IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **)

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KBK DI PERGURUAN TINGGI. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2004

Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Bervisi Moral di Sekolah Oleh: Anik Ghufron *)

Oleh: Anik Ghufron **)

Oleh: Anik Ghufron **)

PEMUTAKHIRAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Anik Ghufron 1. Kata kunci; pemutakhiran, kurikulum, dan perguruan tinggi.

KURIKULUM PROGRAM STUDI AGRIBISNIS YANG BERBASIS KOMPETENSI ABSTRAK

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bagian ini mengemukakan tiga pokok bahasan, yaitu kesimpulan hasil penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 74/KEP/UDN-01/VII/2007. tentang STANDAR KURIKULUM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

IMPLEMENTASI KURIKULUM BEBASIS KESETARAAN GENDER *) Oleh: Anik Ghufron **)

MASALAH & TANTANGAN. 6. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Melalui pendidikan akan melahirkan generasi-generasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

Oleh: Anik Ghufron **)

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah pelaksanaan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat besar dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, disinilah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. Dalam. pengamatannya, manajemen pendidikan di Indonesia masih belum

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KONSEP DASAR KURIKULUM 2004

Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Kegiatan Pembelajaran Oleh: Anik Ghufron *)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diamanatkan dalam Undang undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di satu sisi,

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

PENGEMBANGAN KURIKULUM PRODI S1 AKUNTANSI

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMUTAKHIRAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM. A. Rusdiana *

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

KURIKULUM PERGURUAN TINGGI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Observasi penulis pada kelas yang melakukan kegiatan pembelajaran fisika.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktual artinya benar-benar terjadi,

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2005

Implementasi Kurikulum

Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

USUL PENELITIAN PROYEK PGSM

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

PENGEMBANGAN KURIKULUM/SILABUS di PERGURUAN TINGGI. Wachyu Sundayana

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

By SRI SISWANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

Diah Pitaloka Handriani SMP Negeri 1 Surakarta

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran

Kompetensi yang Diharapkan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 TUGU KABUPATEN TRENGGALEK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

INTEGRASI NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN. Anik Ghufron FIP Universitas Negeri Yogyakarta (

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

KECAKAPAN HIDUP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATERI REAKSI REDOKS

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

14. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

policy? pedoman? metoda? model belajar? ?...?...?

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN SEKOLAH EFEKTIF (SEBUAH UJI COBA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

Arini Estiastuti (Staf Pengajar PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. laporan Programe for International Student Assessment (PISA) pada tahun

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

I PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

Visi Universitas Almuslim: Visi Universitas Almuslim adalah menjadi universitas unggul, professional, dan islami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

Chapter Report AAN SUKANDAR NIM

penemuan (discovery atau invention). 3. Lima tipe inovasi; produk, proses, pemasaran, organisasi, dan bisnis.

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP

Transkripsi:

IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **) Dalam Oxford Advanced Learner s Dictionary dinyatakan bahwa implikasi memiliki arti; (1) implicating or being implicated, dan (2) what is implied; something hinted at or suggested, but not expressed. Dengan demikian, yang dimaksud dengan implikasi pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi bagi sekolah/madrasah, siswa, dan orang tua adalah anjuran atau usulan apa sajakah yang bisa diberikan kepada sekolah/madrasah, siswa, dan orang tua sebagai dampak diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi. Berdasarkan pengertian di atas, idealnya, implikasi akan muncul setelah atau paling tidak kurikulum berbasis kompetensi sedang diberlakukan atau berlangsung, namun karena pada saat ini kurikulum berbasis kompetensi sedang diujicobakan dan akan diberlakukan secara nasional pada tahun 2004/2005 (Dirjen Dikdasmen Depdiknas, 2001) maka implikasi yang dikemukakan di sini masih bersifat tentatif. Oleh karena itu, apa yang akan saya kemukakan di sini lebih bersifat pengandai-andaian. Mudah-mudahan pengandai-andaian saya ini menjadi bahan diskusi yang menarik bagi upaya menyongsong pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Mengapa dan apa? Kurikulum berbasis kompetensi yang akan diberlakukan di sekolah pada masa mendatang bukannya tanpa pertimbangan. Salah satu hal yang melatarbelakangi perlunya menerapkan kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum 1994 kurang *) Makalah disajikan dalam acara Simposium Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III pada tanggal 28 April 2002. **) Penulis adalah dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

