BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Media (Alat Peraga Origami Modular dan Jobsheet)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan. tidak optimal terutama pada pelajaran matematika.

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

Pada isi pernyataan SKL yang kedua, memahami unsur-unsur dan sifatsifat bangun datar merupakan materi yang harus dikuasai siswa terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu pelajaran dasar yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kediri, pada pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun datar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hani Megawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan orang yang akan melakukan pembelajaran. Belajar bukan hanya. sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia dewasa, beradab dan normal (Jumali.dkk. 2004:1). Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Aplikasi matematika dalam kehidupan masyarakat sehari-hari menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa. Sukar dicerna, sulit dipahami, rumit dipelajari, dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru SD, serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Bandar Setia dengan memberikan 10 soal tentang materi operasi hitung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan tersebut, salah satunya bekal kemampuan untuk berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. soal matematika apabila terlebih dahulu siswa dapat memahami konsepnya.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari Matematika berarti belajar mengemukakan, merumuskan, menentukan hubungan antara konsep-konsep, menyusunnya dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Hubungan antar individu ini membentuk kehidupan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang telah dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

Jumnah, Gandung Sugita, dan Marinus B. Tandiayuk. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Tahap Sensori Motor (0 2 tahun) 2. Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. masayarakat dan organisasi dalam lingkungan pendidikan. Terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam kurikulum 2006, bertujuan antara lain agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh sedikit orang. Ini adalah pandangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari ilustrasi yang dekat dan mampu dijangkau siswa, dan kemudian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Depdiknas (2006:417) Mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yaitu, Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Dengan salah satu tujuan tersebut, maka betapa pentingnya pemahaman, karena pemahaman digunakan oleh guru untuk dijadikan sebagai ukuran keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Keberhasilan proses kegiatan pembelajaran matematika dapat dilihat dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat diukur dari tingkat pemahaman tentang materi yang dipelajari siswa. Semakin tinggi pemahaman maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya pemahaman tentang matematika yang di capai siswa masih rendah. Pembelajaran matematika selama ini belum berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika. Dalam hal belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep. Selama ini siswa cenderung menghafal konsep-konsep matematika tanpa memahami maksud dan isinya. 1

2 Dengan demikian pembelajaran matematika di sekolah merupakan masalah. Jika konsep dasar di terima siswa secara salah, maka sangat sukar untuk memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soalsoal matematika. Tetapi jika siswa bersifat terbuka masih ada harapan untuk memperbaikinya sebelum siswa menerapkannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Namun jika siswa bersifat tertutup, maka kesalahan itu akan di bawa terus sampai pada suatu saat mereka menyadari bahwa konsep-konsep yang mereka miliki adalah keliru. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana siswa memahami konsep-konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan. Salah satu konsep matematika yang belum dipahami siswa kelas V SDN Banyuhurip adalah konsep bangun ruang. Proses pembelajaran masih bersifat pemberian contoh oleh guru pada siswa. Siswa hanya di minta mengerjakan soal latihan yang berpatok pada contoh. Hal ini jelas menghambat siswa untuk berpikir kreatif, karena siswa tidak di beri kesempatan untuk berinisiatif sendiri untuk memahami penyelesaian suatu masalah yang melibatkan bangun ruang. Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan di kelas V SDN Banyuhurip adalah siswa kurang berminat belajar matematika, siswa belum bisa membedakan bangun ruang, alat peraga jarang digunakan di sekolah pada saat mata pelajaran matematika berlangsung, siswa lebih senang belajar praktik daripada mendengarkan ceramah, metode kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh, siswa senang belajar kelompok dalam pembelajaran matematika,

3 guru kurang memfasilitasi siswa untuk berpikir kreatif, siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, siswa takut apabila di suruh ke depan, siswa malu bertanya tentang materi yang belum di mengerti. Pada pembelajaran matematika seperti yang peneliti lihat di SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat terutama pada pokok bahasan bangun ruang masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari latihan soal yang diberikan guru banyak siswa mendapat kesalahan yaitu membedakan bangun ruang limas dan prisma serta kurang memahami sifatsifat dari bangun tersebut. Hal ini dapat di lihat dalam pekerjaan siswa di bawah ini. Gambar 1. 1 Contoh Pekerjaan Siswa

4 Banyak kendala yang di alami oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika, misalnya dalam memahami konsep matematika, kurang menariknya penyajian. Dienes dalam Ruseffendi (2006:158) berpendapat ada enam tahap dalam belajar dan mengajarkan konsep matematika, yaitu: (1) Bermain bebas, (2) Permainan, (3) Penelaahan sifat bersama (searching for communalities), (4) Representasi, (5) Penyimpulan, dan (6) Pemformalan. Agar penyajian pembelajaran lebih menarik, untuk itu diperlukan strategi pembelajaran sehingga dalam belajar bangun ruang seolah-olah anak sedang bermain. Hal lain adalah seringkali pembelajaran matematika hanya bersifat abstrak. Piaget dalam Ruseffendi (2006:149) membagi perkembangan mental anak secara kronologik ke dalam empat tahap, yaitu: Sensori motor (0-2 tahun), Preoperasi (2-7 tahun), operasi kongkrit (7-11 tahun), dan operasi formal (11-15 tahun). Sedangkan Van Hiele dalam Ruseffendi (2006:161) Tahap-tahap atau perkembangan mental siswa dalam memahami geometri itu adalah: Pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan. Di sekolah dasar pembelajaran matematika seharusnya menggunakan benda-benda kongkrit dalam memahami bangun ruang/geometri, untuk itu perlu sekali alat peraga yang membantu guru untuk menanamkan konsep-konsep matematika kepada siswa. Alat peraga memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dalam pencapaian tujuan tersebut, alat peraga pembelajaran memegang peranan yang sangat penting sebab dengan adanya alat peraga pembelajaran ini bahan pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

