BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE. Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

BAB III ANALISIS PERAWATAN SISTEM PENDINGIN ENGINE 7K PADA TOYOTA KIJANG LSX KF80 TAHUN A. Spesifikasi Komponen Utama dan Sistem Pendingin


PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN MITSUBISHI GALANT 2500 CC

IDENTIFIKASI DAN SERVICE SISTEM PENDINGIN TOYOTA KIJANG INNOVA 1 TR-FE

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI Sistem Pendingin. Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah

1. EMISI GAS BUANG EURO2

BAB III PENGUJIAN MESIN. kemampuan dan pengaruh dari pemakaian busi standart dan pemakaian busi

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15. Ono Wiharna, Mohamad Agus

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2)

SISTEM PENDINGIN MESIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

SISTEM PENDINGINAN ENGINE

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB III. PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

: Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya(engine. (Engine Tune Up)

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN

BAB II LANDASAN TEORI

TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

TUGAS TUNE UP MESIN GASOLINE DAN MESIN DIESEL

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Mesin Diesel. Mesin Diesel

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB II LANDASAN TEORI


PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah

PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN SISTEM PENDINGIN MESIN OPEL BLAZER DOHC LT PERBAIKAN KEBOCORAN PADA RADIATOR

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

38 BAB III PEMBAHASAN A. Spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16 Katup,DOHC,VVT-i Isi silinder Diameter x Langkah Daya Maksimum Torsi Maksimum Sistem Bahan Bakar Bahan bakar Kapasitas Tangki 1,998 cc 86,0 mm x86,0 mm 136,0 Ps/5,600 Rpm 18,6 Kgm/4,000 Rpm Electronic Fuel Injection Bensin 55 liter (http://auto2000.goodluckwith.us/review/spesifikasi-toyota-kijang-innova.html) B. Spesifikasi komponen utama sistem pendingin Sistem pendingin enginepada Toyota kijang innova 1TR-FE tahun 2004 merupakan bagian dari keseluruhan sistem pada Toyota kijang innova, sistem pendingin mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menurunkan panas yang yang berlebihan yang terjadi akibat dari proses pembakaran.

39 Gambar: 3.1 Sistem Pendingin (Sumber: http://www.rehermorrison.com/images/engines) Kebanyakan mobil menggunakan sistem pendingin air dengan sirkulasi tekanan (forced circulation), sistem pendingin air dilengkapi dengan water jacket, pompa air, radiator, thermostat, kipas, dan selang karet. Sirkulasi sistem pendingin ini adalah, panas dari hasil proses pembakaran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar dan silinder sebagian diserap oleh air pendingin setelah melalui dinding silinder dan ruang bakar. Oleh karena itu dibagian luar dinding silinder dan ruang bakar dibuat mantel-mantel air (water jacket). Panas yang diserap oleh air pendingin pada water jacket selanjutnya akan menyebabkan naiknya temperature air pendingin tersebut. Apabila air pendingin itu tetap berada pada mantel air, maka air akan cenderung mendidih dan menguap. Hal tersebut dapat dihindari dengan jalan mengganti air tersebut dengan air yang

40 masih dingin sedangkan air yang telah panas harus dialirkan keluar dari mantelnya dengan kata lain harus bersirkulasi. Sirkulasi air tersebut ada dua macam yaitu sirkulasi alam dan sirkulasi dengan tekanan. Pada saat mesin masih dingin, air hanya bersilkulasi disekitar mesin karena thermostat masih menutup.dalam hal ini thermostatberfungsi untuk membuka dan menutup saluran air dari mesin ke radiator.air mendapat tekanan dari pompa air, tetapi tekanan tersebut tidak mampu menekan thermostat menjadi terbuka. Untuk mencegah timbulnya tekanan yang berlebihan akibat proses pemompaan, maka pada sistem pendingin dilengkapi dengan saluran by pass, sehingga air yang bertekanan akan kembali melalui saluran by pass tersebut. Pada saat mesin panas, thermostat terbuka sehingga air yang telah panas didalam water jacket (yang telah menyerap panas dari mesin), kemudian disalurkan ke radiator untuk didinginkan dengan kipas pendingin dan aliran udara dengan adanya gerakan maju dari kendaraan.air pendingin yang sudah dingin kemudian ditekan kembali ke water jacket oleh pompa air. C. Pemeriksaan dan penggantian sistem pendingin Pemeriksaan sistem pendingin meliputi pemeriksaan kapasitas dan kualitas sistem pendingin.pemeriksaan kualitas pendingin meliputi pemeriksaan terhadap endapan karat atau kotoran disekitar tutup radiator atau lubang pengisi radiator.disamping itu sistem pendingin juga tidak boleh mengandung minyak pelumas. Adapun pemeriksaan kualitas dan kapasitas sistem pendingin dapat dilakukan sebagai berikut:

