JURNAL PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PROSTITUSI ONLINE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. rumusan masalah yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

JURNAL UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEMANFAATAN TEMPAT HIBURAN SEBAGAI SARANA PROSTITUSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

BAB III PENUTUP. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: massa untuk menghindari labelisasi. dari permasalahan yang dialaminya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis di dalam bab 2 maka dapat

suami yang sah dan melahirkan anak-anak serta mendidik untuk menjadi generasi yang berguna.

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002

BAB III PENUTUP. . A. Kesimpulan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

diuraikan di atas, maka dapat simpulkan sebagai berikut: a. Tindakan Kepolisian Terhadap Pelaku Pelanggaran Pasal 134 Huruf g adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA

ANALISIS PERAN POLISI DALAM MEMBERANTAS PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA KOTA JAYAPURA

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

BAB III PENUTUP. Berdasarkan dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN DAN PENERTIBAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

BAB III PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang dibuat maka penulis dapat memberikan kesimpulan

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah

JURNAL PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI KEKERASAN OLEH ORGANISASI MASYARAKAT (STUDI KASUS DI TASIKMALAYA)

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

III. METODE PENELITIAN. menelaah teori-teori, konsep-konsep serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan

Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU NOMOR 21 TAHUN 1998 TENTANG

SKRIPSI PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PROSTITUSI ONLINE

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PELANGGARAN KESUSILAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata dasar sidik yang artinya memeriksa dan meneliti. Kata sidik diberi

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH (POLDA) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN MELALUI INTERNET

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

JURNAL ILMIAH PERAN DAN KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN.

DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

I. PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa, memiliki potensi tumbuh kembang

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang signifikan terhadap dunia teknologi informasi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan saat ini bukan merupakan suatu hal baru lagi untuk

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan teknologi jaringan komputer semakin meningkat, selain sebagai media

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

Transkripsi:

JURNAL PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PROSTITUSI ONLINE Diajukan Oleh : NAMA : MARTA LUVI MANURUNG NPM : 100510468 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2014 i

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Prostitusi online merupakan kegiatan prostitusi atau suatu kegiatan yang menjadikan seseorang sebagai objek untuk diperdagangkan melalui media elektronik atau online, media online yang digunakan seperti website, Blackberry Massanger, Whatsapp, dan Facebook Prostitusi online dilakukan dengan media karena lebih mudah, murah, praktis, dan lebih aman dari razia petugas daripada prostitusi yang dilakukan denngan cara konvensional. Faktor-faktor penyebab terjadinya prostitusi diantaranya : faktor moral seperti rendahnya pendidikan, faktor ekonomi seperti pengangguran dan kebutuhan hidup, faktor sosiologis seperti ajakan dari teman-teman dan tipu daya, faktor psikologis seperti hubungan keluarga yang berantakan sehingga kurangnya perhatian dari kedua orang tua, faktor kemalasan seperti psikis dan mental yang rendah, faktor biologis seperti adanya nafsu seks abnormal, faktor yuridis seperti tidak adanya larangan Undang-Undang terhadap orang yang melakukan relasi seks sebelum pernikahan, dan faktor pendukung seperti internet dan handphone yang membuat seseorang dengan mudah dapat bertransaksi prostitusi. Salah satu contoh kasus prostitusi online terjadi pada tanggal 19 Agustus 2014 yang dilakukan oleh Galih Pratama alias Papi Piesank salah 1

seorang yang berperan sebagai mucikari berumur 23 tahun asal Panceng Gresik ditangkap Polisi disalah satu hotel di Kedungsari, Surabaya. Papi Piesank biasanya menggunakan jaringan prostitusi online melalui website www.krucil.com. Dalam pelaksanaannya pemesanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan cara yang biasa dan cara ekspo. Pemesanan jasa Pekerja Seks Komersial secara biasa ialah dilakukan untuk klien yang berada dikota Surabaya (didalam kota) yang jasanya hanya dipakai dalam waktu satu hari, sedangkan untuk pemesanan Pekerja Seks Komersial secara ekspo ialah Pekerja Seks Komersial yang berada diluar kota Surabaya yang jasanya dipakai oleh klien dalam waktu tiga hari dengan mengumumkan diforumforum besar seperti krucil sebulan sebelum Pekerja Seks Komersial tersebut disewa oleh klien, kemudian mucikari menunggu dan mengkonfirmasikan kepada Pekerja Seks Komersialnya melalui Whatsapp dan Blackberry Massanger.namun website krucil ini hanya dapat dipergunakan oleh klien yang sudah memiliki ID (identity) member di forum tersebut, kemudian dibawa menginap beberapa hari di hotel yang telah disepakati klien dengan mucikari tersebut. 1 Klien harus mendaftarkan diri terlebih dahulu pada website yang telah disediakan, kemudian mengisi formulir yang berisi nama, alamat, dan nomor telepon. Setelah pendaftaran selesai, klien dapat langsung memilih Pekerja 1 Legitnya bisnis prostitusi online untuk mahasiswi, SPG, dan rremaja cantik, http://batampos.co.id/19-08-2014/legitnya-bisnis-prostitusi-online-untuk-mahasiswi-spg-danremaja-cantik/ 2

