4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam memproduksi daging. Mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

Tingkat Kelangsungan Hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

I. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Pemberian Suspensi Daging Buah Kepel (Stelechocarpus burahol) terhadap Gambaran Histopatologi Hati

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Pemanfaatan Tanaman Obat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN OBAT TERHADAP PERFORMAN DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI AYAM BROILER ADE OCKTAVIANI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

1 Universitas Kristen Maranatha

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji toksikopatologi hati dan ginjal mencit pada pemberian ekstrak Pauh Kijang (Irvingia malayana Oliv ex A. Benn)

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

Transkripsi:

28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 pemberian ekstrak tanaman obat pada minggu pertama memberikan gambaran bobot badan ayam broiler yang tidak berbeda nyata antar perlakuan (p>0.05), tetapi berbeda nyata dengan kontrol (p<0.05). Ekstrak tanaman obat yang memiliki efek paling baik terhadap bobot badan pada minggu tersebut adalah temu ireng. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 (P) Bobot badan (gram) Minggu-1 Minggu-2 Minggu-3 Minggu-4 1 Adas 2 Temu ireng 3 Sirih merah 4 Sambiloto 5 Adas + temu ireng + sirih merah + 6 Adas + temu ireng + sirih merah 7 Adas + temu ireng + 8 Temu ireng + sirih merah + 134.40 a 448.75 a 776.8 ab 1143.2 ab 141.90 a 496.83 a 871.50 a 1252.2 a 134.56 a 456.45 a 760.38 ab 1113.7 abc 125.18 ab 452.68 a 734.95 ab 1099.18 abc 128.78 ab 437.33 a 837.55 ab 1092.75 bc 128.58 ab 461.33 a 775.18 abc 1132.7 abc 126.80 ab 423.95 a 695.18 cd 1013.6 bc 133.53 ab 484.63 a 850.63 ab 1228.5 ab 9 Adas + sirih merah + 121.88 ab 419.18 a 754.7 abc 1110.2 abc 10 109.78 b 351.33 b 653.80 d 962.68 d Kontrol (aquadestilata) Ket: Angka yang diikuti huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05) 28

29 Pada minggu ke-2 terjadi kecendrungan yang berbeda, beda nyata (p<0.05) terjadi antara kelompok kontrol dengan semua kelompok. yang memberikan efek paling baik dengan cara menghasilkan bobot badan tertinggi adalah temu ireng (perlakuan 2) pada Tabel 2. 1400 1200 1000 Bobot badan (g) 800 600 400 200 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 8 Grafik rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 Pada minggu ke-3 terjadi perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara hampir semua kelompok perlakuan kecuali perlakuan dengan menggunakan kombinasi ekstrak adas, temu ireng dan terhadap kontrol. Pada minggu ke-4, kelompok dengan menggunakan ekstrak tanaman temu ireng berbeda nyata dengan kelompok yang mendapatkan ekstrak adas, temu ireng, sirih merah dan. Kelompok perlakuan lainnya berbeda nyata dengan kelompok kontrol kecuali pada kelompok yang menggunakan kombinasi ekstrak adas, temu ireng dan. Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat bahwa perlakuan menggunakan ekstrak temu ireng memberikan hasil yang terbaik terhadap performan ayam broiler berdasarkan capaian bobot badan tertinggi pada tiap minggunya, sehingga dapat disimpulkan bahwa temu ireng menjadi tanaman obat yang paling baik untuk meningkatkan bobot badan. Hal ini didukung oleh Limananti et al. (2003),

