IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan, perubahan kurikulum bukanlah suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), cet. 1, hlm Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah,

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JUMAPOLO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

TESIS. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mendapatkan. Gelar Magister Manajemen Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI MTs SHABILUL HUDA KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

KESIAPAN SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 WADASLINTANG WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu dari tujuan pendidikan nasional seperti ada pada UU Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di satu sisi,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih

TESIS. Disusun Oleh : Much. Nur Daim. NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. latar Belakang

IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SURAKARTA 1 THESIS

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN BAB I

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah sebagai salah satu sarana untuk mencetak generasi yang

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

Dinamika Sosial Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Pada Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang ada di sekolah dengan orang tua murid/masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

PENGARUH PANGKAT, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN POLA MANAJERIAL KEPALA SD NEGERI TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INSTITUT INDONESIA KUTOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidik penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendirian Madrasah aliyah sawasta (MA) memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna

Transkripsi:

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS Disusun oleh : AGUS SUHONO N I M. : Q 100040102 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sekolah PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu jawaban menghadapi tantangan era globalisasi, maka guna menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang makin handal merupakan tugas yang harus diemban oleh lembaga-lembaga ataupun pelaksana pendidikan. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong, adalah lembaga pendidikan menengah setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dituntut agar dapat melakukan reorientasi dan redefinisinya agar sepadan dan bahkan selangkah lebih maju dibandingkan SLTA umum yang lain di dalam menyiapkan kompetensi sumber daya yang dimiliki, serta pengelolaan input, proses dan outputnya. Inovasi terhadap pendidikan selalu dilakukan pemerintah terutama mengenai materi pendidikan agar dapat menyentuh kebutuhan riil kehidupan yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat guna menunjang kemajuan peradaban manusia. Untuk itulah dikeluarkan kurikulum baru yakni; Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, sekalipun pelaksanaan secara riil baru dalam tahap persiapan atau permulaan. Hasil analisis yang mendalam terhadap keadaan dan kebutuhan nyata peserta didik, menunjukkan perlunya pembaharuan kurikulum agar dapat menghadapi tantangan masa depan secara mandiri, kritis, rasional dan kreatif. (Boediono, 2002 : 3). 1

Perbaikan kurikulum harus mengacu kepada agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa karena perencanaan pembangunan pendidikan tidak akan pernah selesai dan berhenti di satu titik. Suyanto dalam (Barnadib, 2002 : 87). Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan langkah pembaharuan dan pemberdayaan dalam rangka sistem pendidikan nasional. (Hardjo Soemantri, 2002 : VII). Di sisi lain pembangunan pendidikan diarahkan pada sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi pendidikan. Akibat sistem pendidikan yang bersifat sentralistik dan menekankan keseragaman atau uniformitas telah menyebabkan banyak penderitaan terhadap proses panjang perjalanan pendidikan di Indonesia Djohar dalam (Pembayun, 2002 : 11). Menunjukkan gejala-gejala tidak sehat atau penderitaan pendidikan seperti yang terjadi pada pendidikan kita sekarang tidak dapat dibanggakan karena sangat membelenggu, sebagai akibat sistem sentralistik pendidikan. Dampak lain adalah munculnya ketidakberdayaan akibat kehilangan kemerdekaan dalam komponen penyelenggaraan pendidikan, tidak mampu mengakomodasi pluralisme dan diskriminatif, serta menggali potensi-potensi yang dimiliki. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kurikulum yang didesain dengan didasarkan pada pengertian, struktur, dan pelaksanaan kurikulum. Ada empat pilar yang menopang KBK, yaitu Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah. (Boediono, 2002 : 7), Keempat pilar tersebut menjadi satu sistem KBK yang saling bersinergi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Dalam pengertian kurikulum yang menjadi fokus adalah pengertian kompetensi dan kurikulum yang