41 1. Pemeriksaan kapasitas sistem pendingin. Kapasitas air pendingin dapat dilihat dari tangki cadangan (reservoir tank). Permukaan sistem pendingin harus berada diantara garis LOW dan FULL dalam keadaan sistem dingin.apabila jumlah air pendingin kurang, periksa kebocoran dan tambahkan sistem pendingin sampai garis FULL. 2. Pemeriksaan dan penggantian kualitas sistem pendingin. Endapan karat atau kotoran disekitar tutup radiator atau lubang pengisi radiator harus sedikit. Apabila sistem pendingin terlalu kotor atau banyak mengandung karat (berwarna kuning) harus dilakukan penggantian dengan cara sebagai berikut: a. Melepas tutup radiator, pada saat membuka tutup radiator, mesin harus dalam keadaan dingin. Apabila tutup radiator dibuka dalam keadaan panas, cairan dan uap yang bertekanan akan menyembur keluar. b. Mengeluarkan sistem pendingin melalui lubang penguras dengan cara mengendorkan atau melepas baut penguras. c. Menutup lubang penguras, kemudian isilah dengan media pendingin berupa ethylene glycol base yang baik dan campurlah sesuai dengan petunjuk dari pabrik. Pendingin yang dianjurkan adalah yang mengandung ethylene glycol base lebih dari 50% tetapi tidak lebih dari 70%. Media pendingin tipe alcohol tidak disarankan dan harus dicampur dengan air sulingan. d. Memasang tutup radiator. e. Menghidupkan mesin dan periksa kebocoran. f. Memeriksa permukaan media pendingin dan tambahkan jika diperlukan.

42 D. Pelepasan, pemeriksaan dan penggantian pompa air Pompa air perlu diperiksa apabila air dalam sistem pendingin tidak bersirkulasi, karena fungsi pompa air adalah untuk menekan air pendingin sehingga dapat bersirkulasi didalam sistem. Gejala yang ditimbulkan apabila pompa air tidak bekerja adalah temperature mesin naik dengan cepat pada saat mesin hidup. Pompa air juga perlu diganti apabila seal perapat telah aus atau sudah tidak mampu menahan tekanan air. Untuk melepas pompa dari sistem pendingin sebaiknya mengikuti prosedur yang benar.demikian pula pelepasan komponen-komponen pompa. Pelepasan dan pemasangan komponen yang tidak benar akan mengakibatkan kerja pompa yang tidak optimal. Selanjutnya akan dibahas berturut-turut prosedur pelepasan, pemeriksaan dan pemasangan pompa air. 1. Prosedur pelepasan pompa air dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengeluarkan media pendingin mesin. Melepas tali kipas, kipas, pully pompa air dengan prosedur sebagai berikut: 1) Merentangkan tali kipas dan mengendurkan mur pengikat tali kipas. 2) Mengendorkan pivot dan baut penyetel, altenator, kemudian lepas tali kipas. b. Melepas pompa air. 2. Pemeriksaan komponen pompa air: a. Pemeriksaan komponen pompa air dapat dilakukan dengan cara memutar dudukan pully dan mengamati bahwa bearing pompa air tidak kasar atau berisik. Apabila diperlukan, bearing pompa air harus diganti.

43 Gambar 3.2 Pompa Air (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) b. Prosedur pelepasan komponen pompa air: Komponen pompa air terdiri atas bodi pompa, dudukan pully, bearing, satuan seal, rotor, gasket dan plat (lihat gambar 3.3 ) Gambar 3.3Komponen Pompa Air (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) Adapun prosedur pelepasan komponen pompa air adalah sebagai berikut: 1) Melepas plat pompa dengan cara melepas baut pengikatnya (lihat gambar 3.2) Gambar 3.4 Bodi Pompa Air (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota)

