BAB I PENDAHULUAN. seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja, situasi

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PERTEMUAN #1 PENGANTAR K3I (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI) TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu

PERATURAN MENTERI NO. 09 TH 2005

BAB I PEDAHULUAN. memerlukan perlindungan tubuh atau memberikan training sebelumnya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

2017, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Repub

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP. 372 /MEN/XI/2009 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu organisasi baik pemerintah atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-14/MEN/IV/2006 TENTANG TATA CARA PELAPORAN KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat penting bagi sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karyawan perusahaan yang perlu sekali diperhatikan agar pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN DALAM JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun pengertian kompensasi menurut para ahli sebagai berikut:

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat perlu. Dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berkompeten. Pengelolaan sumber daya manusia tidak lepas dari faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, serikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini, globalisasi di bidang ekonomi merupakan pemicu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas

BAB I PENDAHULUAN Kinerja Pegawai Di Sekretariat Direktorat Jenderal. Pendidikan Islam Kementrerian Agama RI

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat dalam bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sangat vital, meskipun berbagai faktor lain yang dibutuhkan itu telah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan peningkatan kontribusi yang baik kedalam organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Pergeseran dimaksud tidak jarang melanggar peraturan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi mempunyai harapan maupun keinginan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Trisnantoro dan Agastya (1996), kinerja merupakan proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja, situasi keluarga, pengalaman kerja, kelompok kerja serta pengaruh eksternal. Kinerja mencerminkan hasil suatu proses yang dihasilkan seseorang karyawan di suatu perusahaan yang di identikan dalam sebuah perilaku karyawan tersebut. pada dasarnya perilaku sangatlah penting dalam mencapai suatu tujuan tertentu, perilaku adalah apa yang dilakukan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung ( Notoatmodjo, 2010). Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104) kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan..kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi 1

dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Di antaranya ada yang yang bersifat biologis yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh. Misalnya saja kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadar air dalam organ tubuh. Ada pula yang bersifat psikologis dan spiritual. Yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting dan lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa. Dari kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua kebutuhan tersebut. Untuk peningkatan motivasi tersebut perlu peningkatan pengetahuan karyawan tentang penerapan SMK3. Menurut Notoatmodjo, 2010 Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu, setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Perbedaan individu merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang diperoleh sesorang. Christals mendeskripsikan empat sumber perbedaan pengetahuan individu yang merupakan faktor determinan penting dari pengetahuan yang dimiliki individu yaitu: 1) luas pengetahuan, 2) banyaknya keterampilan 3) kapaistas memeori yang bekerja dan 4) kecepatan memproses (memasukan kedalam memori, memanggil kembali pengetahuan dari memori jangka panjang dan melakukan respon motorik). Akan tetapi selain perbedaan individu, ada hubungan erat antara teori belajar dan teori kemampuan persepsi dan 2

kemampuan kognitif. Pengetahuan merupakan unsur pokok bagi setiap karyawan untuk merubah perilakunya dalam mengerjakan sesuatu. Dalam kaitanya sebuah perilaku penerapan SMK3 di perusahaan sangatlah penting dalam terciptanya keselamatan dan kesehatan dalam sebuah pekerjaan, disaat perilaku penerapan tersebut baik dalam menjalankan SMK3 tentunya rasa aman dan nyaman dalam bekerja, sehingga akan tercipta etos kerja yang baik dan hasil kerja yang memuaskan yang bisa di sebutkan kinerja karyawan akan meningkat. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah yang penting dalam setiap proses operasional, baik di sector tradisional maupun modern. Khususnya pada masyarakat yang sedang beralih dari suatu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan meniadakan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan K3 tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang. 3

Keselamatan dan kesehatan kerja juga didasari, Pertama, oleh undangundang republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja, Bab I pasal 1Tentang istilah-istilah, Bab II pasal 2 Ruang lingkup, Bab III Pasal 3 dan Pasal 4 Syarat-syarat keselamatan kerja, VII Pasal 11 Kecelakaan, Bab IX Pasal 13 Bab Kewajiban bila memasuki tempat kerja. Kedua, UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan 19 Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi (menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk Indonesia (sumber: www.ilo.org). Ada 4 alasan Indonesia meratifikasi ILO Convention No. 81 ini, salah satunya adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951 dan UU No. 1 Tahun 1970 keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam pasal 4 dan pasal 6 Konvensi tersebut) sumber dari Tambahan Lembaran Negara RI No. 4309. Ketiga, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat. Keempat, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per- 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab dan 12 pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3,mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris. Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan 4

prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Prabu Mangkunegara (2001) mendefinisikan kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial (Lalu Husni, 2005). Selain itu, kesehatan kerja menunjuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum dengan tujuan memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh (Malthis dan Jackson, 2002). Untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan diperlukan adanya sistem management kesehatan dan keselamatan kerja ( SMK3). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi policy (aturan), planning (perencanaan), implementations ( pelaksanaan), Checking And Corrective Action ( kotrol dan evaluasi ) dan management review (melakukan tinjauan ulang ) (Permenaker No : PER. 05/MEN/1996). Data dari perusahana tahun 2013 didapatkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebanyak 11 karyawan atau 11,6%, dimana angka kecelakaan di dominasi dengan luka terkena alat kontuksi sebesar 65 %, 20 % terbakar alat las dan api, dan 9 % kecelakaan tersengat arus listrik, sisanya 6% kecelakaan faktor lain-lain. Kecelakaan yang terjadi di PT Getra Abadi Mandiri tersebut disebabkan karena perilaku karyawan dalam mentaati dan melaksanakan aturan dalam SMK3 yang masih kurang. 5

