I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

2015, No f. bahwa untuk mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan bagi perempuan dan anak sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c, Kement

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009

Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENYUSUNAN PPRG DENGAN SISTEM PROBA TINGKAT KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENYUSUNAN PPRG DENGAN SISTEM PROBA TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN

SALINAN WALIKOTA BATU

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000)

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN2016 TENTANG

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER

2013, No Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nom

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan. Dengan pendidikan, masyarakat tidak hanya mempunyai bekal pengetahuan tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembangunan. Dengan adanya pendidikan, masyarakat bisa berpikir kreatif dan mampu mengikuti perubahan seperti penggunaan inovasi baru, penerapan teknologi, dan pola pikir yang berorientasi pada pembangunan. Pendidikan juga menjadi salah satu komponen penentu capaian pembangunan manusia yang dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu, pendidikan memegang peran yang penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing bangsa. Sesuai dengan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional tahun 20102014, pembangunan pendidikan di Indonesia harus memenuhi prinsipprinsip demokratis, adil, dan memenuhi Hak Asasi Manusia. Prinsip demokratis bertujuan untuk membentuk

2 manusia yang memahami dan menerapkan prinsipprinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Integrasi nilainilai keadilan sosial dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang merata dan bermutu bagi seluruh masyarakat serta menjamin penghapusan segala bentuk diskriminasi dan terlaksananya pendidikan untuk semua. Pendidikan juga menjadi hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat danbakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi,suku, etnis, agama, dan gender. Programprogram Pemerintah yang selama ini dilaksanakan dan beberapa telah berpedoman pada pengarusutamaan gender. Sejak beberapa tahun terakhir isu gender semakin marak diperbincangkan, sehingga komitmen dalam pengarusutamaan gender di Indonesia sebenarnya sudah memiliki relevansi dengan konteks global. Dalam mengatasi persoalan gender, telah dilakukan berbagai upaya baik ditingkat internasional, nasional maupun regional. Untuk membantu mewujudkan tuntutan hakhak dan partisipasi kaum perempuan, maka padatahun 1975 PBB menyelenggarakan konferensi tentang perempuan untuk pertama kalinya di Mexico City. 1 Pada tanggal 18 Desember 1979 negaranegara PBB mengusulkan adanya perangkat peraturan, normanorma internasional yang berkaitan dengan penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Lalu dibuatlah apa yang disebut dengan konvensi CEDAW ( Convention on the Elimination of All 1 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013. KPPPA, Jakarta, 2013, hlm. 48.

3 Forms of Discrimination Against Women). Konvensi CEDAW dilatar belakangi oleh tuntutan berbagai macam kelompok emansipasi yang ingin agar haknya diakui secara setara dengan lakilaki dalam berbagai persoalan. Hasil dari konvensi CEDAW menyebutkan secara tegas definisi diskriminasi terhadap perempuan yang dimaksud. Faktor yang sangat berpengaruh dalam munculnya diskriminasi yaitu adanya stereotip terhadap lakilaki dan perempuan sehingga hal tersebut yang dapat menghalangi perempuan untuk mendapatkan akses yang sama seperti layaknya yang diterima lakilaki. Banyak stereotipe bersifat umum sehingga menjadi ambigu, misalnya kategori maskulin dan feminin. Memberi image stereotipe sebagai maskulin atau feminin pada individu dapat menimbulkan konsekuensi signifikan. Image lakilaki sebagai maskulin dan perempuan sebagai feminim dapat menimbulkan pembatasan peran, status, dan tanggung jawab dalam kelompok sosial mereka. Sebaliknya, Image lakilaki sebagai feminin dan perempuan sebagai maskulin dapat menghilangkan status sosial dan penerimaan mereka dalam kelompok. Diskriminasi terhadap perempuan bisa didefinisikan dengan bentuk, pembedaan, pengurangan atau bahkan penghilangan segala hak yang seharusnya diterima oleh perempuan. Diskriminasi juga bisa merujuk pada pelayanan yang tidak adil maupun pembedaan terhadap kebebasankebebasan pokok dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil ataupun dalam hal lain. Di Indonesia strategi pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) digunakan untuk memperbaiki segala situasi dan kondisi perempuan di berbagai bidang kehidupan. Pendekatan pengarusutamaan gender dimana tujuan dasarnya yaitu