44 2) Melepas dudukan pully dengan menggunakan SST dan pres, tekan poros bearing dan lepas dudukan pully. Gambar 3.5SST dan Pres (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) 3) Melepas bearing pompa. 4) Melepas rakitan seal dengan menggunakan SST dan Pres. c. Prosedur perakitan komponen pompa air: 1) Memasang bearing pompa dengan cara sebagai berikut: a) Menggunakan SST dan pres, tekan poros bearing dan lepas rotor. Permukaan bearing harus rata dengan bodi pompa. 2) Memasang seal pompa dengan cara sebagai berikut: a) Oleskan seal pada seal baru dan bodi pompa. b) Menggunakan SST dan pres, pasang seal. 3) Memasang dudukan pully menggunakan SST dan pres pada poros bearing pompa. 4) Memasang rotor menggunakan pres pada poros bearing pompa. Permukaan rotor harus rata dengan permukaan poros bearing. 5) Memasang plat pompa, periksa bahwa rotor tidak menyentuh plat pompa. 6) Memriksa bahwa pompa air berputar lembut.

45 E. Pelepasan, pemeriksaan dan pemasangan thermostat 1. Prosedur pelepasan thermostat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengeluarkan media pendingin mesin. b. Melepas saluran air keluar (selang karet atas). c. Melepas tutup rumah thermostat, kemudian mengeluarkan thermostat dari rumahnya. Gambar 3.6 MelepasThermostat (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) 2. Pemeriksaan thermostat, dengan cara sebagai berikut: a. Mencelupkan thermostat kedalam air dan panaskan air secara bertahap, kemudian periksa temperatur pembukaan katup. Gambar 3.7 PengecekanThermostat (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) Temperatur pembukaan katup: 80ºC - 90ºC. jikatemperatur pembukaan katup tidak sesuai dengan spesifikasi, thermostat perlu diganti.

46 b. Memeriksa tinggi kenaikan katup. Jika kenaikan katup tidak sesuai dengan spesifikasi, maka thermostat perlu diganti. Spesifikasi kenaikan katup pada 95ºC: 8mm atau lebih. 3. Prosedur pemasangan thermostat dengan cara sebagai berikut: a. Memasang gasket baru pada thermostat Gambar 3.8 Memasang GasketThermostat (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) b. Meluruskan jiggle valve pada thermostat dengan tanda disisi kanan dan masukan ke dalam rumah saluran. Posisi jiggle valve dapat digeser, 10º ke kiri atau ke kanan dari tanda. c. Memasang saluran air keluar. F. Pemeriksaan dan pengujian sistem pendingin Pemeriksaan dan pengujian dalam sistem pendingin adalah pemeriksaan kebocoran pada sistem pendingin.untuk memeriksa kebocoran sistem pendingin diperlukan alat yang disebut radiator cap tester.alat tersebut dipakai untuk memriksa kebocoran pada sistem pendingin juga dapat digunakan untuk menentukan kondisi tutup radiator. 1. Pemeriksaan tutup radiator dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

47 a. Melepas tutup radiator, kemudian pasang tutup radiator pada radiator cap tester. Untuk mencegah terjadinya panas, tidak diperkenankan membuka tutup radiator dalam keadaan mesin masih panas. b. Memeriksa tutup radiator dengan alat uji tutup radiator. Lakukan pemompaan dan ukurlah tekanan pembukaan katup vacuum. Gambar 3.9Radiator Cup Tester (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) Tekanan pembukaan standar: 0,75 1,05 kg/cm 2 (10,7 14,9 psi) Untuk pemeriksaan tutup radiator sebaiknya menggunakan pembacaan maksimum sebagai tekanan pembukaan.apabila tekanan pembukaan kurang dari minimum, maka tutup radiator perlu diganti. c. Pemeriksaan kebocoran sistem pendingin dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Isilah radiator dengan media pendingin, kemudian pasanglah radiator cap tester pada lubang pengisian media pendingin pada radiator.