Dari hasil wawancara terhadap 15 karyawan di dapatkan bahwa 87 % karyawan PT Getra Abadi Mandiri memiliki pengetahuan baik terhadap penerapan SMK3 di perusahaan, namun hasil observasi terhadap karyawan tentang penerapan SMK3 di perusahaan masih kurang, hal ini masih adanya karyawan sebanyak 25 % tidak melaksanakan aturan penerapan SMK3 perusahaan. Padahal mereka mengetahui SOP yang telah di buat sesuai standar perusahaan. SMK3 juga memberikan perlindungan kepada tenaga manusia dalam bekerja dari kecelakaan kerja dan kesehatan. Dalam kaitnya dengan kinerja karyawan penerapan SMK3 sangat mempengaruhi, dengan adanya keadaman dan kenyamanan dalam bekerja akan memberikan sikap kepada karyawan dalam bekerja secara maksimal tanpa di hantui rasa keragu tentang keselamatan mereka. Dengan itu karyawan akan lebih maksimal dalam bekerja. Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. Dengan permasalah tersebut penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Karyawan tentang Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja dengan Kinerja Karyawan di PT.Gentra Abadi Mandiri. 6

B. Identifikasi Masalah Kinerja mencerminkan hasil suatu proses yang dihasilkan seseorang karyawan di suatu perusahaan yang di identikan dalam sebuah perilaku karyawan tersebut, pada dasarnya perilaku sangatlah penting dalam mencapai suatu tujuan tertentu, perilaku adalah apa yang dilakukan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karryawan: usia merupakan jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai dengan waktu tertentu. Motivasi didukung oleh kematangan atau usia seseorang. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berpikir logis dan bekerja sehingga motivasi seseorang kuat dalam melakukan sesuatu. Faktor selanjunjutnya Pendidikan suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Dalam kegiatan belajar mempunyai. Perubahan dalam proses pendidikan tentu akan meningkatkan pengetahhuan seseoarang pada suatu hal, tentunya akan berimbas pada kinerja seseorang dalam bekerja akan meningkat. Faktor selanjutnya masa kerja merupakan adalah lama waktu karyawan bekerja yang diukur dari hari pertama masuk kerja sampai saat ini. Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan 7

pekerjaanya. Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka, dan menjadikan pengalaman semakin banyak didukung dengan ketrampilan dan pembacaan stuasi semakin baik. Pengaruh lain adalah tentang karyawan itu sendiri yaitu pengetahuan tentang penerapan SMK3, dengan pengetahuan karyawan tentang SMK3 baik, maka akan meningkatkan rasa aman dan aman dan terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, saat pengetahuan karyawan baik maka sikap mereka akan peduli dengan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga dapat terbentuk perilaku yang baik pula terhadap penerapan SMK3. C. Pembatasan Masalah Data dari perusahaan tahun 2013 didapatkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebanyak 11 karyawan atau 11,6%, dimana angka kecelakaan di dominasi dengan luka terkena alat kontruksi sebesar 65 %, 20 % terbakar alat las dan api, dan 9 % kecelakaan tersengat arus listrik, sisanya 6% kecelakaan faktor lain-lain. Kecelakaan yang terjadi di PT Getra Abadi Mandiri tersebut disebabkan karena perilaku karyawan dalam mentaati dan melaksanakan aturan dalam SMK3 yang masih kurang Dari hasil wawancara terhadap 15 karyawan di dapatkan bahwa 87 % karyawan PT Getra Abadi Mandiri memiliki pengetahuan baik terhadap penerapan SMK3 di perusahaan, namun hasil observasi terhadap karyawan tentang penerapan SMK3 di perusahaan masih kurang, hal ini masih adanya karyawan sebanyak 25 % tidak melaksanakan aturan penerapan SMK3 8

perusahaan. Padahal mereka mengetahui SOP yang telah di buat sesuai standar perusahaan.. Agar dalam melakukan penelitian ini menjadi lebih terarah, maka perlu ditekankan bahwa yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan PT Getra Abadi Mandiri Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah pengetahuan karyawan tentang penerapan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja dan sebagai variabel dependent adalah kinerja karyawan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam pembatasan masalah diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan karyawan tentang penerapan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja dengan kinerja karyawan di PT Getra Abadi Mandiri? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan karyawan tentang penerapan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja dengan kinerja karyawan di PT Getra Abadi Mandiri. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan karyawan tentang penerapan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja di PT Getra Abadi Mandiri b. Untuk mengidentifikasi kinerja karyawan di PT Getra Abadi Mandiri 9

c. Untuk menganalisis hubungan perilaku karyawan tentang penerapan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja dengan kinerja karyawan di PT Getra Abadi Mandiri. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Menjadi sumber ilmu pengetahuan yang baru di bidang K3 dalam perkuliahan di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan b. Memberi tambahan bahan ajar dalam perkuliahan di Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan khususnya di peminatan K3 c. Menambah referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan khususnya peminatan K3I d. Menambah masukan dalam kajian dalam penyusunan dan penelitian 2. Bagi Akademik a. Mengetahui penerapan sistem manajeman kesehatan keselamatn kerja di PT Gentra Abadi Mandiri b. Sebagai bahan evaluasi dan informasi penerapan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja di PT Getra Abadi Mandiri. 3. Bagi Perusahaan a. Mengetahui pengetahuan karyawan tentang penerapan sistem kesehatan keselamatan kerja dan kinerja di PT Getra Abadi Mandiri b. Sebagai bahan evaluasi dan informasi persepsi karyawan tentang penerapan sistem manajeman kesehatan keselamatan kerja dan kinerja di PT Getra Abadi Mandiri. 10