Seks Komersial yang dinginkan dan dapat mulai bernegosiasi harga. Para Pekerja Seks Komersial yang direkrut pada umumnya berstatus Mahasiswa, Sales Promotion Girl (SPG), dan bahkan ada juga anak yang masih dibawah umur.biasanya tariff ditawarkan oleh Papi Piesank kepada calon kliennya sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) untuk satu pelanggan cara pembayarannya, pelanggan menyetor uang muka Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) terlebih dahulu melalui rekening Galih atau Papi Piesank, Sisanya sebesar yang Rp 550.000,00 (lima ratus lima puluh ribu rupiah) dibayar saat eksekusi dilakukan oleh Pekerja Seks Komersial. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan maka dirumuskan masalah tentang Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Prostitusi Online yaitu : 1. Bagaimana upaya yang dilakukan kepolisian dalam menanggulangi prostitusi online? 2. Apakah yang menjadi kendala kepolisian dalam menanggulangi prostitusi online? 3

PEMBAHASAN 1. Upaya dan Kendala yang dilakukan POLRESTABES Surabaya dalam Menanggulagi Prostitusi Online Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Akp, Suratmi S.H, Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya selaku narasumber, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pihak Polrestabes Surabaya dalam menaggulangi Prostitusi Online. Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Polrestabes Surabaya yaitu : 1) Upaya non-penal Upaya non-penal bersifat preventif yaitu, segala usaha dan kegiatan dibidang kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselamatan orang-orang dan harta bendanya termasui member perlindungan dan pertolongan, khususnya mencegah dilakukannya perbuatan-perbuatan lain yang hakekatnya dapat mengancam atau membahayakan ketertiban dan ketentraman umum. Pihak kepolisian dalam hal melakukan upaya pencegahan yang bersifat preventif yag berhubungan dengan prostitusi online, maka pihak kepolisian Polrestabes Surabaya memberikan penyuluhanpenyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak negative apabila memilih pekerjaan sebagai pekerja seks komersial 4

dan membrikan penyuluhan mengenai tindak pidana yag akan dikenakan kepada masyarakat apabila masyarakat tersebut memilih untuk mejadi mucikari, germo atau pekerja seks komersial, penyuluhan dan soaialisasi kepada masyarakat ini dilakukan untuk menghindari betambahnya kasus prostitusi yang sudah ada didalam masyarakat. Upaya lain yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya ialah mencari informasi secara terus menerus melalui media internet dengan tujuan agar Kepolisian Polrestabes Surabaya dapat menangkap dan mengurangi para mucikari lainnya yang masih bisa sampai sekarang malakukan transaksi prostitusi melalui layanan internet dengan pengguna jasa (pria hidung belang) yang ingin memakai pekerja seks komersial tersebut, polisi juga berharap dapat membongkar jaringan prostitusi melalui media online tersebut agar masyarakat dapat hidup lebih aman, nyaman, dan tertib. 2) Upaya Penal Upaya penal berupa tindakan represif yaitu upaya yang dilakukan setelah perbuatan yang bersifat pelanggaran atau kejahatan terjadi. Kepolisian mengadakan penyelesaian dalam bentuk memeriksa seorang atau orang-orang yang disangka melakuka perbuatan ityu. 5

