DEFORMASI GELOMBANG DI PANTAI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA

POLA ANGIN PEMBANGKIT GELOMBANG YANG BERPENGARUH ATAS MORFOLOGI DAN BANGUNAN PANTAI DI SEKITAR MAKASSAR

PREDIKSI GELOMBANG SIGNIFIKAN SEKITAR PANTAI MAKASSAR UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR PANTAI

Pola Angin Pembangkit Gelombang yang Berpengaruh atas Morfologi dan Bangunan Pantai di Sekitar Makassar

ANALISIS TRANSFORMASI DAN SPEKTRUM GELOMBANG DI PERAIRAN BALONGAN, INDRAMAYU, JAWA BARAT

KAJIAN REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

STUDI POLA TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN KOTA TEGAL

KONDISI GELOMBANG DI WILAYAH PERAIRAN PANTAI LABUHAN HAJI The Wave Conditions in Labuhan Haji Beach Coastal Territory

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

KAJIAN PENJALARAN DAN TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN TANJUNG KELIAN KABUPATEN BANGKA BARAT

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

BAB II TEORI TERKAIT

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG PADA RENCANA BANGUNAN PELABUHAN DI TANJUNG BONANG, KABUPATENREMBANG Radhina Amalia, Warsito Atmodjo, Purwanto*)

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

DINAMIKA TRANSFORMASI GELOMBANG MENGGUNAKAN MODEL CMS-WAVE (COASTAL MODELLING SYSTEM - WAVE) DI PANTAI BOOM TUBAN, JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU. Birhami Akhir 1, Mas Mera 2 ABSTRAK

ANALISIS REFRAKSI GELOMBANG LAUT BERDASARKAN MODEL CMS- Wave DI PANTAI KELING KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

TINJAUAN PUSTAKA Gelombang

UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Pola Difraksi Gelombang Di Sekitar Breakwater Sejajar Pantai Ditinjau Berdasarkan Studi Numerik Dan Model Fisik

STUDI PENGAMAN PANTAI DI DESA SABUAI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

STABILITAS ARMOR BREAKWATER MENGGUNAKAN KANTONG BATUAN ARMOUR BREAKWATER STABILITY USING ROCK POCKETS

KAJIAN PENGARUH BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG TIPE SAMBUNG PANTAI TERHADAP GELOMBANG LAUT DI PELABUHAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

BAB II STUDI PUSTAKA

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan

Pengantar MK Proses Pantai

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

ANALISIS STATISTIK GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK PELABUHAN BELAWAN DIO MEGA PUTRI

BAB III DATA DAN ANALISA

ANALISIS DEFORMASI GELOMBANG DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT Amalia Dewi *), Purwanto *), Denny Nugroho Sugianto *)

PENGARUH FASILITAS PELABUHAN TERHADAP PANTAI LABUHAN HAJI The Effect of Port Structure on Labuhan Haji Beach

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut Jawa. - Sebelah Timur : Berbatasan dengan DKI Jakarta. Kabupaten Lebak.

PERENCANAAN JETTY DI MUARA SUNGAI RANOYAPO AMURANG

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

ANALISIS KARAKTERISTIK TINGGI GELOMBANG EKSTREM DAN NILAI TRANSFOMRASI GELOMBANG PANTAI KUTA BALI. Muhamad Adi Nurcahyo, Engki A.

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

LONGSHORE CURRENT DAN PENGARUHNYA TERHADAP TRANSPORT SEDIMEN DI PERAIRAN PANTAI SENDANG SIKUCING, KENDAL

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

POLA TRANFORMASI GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RCPWave PADA PANTAI BAU-BAU, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG UNTUK ANALISA EFEKTIVITAS LAYOUTBREAKWATER DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN LARANGAN, KABUPATEN TEGAL

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu

Pemodelan Perubahan Morfologi Pantai Akibat Pengaruh Submerged Breakwater Berjenjang

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

PENGAMANAN PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

HALAMAN PENGESAHAN. Disusun oleh : LEONARDUS LOAN RAH UTOMO L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : Oktober 2010

Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air oleh Batimetri dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi

ANALISA PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP SEBARAN GUMUK PASIR DI PANTAI PARANGTRITIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ANALISA KARAKTERISTIK GELOMBANG UNTUK PEMBANGUNAN PANGKALAN PENDARTAN IKAN (PPI) ERI AMBON. Pieter Lourens Frans dan Isak Lilipory