5 Menurut Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika (2001:204) penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu atau beberapa dari yaitu: (1) Pembentukan konsep, (2) Pemahaman konsep, (3) Latihan dan penguatan, (4) Pelayanan terhadap perbedaan individual, termasuk pelayanan terhadap anak lemah dan anak berbakat, (5) Pengukuran, alat peraga dipakai sebagai alat ukur, (6) Pengamatan dan penemuan sendiri ideide dan relasi baru serta penyimpulannya secara umum, alat peraga sebagai objek penelitiannya maupun sebagai alat untuk meneliti, (7) Pemecahan masalah pada umumnya, (8) Pengundangan untuk berpikir, (9) Pengundangan untuk berdiskusi, (10) Pengundangan partisipasi aktif. Gambaran permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Mengingat pentingnya matematika maka diperlukan pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan guru yaitu dengan menggunakan suatu alat peraga pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Untuk menjawab permasalahan tersebut salah satu strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk siswa adalah dengan menggunakan origami sebagai alat peraga pada konsep bangun ruang. Manfaat origami dalam kaitannya dengan pendidikan, yaitu origami dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematika. Dalam proses lipat-melipat menjadi berbagai bentuk geometri, bentuk bangun datar maupun bangun ruang atau bagaimana membagi kertas tersebut menjadi suatu bangun. Hal ini membantu siswa dalam mengenali pola dan konsep bentuk atau bangun geometris. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika di sekolah. Oleh karena itu, peneliti mencoba

6 mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penggunaan Alat Peraga Origami pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang dengan menggunakan alat peraga origami di kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang dengan menggunakan alat peraga origami di kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa pada pokok bahasan bangun ruang setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga origami di kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

7 C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada pemahaman siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang tentang limas dan prisma dengan menggunakan alat peraga origami pada mata pelajaran matematika di kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang dengan menggunakan alat peraga origami di kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang dengan menggunakan alat peraga origami di kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 3. Untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa pada pokok bahasan bangun ruang setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga origami di kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

8 E. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang terkait diantaranya: 1. Bagi guru a Memberi masukan serta sebagai bahan informasi dalam mengajar bahwa alat peraga origami dapat digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika b Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi. c Metode mengajar akan bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apabila guru mengajar setiap jam pelajaran. 2. Bagi siswa a Pembelajaran bisa menarik. Penggunaan alat peraga origami dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga serta memperhatikan. b Memberikan umpan balik yang diperlukan dan dapat membantu siswa menemukan beberapa pengalaman yang telah mereka pelajari. c Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik.

9 d Siswa lebih dapat aktif dalam proses belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. 3. Bagi sekolah a Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya melalui penggunaan alat peraga origami. b Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan fasilitas dalam penggunaan alat peraga origami yang inovatif dan efektif dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah dasar. F. Hipotesis Tindakan Dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Jika penggunaan alat peraga origami pada pembelajaran matematika dilakukan guru dengan tepat dan benar maka pemahaman siswa tentang bangun ruang limas dan prisma akan meningkat. G. Definisi Operasional Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Pemahaman Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti terhadap materi. Pemahaman konsep di dalam ranah kognitif taksonomi

10 Bloom ditempatkan pada tingkat kedua. Dalam penelitian ini, pemahaman siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa menyelesaikan masalah matematika berkenaan dengan sifat-sifat bangun ruang yaitu limas dan prisma. Tingkat pemahaman siswa diukur dengan skor tes pemahaman yang dilakukan setelah proses pembelajaran. Menurut Van De Wall (2008:26) pemahaman dapat didefinisikan sebagai, Ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang telah ada. Tingkat pemahaman bervariasi. Pemahaman tergantung pada ide yang sesuai yang telah dimiliki dan tergantung pada pembuatan hubungan baru antara ide. 2. Alat Peraga Matematika Alat peraga matematika adalah seperangkat benda kongkrit yang di rancang, di buat, di himpun, atau di susun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. 3. Origami Origami adalah sekumpulan kertas yang beraneka ragam warna dan ukurannya, jika di lihat sebagai sesuatu yang mendidik, origami akan bermakna sangat besar. Origami dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seni melipat kertas menjadi berbagai bentuk.

11 4. Bangun ruang Bangun ruang adalah benda yang bisa di cari volumenya. Dalam penelitian ini pembahasan bangun ruang yang dimaksud hanya terfokus pada bangun ruang limas dan prisma. Limas adalah benda yang mempunyai sisi-sisi tegak berbentuk segitiga dan rusuk-rusuk tegak bertemu di satu titik sedangkan prisma adalah benda yang mempunyai sisi alas dan sisi atas sejajar dan mempunyai bentuk dan ukuran sama serta sisi-sisi tegak berbentuk persegi.