2 mengakomodasikan kemampuan mencerna konteks-konteks perubahan yang sangat cepat terjadi pada masa kini (Budiono dan Ella Yulaelawati, 1999). Padahal, untuk mampu bersaing dengan bangsa lain diperlukan sejumlah sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dalam makna komparatif dan kompetitif. Setidaknya, kita tidak sekedar sebagai obyek dari arus globalisasi akan tetapi yang diharapkan adalah menjadi subyek atau pelaku globalisasi di berbagai aspek kehidupan. Apa yang dimaksud dengan kurikulum berbasis kompetensi? Saylor dan kawankawan (1981) mengatakan. a design based on specific competencies is characterized by specific, sequential, and demonstrable learning of the task, activities, or skill which constitute the acts to be learned and performed by student. Kurikulum berbasis kompetensi adalah suatu rencana dan pengaturan mengenai seperangkat kemampuan yang harus dipelajari, dikuasai, dan ditampilkan peserta dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar. Seperangkat kemampuan yang harus dipelajari, dikuasai, dan ditampilkan peserta didik, pada akhirnya, haruslah menggambarkan sebuah profil yang utuh, measurable, dan observable. Berdasarkan uraian di atas ada dua konsep dasar yang perlu dikemukan yaitu konsep human competence, yang menunjuk pada kemampuan nyata yang ditampilkan dan konsep mastery learning, di mana peserta didik akan mampu menguasai seperangkat kemampuan manakala diberikan pembelajaran yang bermutu dan waktu yang cukup. Kedua konsep dasar tersebut merupakan acuan bagi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, baik pada tahap perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

3 Implikasi bagi Sekolah/Madrasah, Siswa, dan Orang Tua Apa implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi bagi sekolah/madrasah, siswa, dan orang tua? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu perlu diketahui dan dipahami kedudukan dan peran ketiga pihak tersebut dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. Bertitik tolak dari kedudukan dan peran masing-masing pihak tersebut kemudian dirumuskan tentang apa yang sebaiknya perlu diupayakan sehingga pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dapat berlangsung secara optimal. Apabila dilihat dari tingkatan pengembangan kurikulum, sekolah berada pada tingkatan terbawah yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses transmisi dan transformasi pengalaman belajar kepada peserta didik. Dengan kedudukannya yang demikian, tidaklah berlebihan manakala sekolah dikatakan sebagai institusi esensial bagi keberlangsungan dan keberhasilan program-program yang telah terumuskan dalam rancangan kurikulum, apalagi dengan diterapkannya pendekatan school based management. Setidaknya, pihak sekolah/madrasah memiliki kewenangan dan otorita yang lebih mandiri dalam menjabarkan dan mengembangkan apa-apa yang terumuskan dalam rancangan kurikulum yang berlaku. Bagaimana kaitannya dengan kurikulum berbasis kompetensi? Mengacu pada rumusan yang dibuat Balitbang Depdiknas (Dirjen Dikdasmen Depdiknas, 2001), di mana sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan silabus atau GBPP mata pelajaran menunjukkan bahwa sekolah memiliki tanggung jawab yang lebih otonom untuk mengembangkan uraian materi, strategi penyampaian, dan alokasi waktu yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat. Dengan demikian, sekolah bukan sekadar

4 berperan sebagai pelaksana, akan tetapi berperanan pula sebagai pengembang kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat. Implikasi yang bisa dikemukakan sehubungan dengan kedudukan dan peran sekolah yang sangat sentral bagi keberlangsungan dan keberhasilan kurikulum berbasis kompetensi adalah apabila sekolah ingin tetap eksis dan berperan sebagai pihak terdepan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi secara efektif dan adaptabel maka ia dituntut mampu menjabarkan dan mengembangkan terhadap apa-apa yang terumuskan dalam kurikulum. Ini berarti bahwa pihak sekolah dituntut; (1) proaktif mencari informasi tentang berbagai perubahan dan kecenderungan yang sedang berlangsung dengan memperhatikan masukan-masukan dari segenap stakeholder dalam rangka pemutakhiran materi pembelajaran, (2) mampu mengubah etos kerja dan kultur akademik warga sekolah. Etos kerja yang tinggi dan kultur akademik yang baik perlu dimiliki para warga sekolah jika mengharapkan keberlangsungan dan kesuksesan implementasi kurikulum berbasis kompetensi di sekolah, dan (3) menyediakan berbagai fasilitas belajar yang mendukung bagi implementasi kurikulum berbasis kompetensi, misalnya ruang belajar, buku pelajaran, perpustakaan, dan laboratorium sains dan komputer. Siswa merupakan pihak yang akan menerima dan memperoleh seperangkat kemampuan yang terumuskan dalam kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini, siswa perlu diposisikan sebagai subjek dari implementasi kurikulum. Kurikulum bukan diperuntukkan bagi guru, akan tetapi diperuntukkan bagi siswa. Dengan posisi yang demikian maka sepantasnya apabila mereka dilibatkan dalam mengembangkan program-program pembelajaran yang mendukung implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Saylor dan kawan-kawan (1981) mengatakan as a