30 yang menyatakan bahwa temu ireng mengandung zat pahit (carpaine atau alkaloida pahit) yang dapat merangsang lambung agar berfungsi dengan baik sehingga akan timbul nafsu makan yang baik juga. 4.2. Gambaran Histopatologi hati dan Skor lesio histopatologi Gambar 9 Gambaran histopatologi hati normal (perbesaran400x) Kelompok kontrol (P10) Skor lesio histopatologi (Tabel 3) pada hati menggambarkan derajat keparahan yang terjadi (mulai dari normal sampai terjadinya nekrosa). Pada perlakuan dengan menggunakan ekstrak tanaman adas terdapat 25% bagian yang normal dan terjadi lesio dari tingkat ringan (55%) sampai sedang (20%) tetapi lesio masih bersifat reversibel. Gambar 10 Gambaran histopatologi sel hepatosit ayam pada kelompok P7 dengan perbesaran 400x (degenerasi hidropik ( ), nekrosis hepatosit ( )

31 Estragol adalah salah satu bahan aktif dari adas. Senyawa kimia ini merupakan golongan terphenoid ether dan dengan efek toksik yang sangat kecil (relatif tidak toksik) menurut Cardoso et al.( 2004). Pemberian ekstrak dilakukan dengan cara dicekok (per oral), dengan demikian zat-zat atau senyawa kandungan tanaman tersebut mengalami proses biotransformasi di hati. Tetapi karena sifat bahan aktifnya yang relatif tidak toksik maka lesio yang terjadi pada hati tidak berat. Hasil persentase skoring lesio histoptologi hati tersebut disajikan pada Tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 Persentase skor lesio histopatologi organ hati ayam setelah pemberian ekstrak tanaman obat Kode (P) Jenis Persentase skor lesio histopatologi (%) Skor-0 (normal) Skor-1 (ringan ) Skor-2 (sedang) Skor-3 (berat) 1 Adas 25 55 20 0 2 Temu ireng 20 30 50 0 3 Sirih merah 0 70 10 20 Ket : 4 Sambiloto 20 55 25 0 5 6 7 8 9 10 Adas + temu ireng + sirih merah + 0 65 25 10 Adas + temu ireng + sirih merah 25 35 30 10 Adas + temu ireng + 0 30 70 0 Temu ireng + sirih merah + 0 80 20 0 Adas + sirih merah + 0 50 50 0 Kontrol (aquadestilata) 0 50 0 0 Skor 0 = Sel parenkim hati/sel hepatosit tersusun radial, vena centralis normal, segitiga kiernan normal; Skor 1 = Sel parenkim hati tidak beraturan/ terjadi oedema, dilatasi vena centralis; Skor 2 = Hiperemi, kongesti, degenerasi berbutir sampai degenerasi lemak ;Skor 3 = Nekrosa sel parenkim hati (inti piknosis, inti pereksis, inti lisis), sel parenkim hati lisis.

32 Pemberian ekstrak tanaman temu ireng mengakibatkan terjadinya lesio yang bersifat reversibel dengan tingkat ringan (30%) sampai sedang (50%). Bahan aktif yang paling tinggi dari temu ireng adalah 1,8,8-trimethylfuro [3,4-c] bicycle. Bahan aktif ini belum diketahui efeknya secara spesifik. Tetapi hasil proses biotransformasi bahan-bahan aktif dari tumbuhan ini di hati mengakibatkan terjadinya lesio. Pada perlakuan ini masih terdapat sel yang normal sejumlah 20%. Saponin merupakan salah satu kandungan temu ireng yang dapat menetralkan dan membersihkan racun dalam tubuh (Setiawan 2009). Tabel 4 Rataan skor lesio histopatologi organ hati ayam setelah pemberian ekstrak tanaman obat Nomor Ulangan Rataan Rataan (slide) Skor/slide Skor/ 1 Adas I 1.1 1.05 dc II 1.0 2 Temu Ireng I 1.3 1.3 bc II 1.3 3 Sirih Merah I 1.3 1.5 ab II 1.7 4 Sambiloto I 0.7 0.8 de II 0.9 5 Adas+temu ireng+sirih merah I 1.4 1.45 ab + II 1.5 6 Adas+temu ireng+sirih merah I 1.4 1.25 bc II 1.1 7 Adas+temu ireng+ I 1.6 1.75 a 8 Temu ireng+sirih merah+ II 1.9 I 1.3 1.15 bc II 1.1 9 Adas+sirih merah+ I 1.5 1.5 ab II 1.5 10 Kontrol (aquadestilata) I 0.5 0.5 e II 0.5 Ket: Angka yang diikuti huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05) Berdasarkan tabel 3, tanaman obat yang menjadi tanaman obat pilihan karena menimbulkan efek yang paling ringan terhadap hati adalah (Andrographis paniculata) dengan skor lesio hampir mendekati kelompok kontrol (tidak berbeda nyata dengan kontrol (p>0.05)). dengan menggunakan kombinasi dari adas, temu ireng dan mengakibatkan