berbasis kompetensi, prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum, komponenkomponen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), tujuan penyelenggaraan sekolah dan kompetensi lulusan. Dalam struktur kurikulum yang berbasis kompetensi, fokus perhatian diarahkan pada jenjang pendidikan yang dimulai dari jenjang terendah yaitu, Taman Kanak-kanak dan Raudhotul Athfal, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Fokus perhatian dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah : pengorganisasian kurikulum, pembelajaran, dan penilaian. Di sisi lain rendahnya kualitas sumber daya manusia dikarenakan rendahnya mutu pendidikan. Adanya sinyalemen lebih dari tiga perempat TKI yang dikirim ke Singapura, Malaysia, Hongkong, Arab Saudi hanya berkelas sebagai pembantu rumah tangga, buruh bangunan, buruh pekerjaan, sopir, dan tukang kayu. Kualitas pengetahuan mereka yang rendah dan ditambah minimnya kemampuan berbahasa Inggris menyebabkan para pekerja itu hanya di level pembantu rumah tangga, buruh, dan tukang. Hal tersebut menandakan bahwa kualitas pendidikan kita rendah, sehingga menyebabkan bangsa Indonesia semakin terpuruk dalam krisis multidimensional. Oleh karena itu diupayakan peningkatan mutu pendidikan baik secara formal maupun non formal dalam rangka mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan terhadap sistem secara menyeluruh. Dalam hal ini bisa dilakukan secara konvensional maupun secara inovatif oleh pemerintah. Namun kenyataan yang terjadi pada pendidikan di negara kita perhatian pemerintah belum optimal.

Sebagaimana dikatakan oleh; Prof. Dr. Sudijarto Ketua Umum Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Undang-undang Dasar Negara didunia ini khususnya di Asia Tenggara hanya UUD Republik Indonesia yang secara jelas menyebutkan katakata ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun ironisnya, kenyataan menunjukkan bahwa berbagai ketimpangan terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Diantaranya perhatian pemerintah dan masyarakat masih sangat kurang di dalam usaha meningkatkan kualitas manusia Indonesia dibanding dengan negaranegara tetangga lain. (Tilaar, 2002 : 85). Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan dengan cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum merupakan sebuah sarana atau alat dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kunci utama untuk mencapai keberhasilan tujuan sekolah terletak pada kurikulum, yang merupakan jantung dalam proses pendidikan (Sukmadinata, 2002 : 24), jadi kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam proses pendidikan di dalam semua jenjang dan jenis sekolah, kurikulum mengarah segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Sebagai upaya pengembangan kurikulum, pemerintah berusaha melakukan penyempurnaan kurikulum menjadi kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal sebagaimana yang disampaikan (Karim, 2002 : 1) secara yuridis perlunya penyempurnaan Kurikulum 1994 dan suplemennya termaksud dalam GBHN tahun 1999 yang berbunyi sebagai berikut : Dalam bidang pendidikan perlu melakukan pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusun kurikulum yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis secara prefesional. Untuk proses Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada jenjang sekolah tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena ada banyak unsur yang sangat berpengaruh secara signifikan, dalam hal ini akan dikaji

pada sisi kesiapan Sekolah Menengah Atas Negeri dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Keterlibatan guru dan stackholders dalam pengambilan keputusan-keputusan SMA juga mendorong rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap SMA yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut sebagaimana yang termaksud dalam tujuan utama dimunculkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), adalah memandirikan dan memberdayakan SMA dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan atau potensi yang ada. Selanjutnya diharapkan pemberian wewenang (otonomi) kepada kepala sekolah diharapkan dapat mendorong SMA untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Di samping lulusan yang kompeten, peningkatan mutu dalam KBK antara lain akan diperoleh melalui reformasi SMA (school reform), yang ditandai dengan peningkatan partisipasi orang tua, kerjasama dengan dunia industri, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesional guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan budaya mutu dalam suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan akan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), memberi peluang bagi guru dan pengelola SMA untuk melakukan inovasi dan improvisasi di SMA, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreatifitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Upaya melibatkan