5 member of the learner population, they also have opportunities related to their level of maturaty to help in planning the total program; in this process of curriculum planning they participate but not necessarily have lead. Oleh karena itu, prinsip-prinsip; student centered, siswa aktif, dan ketrampilan proses perlu diperhatikan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Implikasinya adalah siswa dituntut mampu berpartisipasi secara aktif dalam menjabarkan, mengembangkan, dan mengimplementasikan aspek-aspek kurikulum yang mendukung bagi terbentuknya suatu profil lulusan sebagaimana yang terumuskan dalam kurikulum. Hal ini berarti bahwa setiap siswa dituntut memiliki kemampuankemampuan; (1) kreatif dan inovatif dalam belajar, (2) menciptakan suasana kompetitif dalam belajar, (3) menghargai dan menghormati setiap warga sekolah, (4) mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ipteks yang sedang terjadi di masyarakat, untuk selanjutnya dibawa ke sekolah sebagai bahan masukan bagi peningkatan kualitas sekolah, dan (5) sense of belongingness terhadap berbagai program sekolah. Orang tua dapat dikatakan sebagai salah satu pihak yang ikut bertanggungjawab bagi kesuksesan program-program sekolah. Artinya, keberhasilan sekolah sangat ditentukan seberapa jauh tingkat partisipasi orang tua terhadap implementasi programprogram yang diselenggarakan sekolah. Ada korelasi antara kemajuan dan kualitas sekolah dengan tingkat kesadaran orang tua terhadap pendidikan anaknya. Implikasinya adalah orang tua dituntut berpartisipasi aktif dalam merancang dan mengembangkan program-program sekolah. Hal ini berarti bahwa pihak orang tua perlu; (1) memiliki kesadaran terhadap arti penting pendidikan bagi anaknya, (2) menyediakan berbagai fasilitas belajar yang diperlukan anaknya, dan (3) melakukan pertemuan rutin

6 dengan pihak sekolah guna memikirkan dan mencari solusi terhadap berbagai problem yang dialami sekolah. Tolok Ukur Keberhasilan Berbicara tentang tolok ukur keberhasilan kurikulum berbasis kompetensi tidak bisa dilepaskan dari persoalan indikator-indikator pencapaian hasil belajar. Demikian pula, tidak bisa dilepaskan dari kualitas outcame sekolah. Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk menentukan tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi kalau hanya melihat nilai rapor siswa yang berupa angka-angka. Sekadar rambu-rambu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut; (1) siswa dikatakan menguasai seperangkat kemampuan yang dituntut kurikulum manakala mereka mampu menguasai terhadap apaapa yang terumuskan dalam kurikulum, baik content standards maupun performace standards, sesuai dengan indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan sebelumnya, (2) implementasi kurikulum berbasis kompetensi dikatakan berhasil manakala segenap aspek-aspek kurikulumnya telah berjalan sebagaimana semestinya, dan (3) implementasi kurikulum berbasis kompetensi dikatakan berhasil manakala mampu memberi pengalaman belajar siswa sesuai dengan kebutuhan pihak pemakai. Buku rujukan Budiono dan Ella Yulelawati. 1999. Penyusunan Kurikulum Berbasis Kemampun. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 019, Tahun Ke-5 Oktober 1999. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Depdiknas. 2001. Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education, High-Based Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

7. 2001. Kebijaksanaan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dasar dan Menengah (Bahan Revisi). Jakarta: Balitbang Depdiknas. Ibrahim, R. 2002. Standar Kurikulum Satuan Pendidikan dan Implikasi bagi Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi. Mimbar Pendidikan. No. 1 Tahun XXI 2002. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Saylor J.G. dan kawan-kawan. 1981. Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. Fourth Edition. Japan: Holt, Rinehart and Winston.