48 Gambar 3.10 Mengecek TekananRadiator (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) 2) Pompalah radiator cap tester sampai tekanan 1,2 kg/cm 2 (17,1 psi), dan periksa bahwa tekanan tidak turun, apabila tekanan turun berat ada kebocoran pada sistem pendingin atau pada komponen sistem pendingin. Oleh karena itu perlu diperiksa kebocoran pada saluran pendingin, radiator, dan pompa air. Apabila tidak ditemukan kebocoran pada komponen tersebut, maka perlu diperiksa blok silinder. G. Perhitungan Thermodinamika 1. Perhitungan thermodinamika pada setiap siklus a. Langkah persiapan Untuk menghitung besarnya volume udara pada akhir langkah kompresi (V 1 ), maka perlu menghitung besarnya volume langkah (V L )cdanvolume sisa (V 2 ) terlebih dahulu: Besarnya volume langkah (V L ), yaitu: V L π 4 x D2 x S x Z 3,14 4 x 86,0 2 x 86,0 x 4 1997,215cm 3

49 Besarnya volume sisa (V 2 ), yaitu: V 2 V L r 1 1997,215 9,8 1 226,956cm 3 Sehingga besarnya volume udara pada akhir hisap (V 1 ), yaitu: V 1 V L V 2 1997,215 + 226,956 2224,171cm 3 Besarnya tekanan udara pada akhir langkah hisap (P 1 ), yaitu: P 1 0,8 x P 0 P 1 0,8 x 10330 P 1 0,8246 kg /cm 2 Keterangan: P 0 Tekanan udara luar ( kg /cm 2 ) 1 atm 10330 kg /m 2 (Wiranto Arismunandar, 1994: 106) Besarnya temperatur udara pada akhir langkap hisap (T 1 ), yaitu: T 1 T 0 + tw + T r x γr 1 + γr 298 + 15 + 750 x 0,03 1 + 0,03

50 335,5 1,03 325,728 K 52,728 Keterangan: T 0 Temperatur atmosfer atau udara luar ( K) 25 298 K (Wiranto Arismunandar, 1994: 106) tw Pengaruh suhu akibat persentuhan dengan silinder (15 20 K), diambil 15 K (Kovakh, 1976: 95) T r Temperatur gas buang (700 800 K), daimbil 750 K (Petrovsky, 1968: 32) γ r Koefisien gas bekas (0,03 0,04), diambil 0,03 (Petrovsky, 1968: 29) Menurut Kovakh (1976: 68) hasil perhitungan ini dianggap memenuhi persyaratan, karena besarnya panas awal pemasukan T 1 berkisar antara 310-350 K b. Langkah kompresi Besarnya tekanan pada akhir langkah kompresi P 2, yaitu: P 2 P 1 x V 1 V 2 k 0,8264 x 2224,171 226,956 1,3079 0,8264 x 9,8 1,3079 10, 484 kg /cm 2

51 Keterangan: k Nilai perbandingan kalor spesifik C pm / C vm 1,3079 (untuk bahan bakar bensin) (Sunarto H. Untung: 31) Besarnya temperatur pada akhir langkah kompresi T 2, yaitu: T 2 T 1 x V 1 V 2 k-1 325,75 x 982,92 K 709,92 Keterangan: 2224,171 226,956 1,3079-1 k Nilai perbandingan kalor spesifik (1,3079) (Sunarto H. Untung: 31) c. Proses pembakaran Besarnya tekanan gas pada akhir proses pembakaran P 3, yaitu: P 3 P 2 10,484 kg /cm 2 Sebelum menghitung besarnya temperatur gas campuran (udara dan bahan bakar) pada proses pembakaran T 3, dierlukan parameter thermodinamika berikut ini: Nilai pemakaian bahan bakar tiap jam (Gbb), yaitu:

52 Gbb n e x 632 n th x Hb n e 136,0 PS 136,0 x 632 Gbb 0,39 x 10100 85952 3939 21,820 kg /jam Keterangan: n th Efisiensi thermal (0,35 0,40), diambil 0,39 (Kovakh, 1976: 1730) H b Nilai bahan bakar (10100 kkal / kg) (Petrovsky, 1968: 43) Nilai pemakaian bahan bakar tiap siklus (Gbb ), yaitu: Gbb Gbb 60 21,820 60 0,363 kg /menit Nilai pemakaian bahan bakar tiap menit (Gbb ), yaitu: Gbb Gbb n 0,363 800 4, 537 x 10-4kg /putaran Nilai pemakaian bahan bakar tiap putaran (Gbb ), yaitu: Gbb 2 x Gbb