Setelah penyelesaian pemeriksaan oleh kepolisian sudah dianggap selesai maka akan diserahkan kepada kejaksaan Pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya dalam hal melakukan upaya yang bersifat represif yang berhubungan dengan prostitusi online, maka Kepolisian Polrestabes Surabaya melakukan penagkapan terhadap para mucikari dan para pengguna jasa pekerja seks komersial tersebut untuk diberika hukuman yang sesuai dengan Undang-Undang yang belaku saat ini. Untuk mucikari dapat dikenakan pasal 506 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan bahwa: Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikan sebagai pencarian,diancam dengan kurungan paling lama satu tahun. Apabila pekerja seks komesial (PSK) tersebut adalaha anaka yang masih dibawah umur maka dapat dikenakan pasal 297 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 78, Pasal 80, Pasal 83 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang menyatakan bahwa: Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, diancam dengan pidana paling lama enam tahun Hasil wawancara yang dilakukan dengan Akp, Suratmi S.H, Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya selaku narasumber, pihak Kepolisian dalam menanggulagi prostitusi online yang sudah banyak beredar dimasayarakat luas mengalami beberapa kendala yaitu kendala internal dan eksternal. 6

1. Kendala Internal Kendala internal yang dihadapi oleh pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya dalam menanggulagi prostitusi online yaitu kurangnya personil kepolisian yang ada di Polrestabes Surabaya yang khusus ditugaskan untuk membongkar kasus prostitusi tersebut melalaui media online. Oleh Karena itu Kepolisian Polrestabes Surabaya membutuhkan tambahan personil untuk membantu membongkar kasus prostitusi melalui media online tersebut. 2. Kendala eksternal Kendala eksternal yang dialami oleh pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya dalam menaggulangi kasus prostitusi online yaitu berupa sulitnya untuk mengembalikan rasa kepercayaan para pelaku karena setelah penagkapan Galih (papi piesank) pada agustus lalu, para pelaku prostitusi melalui media online sulit untuk percaya kepada orang yang belum menjadi member tetap atau anggota didalam situs mereka dan setelah dirilisnya berita tentang penangkapan galih yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya maka para pelaku sekarang lebih berhati-hati dalam menentukan dan memeilih klien yag akan memakai jasa mereka, oleh karena hal tersebut Kepolisian Polrestabes Surabaya sulit untuk membongkar dan melakukan penangkapan terhadap para pelaku prostitusi online karena tidak adanya lagi rasa percaya pelaku tersebut terhadap orang yang belum dikenal sebelumnya, 7

jadi para pelaku sekarang hanya melayani orang-orang yang sudah menjadi member atau anggota tetap disitus mereka. 8

KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan analisis yang dilakukan oleh penulis didalam bab 2 maka dapat disimpulkan sebagaimana menjadi jawaban dalam rumusan masalah yakni sebagai berikut : 1. upaya kepolisian dalam menanggulangi prostitusi online berdasarkan penjelasan diatas adalah : a) Upaya non penal yaitu melakukan penyuluhan dan sosialisai terhadap masyarakat luas agar masyarakat tidak melakukan prostitusi atau pekerjaan sebagai pekerja seks komersial ataupun mucikari, penyuluhan dan sosialisasi yang dimaksudkan disini ialah kepolisian Polrestabes Surabaya memberikan pengetahuan tentang dampak negative apabila pelakukan pekerjaan sebagai mucikari yaitu dapat dikenakan sanksi pidana pasal 506 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Apabila pekerja seks komesial (PSK) tersebut adalah anak yang masih dibawah umur maka dapat dikenakan pasal 297 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 78, Pasal 80, Pasal 83 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak 9

b) Upaya penal Pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya dalam hal melakukan upaya yang bersifat represif yang berhubungan dengan prostitusi online, maka Kepolisian Polrestabes Surabaya melakukan penangkapan terhadap para mucikari dan para pengguna jasa pekerja seks komersial tersebut untuk diberika hukuman yang sesuai dengan Undang-Undang yang belaku saat ini. Untuk mucikari dapat dikenakan pasal 506 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan bahwa: Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikan sebagai pencarian,diancam dengan kurungan paling lama satu tahun. Apabila pekerja seks komesial (PSK) tersebut adalaha anaka yang masih dibawah umur maka dapat dikenakan pasal 297 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 78, Pasal 80, Pasal 83 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang menyatakan bahwa: Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, diancam dengan pidana paling lama enam tahun Upaya lain yang telah dilakukan oleh polisi ialah telah menutup forum-forum praktik prostitusi online dan menangkap pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan peran Kepolisian yang terdapat dalam 10