33 terjadinya lesion yang paling berat pada organ hati dengan tingkat lesion berbeda nyata terhadap kelompok kontrol (p<0.05). Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma. Sel membutuhkan ATPase untuk mengaktifkan pompa sodium-potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion. Infeksi akut sel akan menyebabkan air dan protein tetap berada pada sitoplasma. Pompa lapisan membran akan memindahkan ion air dengan cepat keluar dari sitosol dan masuk ke retikulum endoplasma. Hal ini akan mengakibatkan pembengkakan sel yang disebut degenerasi hidropis. Kebengkakan RE akan menghambat sintesa protein, sehingga ribosom terlepas dari rough endoplasmic reticulum (RER). Karena sel gagal memperoleh energi yang bersumber dari mekanisme aerobik, untuk sementara sel berusaha memperoleh energi dari sumber mekanisme anaerobik (glikolisis). Lesio pada hati dengan perlakuan menggunakan tanaman sirih merah yaitu lesion ringan (70%), sedang (10%) sampai berat (nekrosa) (20%) tidak ada yang normal. Zat kimia yang terkandung pada sirih terutama adalah minyak atsiri dan piperin. Disamping itu, pada sirih merah mengandung flavonoid, polevenolad, alkaloid dan tanin. Senyawa flavonoid dan polevenolad bersifat anti kanker, anti oksidan, anti diabetik, anti septik dan anti inflamasi. Menurut Darmansjah (2005), setiap senyawa kimia pada dasarnya bersifat racun. Keracunan dapat terjadi akibat dosis yang berlebihan ataupun cara pemberian atau aplikasi yang kurang tepat. Sambiloto mengandung zat aktif yang dapat menimbulkan perubahan patologis hati. Zat tersebut antara lain saponin dan androgapholide (Efrizanti 2005 dan Marpaung 2004). Berdasarkan aspek toksikologi, mempunyai dosis toksik akut (LD 50) sebesar 71.27 mg/10 g BB, pada manusia. Sambiloto dengan konsentrasi lebih tinggi dari 2.5 mg/ml bersifat toksik (Wibudi 2006). Pemberian androgapholide pada tikus atau kelinci secara oral sebanyak 1g/kg BB tidak menimbulkan gangguan pada hati dan ginjal (Anonim 2006). Berdasarkan tabel diatas (Tabel 3) lesio histopatologi hati pada perlakuan dengan menggunakan ekstrak berupa oedema sel hepatosit dan dilatasi vena sentralis merupakan lesion paling ringan setelah kelompok control. Bahan aktif dari bersifat iritan pada hati tetapi sangat ringan sehingga mengakibatkan terjadinya lesio histopatologi hati berupa oedema dan