4 menjadikan gender sebagai arus utama (mainstream) dalam setiap program pembangunan. Dalam membuat perencanaan pembangunan, gender selalu dijadikan sebagai kunci utama dalam memahami kegiatan apa yang dilakukan lakilaki dan perempuan, berapa banyak waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut, siapa yang memutuskan, dan lain sebagainya. Pemerintah sebagai perencana pembangunan sebaiknya mampu menganalisis perbedaan peran kodrati dan peran gender sehingga mengetahui halhal yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah serta mempertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan, karena itulah pemerintah mengeluarkan regulasi tentang pengarusutamaan gender di bidang pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008. Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 yang mengatur tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 mengatur agar setiap satuan unit kerja bidang pendidikan mengimplementasikan Pengarusutamaan Gender (PUG) dengan cara mengintegrasikan dimensi kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi serta seluruh kebijakan, dan program pembangunan di bidang pendidikan. Secara garis besar, tujuan dibuatnya Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 agar lebih menjamin semua warga negara baik lakilaki maupun perempuan dapat mengakses pelayanan pendidikan, berpartisipasi aktif, dan mempunyai kontrol serta mendapat manfaat dari

5 pembangunan pendidikan pendidikan, sehingga lakilaki dan perempuan dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. 2 Pemerintah Provinsi Lampung menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Daerah bagi Instansi Vertikal, Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota seprovinsi Lampung. Perda ini diterbitkan dalam rangka meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan disegala bidang, serta upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks pelaksanaan PUG pada satuan pendidikan, di Kota Bandar Lampung telah dilaksanakan implementasi PUG pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Perda ini diterbitkan sebagai tindak lanjut dari Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender ke seluruh proses Pembangunan di daerah. Tujuannya agar program pemerintah pusat sejalan dengan kegiatan fungsional semua instansi atau lembaga pemerintah dan swasta daerah. Mewakili Gubernur Lampung, Asisten IV Bidang Umum Setda Provinsi Lampung Adeham mengatakan, dengan diterbitkannya perda tersebut diharapkan dapat menjadi payung hukum bagi pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan di Provinsi Lampung. Selain itu juga sebagai dasar dalam menyusun anggaran yang Responsif Gender (ARG).Kondisi yang biasanya terjadi adalah permasalahan yang harus diselesaikan, jauh lebih banyak dibandingkan jumlah anggaran yang 2 Arindra Trisna W, Implementasi Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang, 2012, hlm. 4.

6 tersedia. Dengan kata lain, ada keterbatasan anggaran. Maka menyusun prioritas dalam menyusun anggaran, mutlak harus dilakukan. 3 Tabel 1. Perkempangan GDI dan GEM di Provinsi Lampung tahun 2008 2013 Tahun GDI GEM 2008 58,04 59,32 2009 59,54 60,60 2010 60,40 61,40 2011 60,70 61,50 2012 58,30 66,31 2013 57,01 61,50 Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, 2013 Berdasarkan tabel diatas Provinsi Lampung GDI pada tahun20082011 mengalami peningkatan, namun pada tahun 20122013 mengalami penurunan. Dalam konteks GEM tidak ada peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 20082012 terus mengalami kenaikan, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013. Jika dilihat menurut banyaknya jumlah penduduk usia sekolah di Bandar Lampung, pada kelompok umur 712 tahun dimana pada usia tersebut sudah memasuki tingkat sekolah dasar terdapat sekitar 234 anak perempua nyang belum bersekolah, sedangkan jumlah anak lakilaki yang bersekolah sedikit lebih banyak daripada jumlah anak perempuan yang bersekolah. Hal ini masih menunjukkan bahwa belum adanya pemerataan pendidikan pada tingkat sekolah dasar. Tetapi pada kelompok usia 1315 tahun dimana pada usia tersebut sudah memasuki masamasa sekolah menengah, jumlah perempuan sangat mendominasi yaitu 3 http://www.bandarlampungnews.com/index.php?k=politik, Pemprov Terbitkan Perda Pengarusutamaan Gender, diakses 1 September 2014 23.50 WIB.

