VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Analisis Isu-Isu Strategis

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

REVITALISASI PERTANIAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun rancangan program pembangunan peternakan perlu dilakukan secara partisipatif dan aspiratif, sehingga program yang disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan daerah. Berdasarkan paradigma pembangunan, maka pendekatan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan langkah langkah dalam implementasi rekomendasi strategi tersebut. Dalam menentukan langkah-langkah implementasi tersebut diperlukan data-data / informasi dengan melibatkan beberapa orang yang dianggap mengetahui / memahami / berpengalaman dengan kondisi pengembangan peternakan dan kemiskinan di Kabupaten Simeulue. 6.1 Analisis Kriteria AHP Berdasarkan hasil analisis AHP diketahui bahwa kriteria pengurangan kemiskinan melalui pengembangan peternakan yang paling tinggi nilai bobotnya adalah Sumberdaya Daya Manusia (0,528) disusul Komitmen Pemerintah (nilai 0,289), dan Dana (0,182). Secara lengkap urutan nilai bobot kriteria dapat dilihat pada tabel 21 dan bobot struktur hirarki strategi pengurangan kemiskinan melalui pengembangan peternakan di bawah ini. Tabel 21. Urutan Kriteria AHP dalam pengurangan kemiskinan Urutan Kriteria Bobot 1 2 3 SDM Komitmen Pemerintah Dana 0,528 0,289 0,182

Penanggulangan Kemiskinan Melalui pengembangan peternakan Komitmen Pemerintah (0,289) SDM (0,528) Dana (0,182) Peningkata n Pengembangan Sektor Peningkatan Sumber Pembangunan Infrastuktur Blue Print Revitalisasi Unggulan Pendanaan 6.1.1. Komitmen Pemerintah Hasil analisis ini menguatkan komitmen pemerintah mempunyai peranan penting dalam pengurangan kemiskinan melalui pengembangan peternakan. Pengambilan dan pelaksanakan suatu kebijakan diperlukan komitmen yang kuat dan konsisten. Komitmen yang dimaksud adalah komitmen politik dan komitmen kebijakan terhadap pengurangan kemiskinan. Komitmen politik jangka panjang pada tingkat nasional merupakan titik tolak yang penting dari negara-negara yang telah berhasil menurunkan kemiskinan. Kemajuan yang diperoleh membutuhkan komitmen yang sungguh-sungguh dari pengambil keputusan dan politisi untuk memberikan perhatian pada besarnya permasalahan kemiskinan. Tanpa komitmen jangka panjang yang kuat, program-program dan kegiatan tidak akan terlaksana secara berkesinambungan. 6.1.2. Sumber daya Manusia Sumberdaya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi peternakan, memiliki jiwa entrepreneurship, serta siap menghadapi kompetisi bisnis, baik pada tataran lokal, nasional, regional, maupun global mutlak diharapkan untuk melanjutkan estafet pengembangan usaha ternak unggas masa kini dan masa depan. Untuk itu dibutuhkan calon-calon SDM peternakan yang profesional dan berbudaya industri. Sebagai sub-sistem dari sistem pendidikan nasional, lembaga pendidikan tinggi peternakan nasional membekali para lulusannya dengan hard skill dan soft skill sehingga mampu menjadi sarjana peternakan yang mampu berfikir kritis, analitis, kreatif dan mampu memecahkan permasalahan di bidang peternakan tropis. Dengan demikian dapat

memenuhi kebutuhan SDM peternakan, khususnya untuk industri perunggasan nasional yang berdaya saing. Untuk lebih memberdayakan SDM peternakan yang berasal dari pendidikan tinggi peternakan dalam pembangunan industri perunggasan nasional memerlukan simbiose mutualistik yang konsisten dari pemerintah, swasta pelaku perunggasan, dan lembaga pendidikan tinggi peternakan. Upaya yang sinergis dari tiga pihak tersebut diyakini dapat mengkreasikan usaha ternak unggas yang berbasis domestik dan berdaya saing. 6.1.3. Dana Dari hasil analisis AHP kriteria dana menempati urutan yang ketiga atau terakhir dalam menunjang keberhasilan program. Semakin mencukupinya dana yang disediakan untuk melaksanakan program akan semakin besar pula peluang tercapainya target pengurangan kemiskinan. Agar tecapainya alokasi dana yang besar dibutuhkan dukungan keberpihakan dan komitmen dari para penentu kebijakan pembangunan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Keberhasilan suatu daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kebijakan masing-masing daerah. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui alokasi sumbersumber pendanaan pada program dan kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan mengurangi jumlah penduduk mikin. 6.2 Prioritas Strategi Percepatan Penurunan Kemiskinan melalui pengembangan peternakan Hasil analisis dengan AHP untuk menentukan prioritas alternatif penurunan kemiskinan menunjukkan bahwa program peningkatan SDM (bobot 0,356) menempati prioritas pertama. Urutan berikutnya adalah program peningkatan sumber pendanaan (bobot 0,248), program sektor unggulan (bobot 0,175), infrastruktur (bobot 0,124), dan blue print pertanian (bobot 0,097). Seperti yang terlihat pada tabel berikut ini. Tabel. 22 Urutan prioritas penurunan kemiskinan. Urutan Kriteria Bobot 1 2 3 4 5 Peningkatan SDM Peningkatan sumber pendanaan Sektor Unggulan Infrastruktur Blue Print Pertanian 0,356 0,248 0,175 0,124 0,097