34 dilatasi vena sentralis (Efrizanti 2005 dan Marpaung 2004). Lesio yang terjadi dari tingkat ringan (25%) sampai sedang ( 55%) tapi merupakan lesio yang paling ringan bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kerusakan yang mungkin muncul akibat pengaruh zat aktif antara lain: dilatasi, kongesti, infiltrasi, akumulasi sel radang serta degenerasi. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda lesio sel yang bersifat sementara (reversible) (Cheville 1999). Dilatasi merupakan reaksi lanjutan karena pembuluh darah kapiler pembawa darah dari arteri dan vena interlobularis menuju vena sentralis mengalami konstriksi singkat yang disebabkan masuknya rangsangan iritan (Spector dan Spector 1993). Kelainan lain yang dapat terjadi pada hati antara lain adalah kongesti. Kongesti adalah berkumpulnya darah di dalam pembuluh darah disertai adanya pelebaran pembuluh darah tersebut (Sudiono et al. 2003). Kongesti di hati dapat terjadi karena masuknya rangsang iritan yang menyebabkan konstriksi pada arterial dan diikuti dilatasi (Rukmono 1996). Gangguan metabolisme pada sel merupakan penyebab utama dari degenerasi. Hal ini terjadi karena intensitas rangsangan patologik dan jangka waktu paparan yang relatif lama sehingga menyebabkan sirkulasi cairan di hati menjadi tidak lancar. Pada perlakuan 3 (sirih merah), 5 (adas, temu ireng, sirih merah, ) dan 6 (Adas, temu ireng, sirih merah) terdapat lesio histopatologi hati berupa nekrosa. Menurut Lu FC (1995), hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan zat toksikan. Organ hati juga memiliki kadar enzim cukup tinggi yang mampu merubah zat toksik menjadi kurang toksik, tetapi dalam beberapa kasus senyawa racun diaktivasikan sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dari organ hati itu sendiri. Pada keadaan ini akan terjadi kematian sel (apoptosis atau nekrosa). Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram, melibatkan satu atau sekelompok sel tanpa sel radang dan dapat terjadi pada kondisi normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis). Nekrosa melibatkan sekelompok sel hingga pada sebagian jaringan dapat ditemukan sejumlah sel radang. Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun, aktivitas mikroorganisme, defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme termasuk hipoksia. Perubahan sel nekrosa terjadi pada inti dan sitoplasma. Jika nekrosa masih baru terjadi, sitoplasma sel akan lebih banyak

35 mengambil warna eosin, jika terjadi autolisis (kematian akibat enzimnya sendiri) sehingga sel lebih sedikit mengambil warna eosin. Selain itu dapat juga terjadi perubahan ukuran inti sel menjadi mengecil dan berwarna biru (piknosis) akibat penggumpalan kromatin inti atau warna inti terlihat tidak jelas atau tidak terjadi sama sekali seolah-olah menghilang (karyolisis) atau inti pecah menjadi bagian-bagian kecil (karyohexis) (Cheville 1999; Jubb et al. 1993). Lesio ini bisa terjadi karena efek dari bahan aktif kombinasi tanaman obat tersebut, akibat dari pemberian dosis yang tidak tepat ataupun korelasi dari ketiga bahan aktif (saponin) dari tanaman tersebut. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat diterapkan pada peternakan-peternakan ayam, baik peternakan ayam broiler (pedaging) maupun layer (petelur). Sehingga residu dari bahan tambahan pakan yang berefek tidak baik bagi kesehatan orang yang akan mengkonsumsi ayam tersebut dapat dikurangi bahkan dihilangkan, sehingga dapat dihasilkan ternak organik yang sangat aman untuk dikonsumsi. Selain itu pemberian ekstrak herbal juga dapat menguntungkan peternak, karena bisa mendapatkan ayam dengan bobot badan (performan) yang baik dan sehat dengan efisiensi yang tinggi serta tingkat kematian akibat penyakit yang bersifat low phatogenic yang rendah tentunya diiringi dengan pemberian vaksin untuk mencegah terjangkitnya penyakit infeksius. Pemberian ekstrak herbal pada peternakan skala besar dapat dicampurkan dengan minuman atau makanan, tetapi karena kendala rasa dari herbal tersebut yang pahit maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mencari bahanbahan yang dapat memperbaiki rasa agar tingkat konsumsi pakan ternak tersebut tidak berkurang.