masyarakat dalam pengembangan kurikulum mendorong SMA untuk lebih terbuka, demokratis dan bertanggung jawab. Pemberian kebebasan yang lebih luas memberi kemungkinan kepada SMA untuk dapat menemukan jati dirinya dalam membina peserta didik, guru dan petugas lainnya yang ada di lingkungan SMA. Dengan demikian, SMA diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang diharapkan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat, berorientasi pada hasil (output), dan dampak (outcome), serta melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan secara terus menerus dan berkelanjutan. Hal tersebut diperlukan terutama untuk menjamin mutu secara menyeluruh (total quality), dan menciptakan proses perbaikan yang berkesinambungan (continues improvement); karena perbaikan tak kenal kata berhenti. Karena kurikulum yang ditawarkan merupakan bentuk operasional desentralisasi pendidikan yang akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini, maka pembaharuan ini harus diwaspadai dengan mengkaji berbagai sumber dan mendesiminasikannya kepada berbagai pihak terutama pada pelaksana dan calon pelaksana di lapangan, agar tidak salah tafsir dan salah kaprah dalam penerapannya. Faktor lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kesiapan aparat palaksananya. Kesiapan ini sangat ditentukan oleh para pelaku (guru). Kesiapan ini juga menyangkut kemampuan dalam mengajukan argumentasi, rasionalisasi dan berbagai sudut pandang untuk mendukung perlu diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK). Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu kajian dan penelitian tentang kesiapan-kesiapan apa saja yang

dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang diharapkan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen dilaksanakan tahun pelajaran 2004/2005 mulai Kelas X semester I. Hal-hal tersebut menjadi dasar pemikiran penulis, hingga sejauh mana kesiapan SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen di dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis memandang bahwa pemahaman dan kesiapan Kepala Sekolah, Guru serta Staff, dan kelengkapan sarana prasarana memegang peranan yang sangat menentukan dalam mengantarkan keberhasilan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) termasuk analisis potensi, kebutuhan, dan permasalahan yang dihadapi dalam setting persekolahan, yang dalam hal ini adalah lingkungan SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen. Berdasarkan survei pendahuluan dari penelitian ini diperoleh banyak informasi tentang masalah yang dihadapi dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen, diantaranya masalah yang dapat teridentifikasi.

1. Belum sepenuhnya memahami baik Kepala Sekolah, Guru dan Staff serta Siswa mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dilaksanakan. 2. Belum tersedia sarana dan prasarana yang memadai, guna mendukung pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK). 3. Belum maksimalnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasisi Kompetensi (KBK). 4. Belum dilaksanakan sepenuhnya bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan (akuntabilitas). 5. Belum maksimalnya dorongan dan harapan untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. 6. Kurangnya kerjasama (team work) terhadap seluruh warga sekolah. 7. Belum optimalnya usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan baik yang akademis maupun non akademis. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini dibatasi pada lingkup pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen. Sedangkan pokok permasalahan yang diungkap. 1. Pemahaman Kepala Sekolah mengenai pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). 2. Pemahaman,dan kesiapan para guru di dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

3. Tanggapan mengenai pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). 4. Kesiapan sarana dan prasarana sebagai pendukung kelancaran pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut penulis mengemukakan rumusan tiga masalah. 1. Bagaimana pemahaman mengenai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen? 2. Bagaimana pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen? 3 Bagaimana tanggapan warga sekolah pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen, mengenai penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)? E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan di dalam penelitian ini. a. Untuk mengetahui pemahaman Kepala Sekolah, guru, karyawan dan siswa di dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen. b. Untuk mengetahui pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen

c. Untuk mengetahui tanggapan warga sekolah atas penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Kegunaan penelitian ini bermanfaat secara teoritis karena memberikan sumbangan dalam membangun konsep-konsep pemahaman dan kesiapan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penelitian ini menghasilkan temuan pada kesiapan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kometensi (KBK) pada SMA Negeri secara dini. Temuan tersebut berupa analisis, kendala-kendala yang ada, serta faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dengan deskripsinya adalah Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen. 2. Manfaat Praktis Kegunaan praktis hasil penelitian ini sebagai berikut. a. Dapat dijadikan data atau bahan masukan bagi pihak-pihak terkait, terutama untuk SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong, Stake holder, Departemen Pendidikan Nasional, dan warga masyarakat. b. Dapat dijadikan data masukan pihak-pihak pengelola pendidikan tentang pola pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan.

c. Dapat membantu warga sekolah SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen di dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).