Kajian Refraksi-Difraksi dan Transformasi Penjalaran Gelombang Laut di Perairan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu

Gambar 2.1. Definisi Daerah Pantai Sumber: Triatmodjo (1999)

ANALISIS TRANSFORMASI DAN SPEKTRUM GELOMBANG BERARAH DI PERAIRAN SAYUNG DEMAK JAWA TENGAH

Run-up dan Overtopping Gelombang Pada Off-shore Breakwater di Pantai Tirtamaya, Indramayu AgungWindadi *, HeryosoSetiyono *, SugengWidada * )

PERUBAHAN LUAS PESISIR DESA PERANCAK, BALI DITINJAU BERDASARKAN POLA REFRAKSI GELOMBANG

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembangkitan Gelombang oleh Angin

Transkripsi:

PROS ID I NG 2 0 1 5 HASIL PENELITIAN TEKNOLOGI TERAPAN Volume 9 : Desember 2015 Group Teknik Sipil ISBN : 978-979-127255-0-6 DEFORMASI GELOMBANG DI PANTAI MAKASSAR Frans Rabung, A.B. Muhiddin, M.P. Hatta, S. Malik Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 588111 e-mail: frabung@yahoo.com Abstrak Penelitian ini melanjutkan hasil dua penelitian sebelumnya yaitu Pola Angin Pembangkit Gelombang Yang Berpengaruh Atas Morfologi dan Bangunan Pantai di Sekitar Makassar dan Prediksi Gelombang-gelombang Signifikan Sekitar Pantai Makassar untuk Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Pantai. Pada penelitian ini dianalisa pengaruhpengaruh morfologi dan dasar laut dari pantai sekitar Makassar terhadap perjalanan gelombang-gelombang signifikan dari laut dalam hingga ke pantai, sehingga dapat diketahui tinggi dan arah gelombang yang langsung berpengaruh terhadap pantai dan bangunan di atasnya. Katakunci: gelombang, shoaling, difraksi, refraksi, gelombang pecah PENDAHULUAN Dalam tulisan terdahulu (Rabung and Nurfan, 2012) telah ditunjukkan bahwa meskipun secara umum teori-teori tentang angin musim di Indonesia mengatakan bahwa pada musim kemarau (April - Oktober) angin kering bertiup dari Tenggara (sekitar benua Australia) lalu setelah melewati garis katulistiwa berbelok menjadi dari arah Barat Daya, dan pada musim hujan (Oktober April) angin basah bertiup dari Timur Laut (lautan Pasifik) lalu setelah melewati garis katulistiwa berbelok menjadi dari arah Barat Laut, namun di pantai Makassar data angin kontinyu selama 20 tahun membuktikan bahwa teori-teori itu tidak sepenuhnya benar. Akibat karakter Indonesia yang kepulauan, banyaknya pulau dan selat mempengaruhi arah dan besarnya angin, sehingga pada setiap pantai akan unik adanya. Untuk pantai Makassar keadaannya ditunjukkan pada Gambar 1 sebagai hasil pengolahan data dari BMKG Wilayah IV Makassar, dimana arah angin terbanyak dan terbesar berasal dari Barat, Barat Laut dan Barat Daya berturut-turut. Gambar 1. Windrose dari seluruh data angin terbesar selama 20 tahun (Sumber: Rabung and Nurfan, 2012) TE10-1

