RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit kerja, sehingga anggaran daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses perencanaan pembangunan daerah. Anggaran juga merupakan cermin finansial ekonomi masyarakat serta pilihan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan kewajibannya pemerintah daerah perlu melakukan dua hal, yaitu (1) pengumpulan sumber daya dari masyarakat secara efisien yang terkumpul dalam komponen Pendapatan, (2) pengalokasian dan penggunaan sumber daya secara responsif, efektif, dan efisien kedalam anggaran yang direfleksikan dalam komponen Belanja. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat disusun dengan memperhatikan kondisi eksternal dan internal, alokasi pembiayaan pembangunan dari APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 diarahkan untuk 49 program yang terdapat dalam dokumen Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan melihat 10 isu strategis dengan mengutamakan 11 prioritas pembangunan daerah yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) Tahun 2007. Kebijakan Pendapatan Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar dan merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah tersebut dirinci menurut organisasi SKPD, kelompok, jenis, objek dan rincian objek pendapatan. Menurunnya kinerja kondisi ekonomi makro nasional berpengaruh sangat signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, terutama sektor pajak daerah yang paling terkena dampak adalah penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) kendaraan baru. Tahun 2006 terjadi penurunan pendapatan. Namun demikian ada peningkatan pendapatan dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB). Tahun Anggaran 2007 diharapkan kondisi perekonomian nasional akan membaik selain akan dilakukan terobosan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan di luar pajak daerah. Memperhatikan kondisi tersebut di atas, kebijakan pendapatan daerah tahun 2007 diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan dengan laju pertumbuhan sebesar 14,28% dengan asumsi prasyarat yang dibutuhkan untuk peningkatan retribusi daerah dipenuhi dan kondisi perekonomian makro membaik. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan tersebut adalah : Kebijakan Belanja Berpedoman pada prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2007 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Belanja daerah tahun 2007 akan dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan Kota. 1
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan dan dapat diukur dengan capaian prestasi kerja yang telah ditetapkan. Kelompok belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja yang bersifat strategis, dengan nilai yang besar, dapat dilaksanakan dengan menetapkan belanja multi years dan atau turn key yang pengalokasian dananya disepakati oleh DPRD. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan kegiatan yang dilaksanakan dan sukar diukur dengan capaian prestasi kerja yang ditetapkan. Adapun yang termasuk dalam belanja tidak langsung adalah belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Kebijakan Belanja secara umum dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Penetapan pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan dalam setiap misi hendaknya proporsional. 2. Secara kewilayahan belanja daerah harus disusun secara adil dan proporsional. Adapun daerah-daerah dengan permasalahan khusus perlu diadakan anggaran penyeimbang Kebijakan Belanja Program Belanja program adalah alokasi belanja APBD Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat. Alokasi belanja program tahun 2007 didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan adalah sebagai berikut : 1). Alokasi belanja ditetapkan berdasarkan indeks relevansi anggaran dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2007 dengan merujuk pada prioritas pembangunan daerah 2007. 2). Proporsi belanja difokuskan pada target pencapaian IPM 76.60 dengan tiga indikator yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kebijakan Belanja Bantuan Keuangan Belanja bantuan keuangan diberikan kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota serta organisasi kemasyarakatan. Kebijakan yang menjadi dasar alokasi bantuan keuangan tersebut adalah sebagai berikut : 1). Bantuan keuangan kepada kabupaten dan kota berupa block grant dan spesific grant. 2). Alokasi bantuan keuangan kabupaten dan kota dibagi menjadi dana pemerataan, dana proporsional dan dana penyeimbang. 3). Dana pemerataan dialokasikan sama untuk setiap kabupaten dan kota 4). Dana proporsional dialokasikan berdasarkan perhitungan indeks kabupaten dan kota yang berdasarkan penilaian terhadap indeks pendidikan, indeks kesehatan, indeks daya beli, luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, PDRB per kapita, pendapatan asli daerah, proporsi pengangguran dan proporsi kawasan lindung. 2
5). Dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel kualitatif seperti ibu kota provinsi, kabupaten dan kota yang berbatasan dengan provinsi lain serta kabupaten dan kota yang akan menyelenggarakan event khusus yang berskala nasional atau regional. 6). Bantuan organisasi kemasyarakatan dialokasikan berdasarkan tingkat kepentingan yang dinilai berdasarkan proposal yang diajukan. 7). Kriteria kegiatan bantuan kabupaten dan kota serta organisasi kemasyarakatan harus berada dalam koridor sebagai berikut : mendukung secara signifikan upaya peningkatan IPM Jawa Barat, menanggulangi masalah kemiskinan, menanggulangi masalah pengangguran serta meningkatkan upaya pelestarian lingkungan. Kebijakan Belanja Khusus Alokasi belanja dalam APBD juga dilaksanakan berdasarkan kebijakan khusus yang ditetapkan oleh pimpinan daerah yang antara lain terdiri dari : 1). Program Pendanaan Kompetisi 2). Program Raksa Desa 3). Pemilihan Kepala Daerah Provinsi dan Kabupaten dan Kota secara langsung 4). Penanganan masalah persampahan di Metropolitan Bandung 5). Peningkatan pelayanan di kawasan ekonomi khusus 6). Penanggulangan Kemiskinan 7). Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kebijakan Pembiayaan Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat. Pengaturan tentang kebijakan pembiayaan dalam APBD telah diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Bab Keuangan Daerah. Berdasarkan Pasal 174 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, apabila APBD diperkirakan surplus maka penggunaannya dapat diarahkan untuk pengeluaran pembiayaan yang mencakup : pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo; penyertaan modal (investasi daerah); dan transfer ke rekening dana cadangan. Namun apabila APBD diperkirakan defisit, penggunaannya dapat didanai dari penerimaan pembiayaan yang terdiri dari : sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu; transfer dari dana cadangan; hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan pinjaman daerah. 3
Ringkasan Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2007 JUMLAH BERTAMBAH/ BERKURANG KODE URAIAN TA. (n-1) Proyeksi TA. (n) Rp % Tahun 2006 Tahun 2007 1 PENDAPATAN DAERAH 4,506,395,056,734.03 5,149,869,615,512.00 643,474,558,777.97 14.28 1 1 Pendapatan Asli Daerah 3,399,855,351,734.03 3,627,802,762,512.00 227,947,410,777.97 6.70 1 1 1 Pajak Daerah 3,226,532,497,766.20 3,425,187,030,000.00 198,654,532,233.80 6.16 1 1 2 Retribusi Daerah 24,179,210,750.00 28,510,637,623.00 4,331,426,873.00 17.91 1 1 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 105,138,232,321.00 115,486,000,000.00 10,347,767,679.00 9.84 1 1 4 Lain-lain Pendapatan Asli 44,005,410,896.83 58,619,094,889.00 14,613,683,992.17 33.21 Daerah yang sah 1 2 Dana Perimbangan 1,106,539,705,000.00 1,522,066,853,000.00 415,527,148,000.00 37.55 1 2 1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 540,786,705,000.00 588,630,853,000.00 47,844,148,000.00 8.85 1 2 2 Dana Alokasi Umum 565,753,000,000.00 933,436,000,000.00 367,683,000,000.00 64.99 1 2 3 Dana Alokasi Khusus 1 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 1 3 1 Hibah 1 3 2 Dana Darurat 1 3 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya 1 3 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1 3 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya 2 BELANJA DAERAH 4,923,245,318,247.04 5,281,083,679,606.84 401,758,567,214.80 8.16-2 1 Belanja Tidak Langsung 3,389,397,760,425.04 3,309,327,862,592.52 (80,069,897,832.52) (2.36) 2 1 1 Belanja Pegawai (Gaji dan 468,968,186,425.11 714,818,238,942.00 245,850,052,516.89 52.42 Tunjangan PNS) 2 1 2 Belanja Bunga - 250,000,000.00 250,000,000.00 2 1 3 Belanja Subsidi - 24,550,000,000.00 24,550,000,000.00 2 1 4 Belanja Hibah - 102,335,000,000.00 102,335,000,000.00 2 1 5 Belanja Bantuan Sosial - 102,000,000,000.00 102,000,000,000.00 2 1 6 Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota 2 1 7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Kel/Desa 1,145,957,997,703.37 1,344,162,607,790.00 198,204,610,086.63 17.30 1,009,703,327,853.00 961,212,015,860.52 (48,491,311,992.48) (4.80) 2 1 8 Belanja Tidak Terduga 82,637,380,649.21 60,000,000,000.00 (22,637,380,649.21) (27.39) Belanja Langsung 1,927,788,035,319.00 1,971,755. 817,014.32 43,967,781,695.32 2.28 2 3 Belanja Pegawai 405,077,695,467.00 414,316,453,752.47 9,238,758,285.47 2.28 2 4 Belanja Barang dan Jasa 974,657,309,791.00 996,886,683,062.09 22,229,373,271.09 2.28 2 5 Belanja Modal 548,053,030,061.00 560,552,680,199.76 12,499,650,138.76 2.28 Surplus/(Defisit) (416,850,261,513.01) (131,214,064,094.84) 285,636,197,418.17 (68.52) 3 PEMBIAYAAN DAERAH 3 1 Penerimaan Pembiayaan 597,764,790,658.01 419,179,953,239.84 (134,664,631,563.17) (22.53) 4
KODE URAIAN 3 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) JUMLAH BERTAMBAH/ BERKURANG TA. (n-1) Proyeksi TA. (n) Rp % Tahun 2006 Tahun 2007 597,764,790,658.01 419,179,953,239.84 (134,664,631,563.17) (22.53) 3 1 2 Pencairan Dana Cadangan 3 1 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3 1 4 Penerimaan Pinjaman Daerah 3 1 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 3 1 6 Penerimaan Piutang Daerah 3 2 Pengeluaran Pembiayaan 180,914,529,145.00 287,965,889,145.00 107,051,360,000.00 59.17 3 2 1 Pembentukan Dana 50,000,000,000.00 100,000,000,000.00 50,000,000,000.00 100.00 Cadangan 3 2 2 Penyertaan Modal (Investasi) 120,448,640,000.00 187,500,000,000.00 67,051,360,000.00 55.67 Daerah 3 2 3 Pembayaran Pokok Utang 465,889,145.00 465,889,145.00 - - 3 2 4 Pemberian Pinjaman Daerah 10,000,000,000.00 (10,000,000,000.00) (100.00) Pembiayaan Neto 416,850,261,513.01 131,214,064,094.84 (285,636,197,418.17) (68.52) 3 3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) 0.00 0.00 0.00 Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah, Ttd. Lex Laksamana 5