53 2 x (4, 537 x 10-4 ) 9,074 x 10-4kg /siklus Besarnya pemasukan panas dari hasil pembakaran bahan bakar dan udara didalam silinder (Qm), yaitu: Qm Gbb x H b (9,074 x 10-4 ) x 10100 9,164 kkal /siklus (Petrovsky, 1968: 43) Berat molekul yang diperlukan untukpembakaran 1 kg bahan bakar secara teoritas L 0, yaitu: L 0 1 x C + H 0,21 12 4 1 0,21 x 0,841 + 0,159 12 4 4,762 x (0,070 + 0,040) 0,523 mole /kgbb Keterangan: C 12 x 16 12 x 16 + 36 x 1,008 192 192+36,288 192 228,288 0,841 mole H 36 x 1,008 12 x 16 + 36 x 1,008

54 36,288 192+36,288 36,288 228,288 0,159 mole (Sunarto H. Untung: 29) Berat udara yang diperlukan untuk membakar 1 kg bahan bakar yang sebenarnya L 0, yaitu: L 0 α x L 0 1,3 x 0,523 0,68 mole /kgbb Keterangan: α Koefisien kelebihan udara (1,3 1,7), diambil 1,3 (Petrovsky, 1968: 43) Berat udara yang diperlukan untuk membakar bahan bakar tiap siklus L 0 ", yaitu: L 0 " L 0 x Gbb 0,68 x (9,074 x 10-4 ) 6,17 x 10-4 mole /putaran Berat udara tiap siklus G u, yaitu: G u 28,95 x L 0 " 28,95 x (6,17 x 10-4 )

55 0,01 mole /putaran Panas jenis tekanan konstan gas campuran C pm, yaitu: C pm Gu G x C pa + Gbb G x C pb + 0,01 0,241 x 0,2404 + 0,231 0,241 x 1,2050 1,165 kkal /kg K Keterangan: C pa Panas jenis tekanan konstan untuk udara 0,2404 kkal/kg K C pb Panas jenis tekanan konstan untuk bahan bakar 1,2050 kkal/kg K Sehingga besarnya temperatur gas campuran (udara dan bahan bakar) pada proses pembakaran T 3, yaitu: T 3 Qm + T G x C 2 pm 9,164 0,241 x 1,165 + 709,92 676,49 K 403,49 Besarnya volume gas campuran pada akhir proses pembakaran V 3, yaitu: V 3 V 2 x T 3 T 2 226,956 x 742,56 709,92 237,390cm 3

56 d. Langkah kerja Besarnya tekanan gas pada akhir langkah kerja P 4, yaitu: P 4 P 2 x V 3 V 1 k 10,484 x 237,390 2224,171 1,3079 10,484 x (0,106) 1,3079 10,484 x 0,020 0,209 kg /cm 2 Keterangan: k Nilai perbandingan kalor spesifik (1,3079) Besarnya volume gas buang pada akhir langkah pembakaran V 4, yaitu: T 4 T 3 x 742,56 x V 3 V 4 k-1 237,390 2224,171 1,3079-1 742,56 x (0,106) 0,3079-1 742,56 x 0,020 148,51 K -12,45 Keterangan: k Nilai perbandingan kalor spesifik (1,3079)(Sunarto H. Untung: 31) e. Proses pengeluaran kalor Besarnya panas jenis volume konstan gas campuran C vm, yaitu:

57 C vm Gu G x C va + Gbb G x C vb 0,01 0,241 x 0,1718 + 0,363 0,241 x 1,1961 1,809 kkal / kg K Keterangan: C va Panas jenis volume konstan untuk udara 0,1718 kkal / kg K (V.L. Maleev, 1945 : 27) C vb Panas jenis volume konstan untuk bahan bakar 1,1961 kkal / kg K (V.L. Maleev, 1945 : 27) Jumlah kalor yang harus dikeluarkan yaitu: Q k G x C vm x T 4 T 1 0,241 x 1,809 x (148,51 52,728) 0,241 x1,809 x 95.782 25,137 kkal / kg 25,137 x 3,969 99,768 BTU / hr 2. Perhitungan perpindahan panas a. Perpindahan pada blok silinder Sebelum dapat menghitung besarnya perpindahanpanas pada bloksilinder (bagian dalam dan bagian luar), maka terlebih dahulu diperlukan data parameter thermodinamika berikut ini:

58 Mengkonversi daya efektif engine Q s, yaitu: Q s n e x 632,4 136,0 x 632,4 86006,4 kkal 86006,4x 3,969 341359.4016BTU Menghitung nilai panas yang terjadi pada setiap silinder Q, yaitu: Q Q s 4 86006,4 4 21.5016kkal 215.056,57BTU Menghitung besar perpindahan panas yang melalui dinding blok silinder Q ds, yaitu: Q ds Q s z 86006,4 13.661,42 8,60kkal 15880BTU Untuk menghitung nilai temperatur pada dinding blok silinder (bagian dalam dan bagian luar), diperoleh degan urutan sebagai berikut: yaitu: Menghitung besar temperatur rata-rata gas pada proses pembakaran t 1,

59 t 1 T 1+ T3 2 325,73+742,56 2 534,1 K 261,1 (1,8 x 261,1) + 32 501,98 Menghitung tebal dinding dalam blok silinder (L), yaitu: L (0,045 x D) + 1,588 (0,045 x 86,0) + 1,588 5,458 mm 5,458 304,8 0,017 ft x L Menghitung tebal dinding luar blok silinder (x), yaitu: 0,017 ft 0,518 cm Menghitung diameter dinding luar silinder (D 0 ), yaitu: D 0 D + 2L 0,264 + (2 x 0,017) 0,298 ft 9,083 cm Menghitung luas perpindahan panas pada bagian dalam silinder (A 1 ), yaitu:

60 A 1 π x D x S x 0,5 + π x D x S r 1 3,14 x 0,264 x 0,287 x 0,5 + 3,14 x 0,264 x 0,287 9,8 1 + 1 4 x 3,14 x 0,2642 x 2 0,119 + 0,027 + 0,109 0,255 ft 2 0,255 x 923,94 235,605 cm 2 Menghitung luas luas perpindahan panas bagian luar silinder (A 0 ), yaitu: A 0 π x D x S x 0,5 + π x D x S r 1 + 1 4 x π x D2 x 2 3,14 x 0,264 x 0,287 x 0,5 + 3,14 x 0,298 x 0,287 9,8 1 + 1 4 x 3,14 x 0,2982 x 2 0,134 x 0,031 + 0,139 0,304 ft 2 280,88 cm 2 yaitu: Menghitung luas luas bidang perpidahan panas rata-rata pada silinder (A), A A 0 + A 1 2 0,304 + 0,255 2 0,2795 ft 2

61 Sehingga besar temperatur dinding silinder bagian dalam (t 2ds ), yaitu: t 2ds t 1 Q ds U. A 15,880 325,73 40,48 x 0,2795 325,62 325,62 32 1,8 163,13 Keterangan: U Koefisien perpindahan panas total 40,48 BTU/ft 2. Hr Besarnya temperatur dinding silinder bagian luar (t 3ds ), yaitu: t 3ds h 1 x x A 0x t 2ds h 1 x A 0 27 0,017 x 0,304 x 163,13 27 0,017 x 0,304 78.763.003 482, 824 163,16 163,16 32 1,8 72,87

62 350,21 K Keterangan: h 1 Konduktifitas bahan silinder 27 BTU/ft 2. hr (V.L. Maleev, 1945: 426) b. Perpindahan panas pada kepala silinder Besarnya perpindahan panas yang melalui kepala silinder (Q ks ), yaitu: Q ks 13% x Q 0,13 x 13.661, 42 1.775,99 kkal 7.047, 128 BTU Nilai temperatur pada dinding dalam kepala silinder (t 2ks ), yaitu: t 2ks t 1 Q ks U. A 739,58 7.047, 128 40,48 x 0,2795 116,72 116,72 32 1,8 47,07 320,07 K Nilai temperatur dinding luar kepala silinder (t 3ks ), yaitu:

63 t 3ks h 1 x x A 0x t 2ks Q ks h 1 x x A 0 27 0,017 x 0,034 x 116,72 7.047,128 27 0,017 x 0,034 49.308,024 482,824 102,124 102,124 32 1,8 38,958 311,958 K Besarnya temperatur rata-rata kepala silinder (t r ), yaitu: t r t 3ds + t 3ks 2 163,16 + 102,124 2 132,642 58,174 331,174 K c. Perpindahan panas yang diserap oleh air pendingin Besarnya panas yang diserap air pendingin pada tiap silinder (Q a ), yaitu: Q a h m x A x t 4 t 5 x γ

64 180 x 0,2795 x (136,552 125) x 25% 180 x 0,2795 x 11,552 x 0,25 145,295 BTU/ hr 50,874 kkal/ jam