Deformasi Gelombang di Pantai Makassar Rabung, Frans et al Tulisan selanjutnya (Rabung, Pongmanda and Suprapti, 2014) menyajikan hasil-hasil peramalan gelombang dari data angin dengan dua metode yaitu metode Fastest Mile Wind Speed menggunakan data wind gust terbesar dan metode Kecepatan Angin Rata-rata Harian Terbesar. Peramalan gelombang menggunakan nomograms Sverdrup- Munk-Bretschneider (SMB method) menurut SPM (CERC, 1984, Fig. 3-23) menghasilkan: Fastest Mile Wind Speed method : H mo = 2,3 m dengan T m = 4,7 s Kecepatan Angin Rata-rata Harian Terbesar : H mo = 3,0 m dengan T m = 9 s H mo adalah energy-spectral-based significant-wave height dan Tm adalah peak period of the wave spectrum. Metode SMB memberikan hasil H mo yang lebih besar, maka harga itulah yang menjadi dasar pembahasan selanjutnya. Ada pendapat bahwa periode gelombang T yang lebih cepat akan memberikan dampak yang lebih besar, akan tetapi model-model fisik sejak Hudson sampai Van Gent pada pemecah gelombang gundukan batu menunjukkan bahwa pengaruh itu dapat diabaikan, demikian pula pada pantai pasir rumus-rumus equilibirum beach profile dari Bruun dan Dean tidak mengandung pengaruh faktor T. Tentu saja masih ada kemungkinan bahwa terjadi gelombang-gelombang yang lebih besar dengan probability yang lebih kecil, tetapi dalam perencanaan konstruksi-konstruksi pelindung pantai dengan gundukan batu (rubble-mound breakwater atau revetment) atau pantai pasir seimbang (equilibirum beach profile) umumnya dipakai gelombang signifikan saja. Gelombang signifikan H mo yang berdasarkan spectrum energi gelombang dapat dianggap sama dengan gelombang signifikan yang berdasarkan perhitungan statistik H s (CERC, 1984, Eq. 3-14) yang mengikuti Rayleigh Distribution. Kalau memang dibutuhkan gelombang-gelombang yang lebih besar untuk keamanan perencanaan, maka hubungan-hubungan statistik Rayleigh Distribution dapat digunakan berdasarkan gelombang akar rata-rata kwadrat (H rms), dimana: H rms = 1 N N j=1 H j 2 (1) Selanjutnya hubungan antara harga rata-rata dari n% gelombang terbesar (H n) dengan gelombang akar rata-rata kwadrat (H rms) dan H s dapat dihitung sebagai berikut (Tabel 1): Tabel 1: Hubungan antara Hrms dan Hs dengan Hn (Sumber: CERC, 1984, pp 3-6 3-15) Simbol n % Hn/Hrms Hn/Hs H1 1 2,36 1,67 H10 10 1,80 1,27 Hs ~ Hmo 33 1,416 1 H 100 0,886 0,63 Berdasarkan data dari dua tulisan terdahulu yang disebutkan di atas, tulisan ini selanjutnya menganalisis deformasi (perubahan bentuk) gelombang laut dalam itu dalam perjalanannya dari laut dalam menuju pantai Makassar. Hal yang unik dengan pantai Makassar ialah bahwa ia dilindungi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang bertebaran di laut sebelah luar (Kepulauan Spermonde), sedang sebelah dalam ada deretan pulau karang (seperti pulau Lae-lae, pulau Kayangan) dan sand bars (gusung Panyoa, gusung Trabanusa dan lain-lain) yang berjajar sebagai pelindung pantai pada jarak sekitar satu sampai dua kilometer dari pantai. Situasi ini menyulitkan untuk melakukan analisis secara manual yang hanya dapat meninjau keadaan satu per satu, sehingga tulisan ini mencoba menyelesaikan persoalan dengan menggunakan aplikasi komputer Surface Water Modelling System (SMS). DEFORMASI GELOMBANG Deformasi gelombang adalah perubahan karakteristik gelombang seperti tinggi, panjang, periode, arah dan sebagainya akibat pengaruh perubahan kedalaman dasar laut, adanya hambatan pulau-pulau atau tanah meninggi di dasar laut, kemiringan dasar laut yang tidak sejajar dengan arah datangnya gelombang, dan lain-lain. Deformasi gelombang yang sering dihadapi adalah Gelombang Pecah, Shoaling, Difraksi, Refraksi dan Refleksi Gelombang. Secara manual masalah-masalah ini harus diselesaikan satu per satu, berurutan sesuai terjadinya. Teori-teori konvensional yang ada tidak memberikan suatu cara penyelesaian simultan bagaimana menghitung efek dari Shoaling, Difraksi dan Refraksi misalnya sekaligus. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Sipil Volume 9 : Desember 2015 TE10-2