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa memelihara keamanan, ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat Hasil wawancara yang dilakukan dengan Akp, Suratmi S.H, Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya selaku narasumber, pihak Kepolisian dalam menanggulagi prostitusi online yang sudah banyak beredar dimasayarakat luas mengalami beberapa kendala yaitu kendala internal dan eksternal. a) Kendala Internal Kendala internal yang dihadapi oleh pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya dalam menanggulagi prostitusi online yaitu kurangnya personil kepolisian yang ada di Polrestabes Surabaya yang khusus ditugaskan untuk membongkar kasus prostitusi tersebut melalaui media online. Oleh Karena itu Kepolisian Polrestabes Surabaya membutuhkan tambahan personil untuk membantu membongkar kasus prostitusi melalui media online tersebut. b) Kendala eksternal Kendala eksternal yang dialami oleh pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya dalam menaggulangi kasus prostitusi online yaitu berupa sulitnya untuk mengembalikan rasa kepercayaan para pelaku karena setelah penagkapan Galih (papi piesank) pada agustus 11

lalu, para pelaku prostitusi melalui media online sulit untuk percaya kepada orang yang belum menjadi member tetap atau anggota didalam situs mereka dan setelah dirilisnya berita tentang penangkapan galih yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Polrestabes Surabaya maka para pelaku sekarang lebih berhati-hati dalam menentukan dan memeilih klien yag akan memakai jasa mereka, oleh karena hal tersebut Kepolisian Polrestabes Surabaya sulit untuk membongkar dan melakukan penangkapan terhadap para pelaku prostitusi online karena tidak adanya lagi rasa percaya pelaku tersebut terhadap orang yang belum dikenal sebelumnya, jadi para pelaku sekarang hanya melayani orang-orang yang sudah menjadi member atau anggota tetap disitus mereka. 12

DAFTAR PUSTAKA Buku : Bisri Ilham, 2004, hlm 32, Sistem Hukum Indonesia, Grafindo Perdasa, Jakarta. Endang Sedyaningsih, 1999 hlm 70, Perempuan Kermat Tunggak, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan H. D.Van Wijk/Willem Konijnenbelt dalam Ridwan, dikutip dari Sadjijono, 2008,Mengenal Hukum Kepolisian (perspektif Kedudukan dan Hubungannya dalam Hukum Administrasi), Cetakan ke-2, Laksbang Mediatama, Surabaya. H. Pudi Rahardi, M.H., 2007 hlm 13, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), cetakan pertama, Laksbang Mediatama, Surabaya.. Kartini Kartono,1999. Patologi Social, Raja GrafindoPersada, Jakarta. Pudi Rahardi, 2007. Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polisi), Laksbang Mediatama, Surabaya. Sajibto raharjo, Juni 2009 hlm 112, pengertian kepolisian, Suwarni, S.Sos., M.Si, Reformasi Kepolisian,Nusa Media Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar, 1985, Hlm. 10, Dolly Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Surabaya : Grafitti Pers. Website : Definisi Online, diakses dari http://erni92.ilearning.me/kkp-bab-ii/2-11-definisionline/, pada tanggal 28 Agustus 2014 pukul 13.34 WIB Legitnya Bisnis Prostitusi Online Untuk Mahasiswi, SPG, Dan Remaja Cantik, diakses dari http://batampos.co.id/19-08-2014/legitnya-bisnis-prostitusionline-untuk-mahasiswi-spg-dan-remaja-cantik/, pada tanggal 25 Agustus 2014 pukul 15.34 WIB Pengertian-Peran, diakses dari http://www.arisandi.com/pengertian-peran/, pada tanggal 27 Agustus 2014 pukul 14.54 WIB http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-sosial-pengertian-karakteristik.html 13

Sajibto Raharjo,2009,Tugas dan Wewenang polri, diakses darihttp://pospolisi.wordpress.com/2012/11/03/tugas-dan-wewenang-polri/, pada tanggal 26 Agustus 2014 pukul 12.00 WIB Tugas dan wewenang polri http://pospolisi.wordpress.com/2012/11/03/tugas-danwewenang-polri/ Kamus: Kamus besar bahasa Indonesia pengertian kepolisian Peraturan Perundang-undangan : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang Undang-Undang nomor 11Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) TAP MPR RI No. VII/MPR/2000 14