah Berdasarkan NPH, Dirjen Anggaran menerbitkan Daftar Isian Penerusan Pinjaman yang Dihibahkan kepada Daerah, sebagai dasar pencairan dan penyaluran dana Pinjaman Pemerintah dalam bentuk hibah. Berdasarkan Daftar Isian Penerusan Pinjaman yang Dihibahkan kepada Daerah diatas, Pemerintah Daerah menerbitkan DIPDA, sebagai dasar pelaksanaan kegiatan proyek yang dibiayai dari pinjaman luar negeri dan menandatangani KPBJ. Penarikan/Penyaluran Hibah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut : a) Pembayaran Langsung (Direct Payment). 1) Pemimpin proyek mengajukan persetujuan kontrak kepada PPLN. 2) Persetujuan kontrak dari PPLN tersebut kemudian dijadikan dasar pemimpin proyek menyampaikan Aplikasi Penarikan Dana (APD) kepada PPLN melalui Dirjen Anggaran dengan tembusan kepada Bank. Berdasarkan APD tersebut, PPLN melakukan pembayaran langsung kepada rekening proyek/rekanan, serta mengirimkan asli Debet Advice kepada Menkeu c.q. Direktur Jenderal Anggaran. Atas dasar Debet Advice tersebut, Direktur Jenderal Anggaran menindak lanjuti dengan: (a) Menerbitkan SPM Pengesahan sebagai dasar pembukuan pengeluaran dan penerimaan APBN sebesar nilai ekuivalen rupiah kepada Bank. (b) Menyampaikan copy Debet Advice dan copy SPM pengesahan kepada pemerintah daerah/proyek bersangkutan untuk dibukukan didalam APBD. 3) Berdasarkan SPM pengesahan sebagaimana tersebut, Bank membuat Nota Perhitungan yang tercantum nomor dan tanggal SPM dan membukukan : Debet Kredit

4) Nota Perhitungan tersebut disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada Direktur Jenderal Anggaran untuk disampaikan copy kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, dan pemimpin proyek. b) Pembiayaan Pendahuluan (Pre Financing) 4. 1) Pemimpin proyek mengajukan APD kepada PPLN melalui Direktur Jenderal Anggaran dengan dilampiri buktibukti/dokumen pengeluaran proyek sesuai PPLN. 2) Berdasarkan APD tersebut, PPLN melakukan transfer penggantian (reimbursement) kepada kas daerah, serta mengirimkan asli Debet Advice kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran. 3) Atas dasar Debet advice tersebut, Direktur Jenderal Anggaran menindak lanjuti dengan: (a) Menerbitkan SPM Pengesahan sebagai dasar pembukuan pengeluaran dan penerimaan APBN sebesar nilai ekuivalen rupiah; (b) Menyampaikan copy debet advice dan copy SPM Pengesahan kepada pemerintah daerah/proyek bersangkutan untuk dibukukan dalam APBD. 4) Berdasarkan SPM pengesahan tersebut, Bank membuat Nota Perhitungan yang mencantumkan nomor dan tanggal SPM dan membukukan: Debet Kredit 5) Nota Perhitungan tersebut disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada Direktur Jenderal Anggaran, yang selanjutnya menyampaikan copy kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, dan Pemimpin proyek. F. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN HIBAH Pemantauan dilakukan oleh Departemen Keuangan, Bappenas dan departeman terkait atas kinerja pelaksanaan proyek dan hibah dalam pencapaian target dan sasaran yang telah ditetapkan dalam NPH. 4 Kegiatan proyek yang dapat dilakukan pembayarannya melalui Pembiayaan Pendahuluan oleh kas daerah adalah untuk kegiatan kegiatan yang telah disepakati dalam NPPLN.

Kepala Daerah melaporkan realisasi fisik, penyerapan dana, dan permasalahan pelaksanaan proyek, serta perkembangan penyelesaian Kontrak Pengadaan Barang/Jasa (KPBJ) kepada Menteri Keuangan dengan tembusan kepada Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas secara tiga bulanan. Penyaluran dana pinjaman, pelaksanaan proyek, pemantauan, dan tata cara pembayaran kembali pinjaman oleh Daerah untuk proyekproyek daerah yang sedang dilaksanakan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor Nomor 35 Tahun 2003 tentang Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan, dan Pemantauan Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah kepada Daerah, yakni: a) yang dibiayai dengan Pinjaman Pemerintah yang sedang dalam proses negosiasi. b) yang dibiayai dengan Pinjaman Pemerintah yang telah selesai proses negosiasi tetapi belum disetujui oleh calon PPLN. c) yang dibiayai dengan Pinjaman Pemerintah yang telah disetujui oleh calon PPLN dan NPPLN belum ditandatangani.