PROS ID I NG 2 0 1 5 HASIL PENELITIAN TEKNOLOGI TERAPAN Volume 9 : Desember 2015 Group Teknik Sipil ISBN : 978-979-127255-0-6 Gelombang Pecah adalah bentuk deformasi gelombang yang paling ekstrim. Pada saat suatu gelombang pecah dia melepas seluruh energinya sekaligus kepada apa saja yang ada di sekitarnya. Kalau yang ada di sekitarnya adalah dinding (misalnya pemecah gelombang dinding beton) maka pelepasan energi itu akan diterima oleh dinding tersebut berupa pukulan yang keras; kalau yang ada adalah pemecah gelombang gundukan batu dengan kemiringan relatif landai atau pantai berpasir, maka energi itu dapat terserap kedalam pori-pori batuan atau pasir dengan tenang (wave energy dissipation). Kalau yang ada di sekitarnya hanya air maka energi itu akan lepas ke udara dan air sekitarnya. Setelah suatu gelombang pecah maka dia dipandang telah lenyap, walaupun sebenarnya sisa-sisa energinya dapat berupa gerakan air translasi (disebut arus) di tepi pantai atau diserap oleh gelombanggelombang lebih kecil di sekitarnya. Walaupun suatu gelombang telah lenyap karena pecah, namun gelombanggelombang lain yang lebih kecil tetap berjalan terus sampai terjadi kondisi yang mengharuskannya juga pecah. Kondisi yang menyebabkan suatu gelombang pecah dapat terjadi di laut dalam atau di laut dangkal. Laut dalam adalah perairan dimana rasio antara kedalaman air (d) dengan panjang gelombang (L) lebih besar dari 0,5 (d/l > 0,5). Laut dangkal adalah bila rasio antara kedalaman dan panjang gelombang lebih kecil dari 0,05 (d/l < 0,05). Laut dengan kedalaman di antaranya disebut laut transisi (0,05<d/L<0,5). Kondisi yang menyebabkan gelombang pecah di laut dalam (Gambar 2) adalah kecuraman gelombang yang melampaui yang diberikan oleh persamaan: H o L o = 0, 142 1 7 (2) Gambar 2. Kondisi untuk gelombang pecah di laut dalam (Sumber: CERC, 1984, p.2-129) Di laut dangkal atau transisi, kedalaman air yang semakin berkurang mulai mempengaruhi gelombang (Gambar 3). Gesekan tanah dasar laut menyebabkan lintasan partikel air tidak lagi berupa lingkaran melainkan elips; gelombang semakin tinggi sehingga akhirnya pecah pada keadaan: d b H b = 1, 28 atau sering juga dinyatakan dengan H b d b = 0, 78 (3) Gambar 3. Kondisi untuk gelombang pecah di laut dalam (Sumber: Google Image, kata kunci wave breakers) TE10-3

Deformasi Gelombang di Pantai Makassar Rabung, Frans et al dimana d b dan H b berturut-turut adalah kedalaman pecah dan tinggi gelombang pecah yang dikenal dengan istilah Breakers. Shoaling adalah istilah yang menggambarkan gelombang yang bergerak dari laut dalam memasuki laut dangkal dan mulai mengalami gesekan dari dasar laut. Akibatnya kecepatan gelombang berkurang lalu panjang gelombang pun memendek. Karena energi gelombang belum lepas (gelombang belum pecah) maka tinggi gelombang H semakin besar, sampai akhirnya pecah seperti yang telah diuraikan pada rumus (3). Sebelum gelombang itu pecah maka tinggi gelombang di suatu tempat di laut transisi atau dangkal dapat dihitung dengan mengalikan tinggi gelombang di air dalam (Ho) dengan suatu koefisien Ks yang dikenal sebagai Koefisien Shoaling. Namun karena prinsip perhitungan Ks adalah kekekalan energi maka pembahasan harus dilakukan bersamaan dengan Refraksi gelombang. Refraksi gelombang adalah peristiwa berbeloknya arah gelombang akibat arah datangnya gelombang tidak tegak lurus pantai. Gambar 4 mendiskripsikan peristiwa Shoaling dan Refraksi gelombang sekaligus. Akibat arah datangnya gelombang tidak tegak lurus kontur dasar laut maka orthogonal gelombang berbelok untuk mencapai keadaan keseimbangan terhadap gaya-gaya geseran dari dasar laut, terjadilah peristiwa Refraksi gelombang dengan koefisien refraksi Kr. Sementara itu peristiwa Shoaling juga terjadi karena laut semakin dangkal yang ditunjukkan oleh panjang gelombang L1 < L0. Subscript 0 pada Gambar 4 menyatakan keadaan pada laut dalam sedang subscript 1 menyatakan laut dangkal. Karena belum ada energi yang lepas maka jumlah energi atau tenaga gelombang di titik 0 harus sama dengan di titik 1. Dengan menyamakan rumus energi atau tenaga gelombang di titik 0 dan 1 dengan mudah akan diperoleh tinggi gelombang di titik 1 sebagai berikut: H 1 = K s K r H 0 (4) Gambar 4. Diagram untuk menjelaskan deformasi gelombang dari laut dalam yang mengalami refraksi dan shoaling sekaligus (Sumber: CEM, 2011) dimana K r = cos α 0 cos α 1 (5) dan K s = n 0 L 0 n 1 L 1 (6) sedang n = 1 4πd/L [1 + ] (7) 2 sinh {4πd/L} untuk laut dalam n0 = 0,5. Difraksi gelombang adalah peristiwa dimana gelombang yang datang terhalang oleh rintangan semisal pemecah gelombang atau pulau, sehingga gelombang tersebut membelok mengelilingi ujung rintangan lalu masuk ke daerah terlindung di belakang rintangan (Gambar 5). ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Sipil Volume 9 : Desember 2015 TE10-4