7 sebesar 95.952 siswa jika dibandingkan dengan jumlah lakilaki yang hanya sebesar 11.895 siswa. Data Angka Partisipasi Sekolah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Banyaknya Penduduk Usia Sekolah Menurut Partisipasi Sekolah, Dan Jenis Kelamin Di Bandar Lampung Tahun 2013 Jenis Kelamin Umur Partisipasi Sekolah Lakilaki Jumlah Permpuan (1) (2) (3) (4) (4) 0712 tahun Tidak/Belum pernah sekolah Masih sekolah Tidak sekolah lagi 29.067 234 22.881 234 22.881 Jumlah penduduk usia 0712 tahun 29.067 23.115 52.182 Tidak/Belum pernah sekolah 1315 tahun Masih sekolah Tidak sekolah lagi 11.895 680 95.952 217 107.847 897 Jumlah penduduk usia 1315 tahun 12.575 96.169 108.744 Tidak/Belum pernah sekolah 1618 tahun Masih sekolah Tidak sekolah lagi 9.354 2.013 10.451 3.756 19.805 5.769 Jumlah penduduk usia 1618 tahun 11.367 14.207 25.574 Tidak/Belum pernah sekolah 234 234 1924 tahun Masih sekolah Tidak sekolah lagi 10.114 16.961 10.594 15.797 20.708 32.758 Jumlah penduduk usia 1924 tahun 27.075 26.625 53.700 Sumber: BPS Kota Bandar Lampung 2013 Kebijakan PUG pada bidang pendidikan di kota Bandar Lampung menjadi sangat penting untuk dilakukan, karena berdasarkan data diatas terlihat adanya kesenjangan gender dalam capaian pembangunan pendidikan dan juga belum meratanya persebaran pendidikan di Kota Bandar Lampung karena masih terdapat beberapa anak perempuan yang belum mendapatkan akses pendidikan khususnya pada tingkat Sekolah Dasar. 4 Pendidikan sangat penting khususnya pada tingkat 4 Hasil prapenelitian peneliti, Dinas Pendidikan KotaBandar Lampung November 2013.

8 Sekolah Dasar.Karena pada pendidikan tingkat Sekolah Dasar merupakan pendidikan awal atau dasar, dimana anak mulai mengenal pendidikan yang sesungguhnya. Berdasarkan hasil prariset peneliti di Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, saat ini sebanyak 8 Sekolah Dasar yang tersebar di lima kecamatan mengikuti sosialisasi dan advokasi PUG bidang pendidikan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung yang disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3. Jumlah Sekolah Per Kecamatan Di Bandar Lampung Yang Mengikuti Sosialisasi Dan Advokasi Pengarusutamaan Gender No. Nama Kecamatan Jumlah Sekolah 1. 2. 3. Tanjung Karang Barat Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Timur Sumber: Dinas Pendidikan KotaBandar Lampung 2013 1 4 3 Jumlah 8 Implementasi PUG yang telah dilakukan pada 8 sekolah dasar tersebut menunjukkan hasil yang bervariasi. Ada beberapa sekolah yang belum mampu mengimplementasikan dengan baik dan ada yang nampaknya sudah mampu mengintegrasikan misalnya dalam bentuk silabus responsif gender. Sedangkan sekolah yang belum mampu dikarenakan mereka masih mengalami kesulitan dalam memasukkan materi gender ke dalam substansi mata pelajaran maupun mencari sumber belajar. Adapun tolak ukur keberhasilan strategi pengarustamaan gender ini adalah Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan

9 Gender (IDG) di Propinsi Lampung dalam bidangbidang kebijakan pembangunan masyarakat, salah satunya pada bidang pendidikan. 5 Upaya Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dalam mewujudkan PUG bidang pendidikan sesuai dengan Perda No.10 tahun 2011 tentang Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Daerah bagi Instansi Vertikal, Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota seprovinsi Lampung adalah dengan mengeluarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nomor: 800/ 432/ III.01/DP.5/ 2011 tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja Satuan Kerja Penguatan Kelembagaan PUG Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2011 untuk Kota Bandar Lampung. Pada dasarnya kegiatan PUG di bidang pendidikan ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun pada tahun 2011. Kegiatan PUG bidang pendidikan tahun 2011 dilaksanakan sejak bulan Mei hingga November dengan pembuatan laporan akhir di bulan Desember. Salah satu indikator keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan PUG bidang pendidikan ini adalah terlaksananya kegiatan yang telah dibuat pada tahun anggaran 2011 hingga pembuatan laporan pada akhir tahunnya. 6 Jika dilihat dari persoalannya, implementasi PUG tidak bisa berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh kapasitas sumber daya manusia yang memadai. Pemerintah bukan satusatunya pihak yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pembangunan nasional. Tetapi semestinya pemerintah dengan seluruh jajarannya bersifat dominan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Setiap tahap implementasi menuntut 5 Ibid. 6 http://forumdata.lampungprov.go.id, Pokja Pengarustamaan Gender ( PUG) Bidang Pendidikan, diakses 16 September 2014 13.25 WIB

10 adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. 7 Kapasitas sumber daya manusia dibutuhkan sebagai sebagai focal point untuk mendukung implementasi PUG bidang pendidikan. Gender Focal Point adalah individuindividu yang telah sensitif gender yang berasal dari instansi/lembaga/organisasi/unit organisasi yang mampu melaksanakan pengarusutamaan gender ke dalam setiap kebijakan, program, proyek dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah masingmasing. Posisi gender focal point memiliki peranan untuk mendukung organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab mereka mengimplementasikan PUG pada setiap program kerja substantif. Aturan tentang gender focal point sendiri tercantum dalam Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender yang menginstruksikan seluruh lembaga negara untuk melaksanakan dan mengintegrasikan PUG dalam tiap tahap perencanaan dan implementasi program pembangunan, termasuk juga program pembangunan dibidang pendidikan. Sumber daya memiliki peran yang penting pada implementasi kebijakan agar berjalan efektif. Faktor sumber daya menunjuk pada setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumberdaya manusia maupun sumber daya finasial. Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan,karena bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan 7 JokoWidodo, Analisis Kebijakan Publik. Bayumedia Publishing, Malang, 2011, hlm. 85.

11 ketentuan atauaturanaturan suatu kebijakan, dan walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi jika implementor kekurangan sumberdaya dan juga personil untuk melaksakan tentunya implementasi tidak akan berjalan efektif. Berdasarkan uraian di atas, fokus dari penelitian ini untuk mengkaji tentang bagaimana kapasitas sumber daya manusia dalam kebijakan dalam hal ini pelaksana kebijakan untuk menerapkan PUG dalam lingkungan sekolah dasar. Studi ini juga menitik beratkan pada kapasitas sumber daya manusia dalam mendukung PUG pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar di Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang digunakan adalah Bagaimana kapasitas Sumber Daya Manusia dalam implementasi pengarusutamaan gender pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar khususnya di Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kapasitas Sumber Daya Manusia dalam implementasi pengarusutamaan gender pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar khususnya di Kota Bandar Lampung.

12 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mencapai beberapa manfaat diantaranya adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dalam Ilmu Administrasi Negara dan menjadi referensi bagi penelitian mahasiswa lainnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitandengan kapasitas sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di daerah, khususnya mengenai implementasi pengarusutamaan gender. 2. Secara praktis, penelitian ini menjadi bahan masukan atau referensi bagi aparat Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dalam hal Implementasi Kebijakan pengarusutamaan gender.