PROS ID I NG 2 0 1 5 HASIL PENELITIAN TEKNOLOGI TERAPAN Volume 9 : Desember 2015 Group Teknik Sipil ISBN : 978-979-127255-0-6 Gambar 5. Difraksi gelombang di titik P ujung rintangan ke titik A yang ditinjau (Sumber: Triatmodjo, 2010) Tinggi gelombang hasil difraksi di titik A yang ingi ditinjau, diberikan oleh persamaan: H A = K H P (8) dimana K = f(θ, β, r L ) (9) Nilai-nilai koefisien refraksi K untuk berbagai harga θ, β dan r/l telah dihitung dan dibuatkan tabel oleh Wiegel dan dimuat pada berbagai buku Teknik Pantai. Refleksi gelombang adalah peristiwa memantulnya gelombang yang menabrak dinding atau pantai. Gelombang datang yang tidak tegak lurus terhadap garis pantai akan dipantulkan kembali dengan sudut datang dan sudut kembali yang sama terhadap garis normal (tegak lurus) pantai, seperti bola bilyard terpantul di pinggir meja. Gelombang refleksi ini dapat menggerus pantai dan mengangkut material offshore atau longshore, terjadilah erosi pantai. Tinggi gelombang refleksi Hr bergantung kepada material yang ditabraknya, berongga atau padat, miring atau vertikal. Hubungan tinggi gelombang refleksi Hr dengan tinggi gelobang datang (incident wave) Hi dapat dinyatakan dengan rumus: H r = XH i (10) Tabel 2. Nilai koefisien refleksi X untuk berbagai keadaan bangunan (Sumber: Triatmodjo, 2010) Nilai koefisien refleksi X dapat dilihat di Tabel 2, hasil dari berbagai percobaan di laboratorium. Apabila gelombang datang tegak lurus dan menabrak dinding vertikal yang padat maka nilai X = 1, terjadilah yang disebut standing wave, yaitu keadaan refleksi yang sempurna sehingga tinggi gelombang refleksi sama dengan gelombang datang. Karena teori gelombang menyatakan tinggi gelombang superposisi adalah jumlah dari tinggi masing-masing gelombang berarti tinggi standing wave adalah dua kali tinggi gelombang datang. Keadaan ini sangat berbahaya bila terjadi dalam daerah pelabuhan, dapat merusak bangunan dan mengganggu operasi pelabuhan. TE10-5

Deformasi Gelombang di Pantai Makassar Rabung, Frans et al SIMULASI DENGAN SMS Walaupun berbagai tabel dan nomogram untuk rumus-rumus yang diuraikan di atas telah disiapkan guna memudahkan menghitung deformasi gelombang, keadaan seperti pantai Makassar hampir mustahil dapat dianalisis secara manual. Gambar 6 berikut ini memperlihatkan pantai Makassar yang ditaburi ratusan pulau dan sand bars sehingga berbagai proses deformasi gelombang seperti yang telah diuraikan di atas terjadi secara simultan dan beruntun. Oleh karena itu program paket komputer dicoba dipakai untuk menjawab masalah ini. Gambar 6. Pantai Makassar yang ditaburi ratusan pulau dan sand bars (Sumber: Dishidros TNI AL, 2015) Dalam hal ini dipakai paket program SMS 10,0. Arah datangnya gelombang dipakai sama dengan arah datangnya angin yang terbanyak yaitu Barat, Barat Laut dan Barat Daya. Besarnya gelombang yang dipakai adalah H = 3,0 meter dari arah Barat Laut dan Barat Daya, sedang H = 2,3 meter dari arah Barat; sengaja dipilih berbeda untuk melihat seandainya ada variasi dalam deformasi yang terjadi. HASIL Hasil simulasi diperlihatkan pada Gambar 7, 8 dan 9 berturut-turut dari arah Barat Laut, Barat dan Barat Daya. Terlihat jelas dari gambar-gambar tersebut bahwa gelombang setinggi 3,0 meter tidak dapat mendekati pantai Makassar. Baik dari arah Barat Laut maupun Barat Daya mereka pecah pada daerah kedalaman yang sama. Gelombang setinggi 2,3 meter dari arah Barat terus melaju ke dekat pantai sebelum pecah dan dilanjutkan oleh gelombang yang lebih kecil sekitar 1,5 meter. Tetapi ada bahagian pantai yaitu daerah Barombong yang menerima gelombang sekitar 2,0 meter dari arah Barat ini; rupanya gelombang dari arah Barat kurang mengalami refraksi sehingga lebih berbahaya. Gelombang yang lebih besar (3 meter) dari arah Barat Daya dan Barat Laut cukup banyak mengalami refraksi sehingga tingginya banyak berkurang. Tidak ada gelombang setinggi 2,0 meter dari arah Barat Daya dan Barat Laut yang dapat mencapai pantai. Daerah pantai Makassar sebelah Utara mulai dari daerah pelabuhan adalah lebih terlindung dengan gelombang hanya 0,75 sampai 1,0 meter, kecuali bila gelombang datang dari Barat keadaannya lebih berbahaya. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Sipil Volume 9 : Desember 2015 TE10-6

PROS ID I NG 2 0 1 5 HASIL PENELITIAN TEKNOLOGI TERAPAN Volume 9 : Desember 2015 Group Teknik Sipil ISBN : 978-979-127255-0-6 Untuk gelombang refleksi tampaknya semua mengarah ke Utara disebabkan oleh posisi pantai Makassar yang miring ke arah Timur Laut dan refraksi gelombang yang paling tidak mengarah dari Barat, umumnya dari Barat Daya. Gambar 7. Hasil simulasi gelombang dari arah Barat Laut dengan tinggi gelombang Hs = 3,0 meter Gambar 8. Hasil simulasi gelombang dari arah Barat dengan tinggi gelombang Hs = 2,3 meter TE10-7

Deformasi Gelombang di Pantai Makassar Rabung, Frans et al Gambar 9. Hasil simulasi gelombang dari arah Barat Daya dengan tinggi gelombang Hs = 3,0 meter KESIMPULAN DAN SARAN Hasil simulasi gelombang pantai Makassar dengan paket program SMS 10.0 cukup rasional dan realistis memberikan gambaran tentang bagaimana gelombang dari laut dalam ber-transformasi dan deformasi akibat morfologi baik lepas pantai maupun dekat pantai Makassar yang sangat unik, ditaburi ratusan pulau kecil dan topografi dasar laut yang tidak rata. Efek-efek refraksi, difraksi, shoaling, refleksi bahkan gelombang pecah cukup terlihat jelas pada peta-peta hasil simulasi. Namun keakuratan hasil-hasil di atas masih perlu diuji lebih lanjut agar dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi perencanaan dan pelaksanaan bangunan-bangunan pantai yang effektif untuk kelestarian pantai Makassar. DAFTAR PUSTAKA CEM. 2011. Coastal Engineers Manual. Washington D.C.: Coastal Hydraulic Laboratory, US Army Corps of Engineers. CERC. 1984. Shore Protection Manual. Vicksburg, Missiisipi: Waterways Experiment Station, U.S. Army Corps of Engineers,. Rabung, Frans, and Naim Nurfan. 2012. "Pola angin pembangkit gelombang yang berpengaruh atas morfologi dan bangunan pantai di ekitar Makassar." Prosiding Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Desember. Rabung, Frans, Silman Pongmanda, and Ariningsih Suprapti. 2014. "Prediksi gelombang signifikan sekitar pantai Makassar untuk perencanaan pembangunan infrastruktur pantai." Prosiding Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Desember: TS2-1 - TS2. Triatmodjo, Bambang. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Sipil Volume 9 : Desember 2015 TE10-8