6.2.1 Peningkatan SDM Hingga saat ini secara umum sumberdaya manusia di bidang peternakan dan kesehatan hewan masih tertingal baik jumlah maupun mutunya, sebagai contoh untuk pengawasan mutu bibit ternak yang dijaring baik dari masyarakat maupun swasta, pencatatan perkembangan produksi bibit dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan benih dan bibit ternak belum dilaksanakan secara optimal disebabkan oleh rendahnya SDM, keterbatasan sarana dan prasarana serta belum adanya program yang utuh sebagai konsekuensi diberlakukannya otonomi daerah. Faktor kritis SDM dalam bidang peternakan secara umum yang perlu mendapat perhatian, yaitu (1) kemampuan manajerial dalam pengambilan keputusan; (2) mampu melakukan apresiasi terhadap biaya yang dikeluarkan (biaya minimal hasil maksimal); (3) pengembangan daya intelegensia dan selalu mau belajar; (4) memiliki motivasi yang tinggi; (5) selalu memperhatikan kehidupan peternak dengan ternaknya dengan layak; dan (6) selalu meningkatkan pengalaman kerja melalui pengembangan daya inovasi. Program ini dilaksanakan oleh Dinas Peternakan. 6.2.2. Peningkatan Sumber Pendanaan Meningkatnya sumber pendanaan akan berdampak pada meningkatnya jumlah atau besaran dana APBD. Sumber pendanaan sektor pertanian dapat berasal dari Dana Pusat, Propinsi, Kabupaten dan non pemerintah. Untuk meningkatkan sumber pendanaan daerah dapat dilakukan dengan menarik investor dan identifikasi sumber retribusi baru. Agar dapat menarik calon investor ke Kabupaten Simeulue pemerintah daerah harus menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi melalui penyediaan infrastruktur dan regulasi. Peningkatan sumber pendanaan dari non pemerinah diperlukan karena keterbatasan dana pemerintah. Pemerintah daerah dapat mengajak lembaga perbankan dan swasta lainnya untuk turut dalam pembiayaan sektor pertanian. Meningkatnya jumlah dana APBD akan memungkinkan peningkatan alokasi APBD untuk sektor pertanian yang merupakan sektor basis dan telah memiliki blueprint sebagai rancangan pengembangannya maka alokasi APBD untuk sektor pertanian akan meningkat. Program ini akan dilaksanakan oleh Bappeda dan bagian ekonomi. 6.2.3. Sektor Unggulan Pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha usaha pertanian sehingga memiliki nilai tambah, daya saing dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejehteraan masyarakat terutama peternak.

Pembangunan Peternakan pada hekekatnya adalah upaya pemerintah dalam pemenuhan produk pangan asal hewan yang meliputi daging, telur dan susu untuk menyeimbangkan atau meningkatkan status gizi masyarakat sesuai dengan standar kebutuhannya. Di samping upaya tersebut, peternakan dan pelaku pendukung lainnya sebagai pelaku utama kegiatan usaha tersebut harus memperoleh tingkat kesejahteraan yang optimal, memperoleh kepastian usaha dan berkelanjutan. Peningkatan Sentra Perbibitan Tidak seluruh petani peternak yang ada saat ini diarahkan untuk menjadi pembibit/penangkar, hanya petani peternak potensial saja yang memerlukan pembinaan untuk dapat berkembang menjadi peternak pembibit. Berbagai program yang dapat diupayakan untuk penguatan petani peternak pembibit yang terkonsentrasi dalam satu kawasan antara lain pembentukan kelompok peternak pembibit yang dilakukan oleh peternak dan pemerintah bertindak sebagai motivator, akselerator dan regulator, mendekatkan kelompok peternak tersebut kepada sumber pendanaan (perbankan yang ada baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan), mendapatkan pelayanan dalam upaya peningkatan pengetahuan dan teknologi pembibitan baik dari kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian dan lain sebagainya. Program ini dilaksanakan oleh dinas Peternakan. 6.2.4 Infrastruktur Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakyatan dan peningkatan kualitas SDM. Program pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang mampu memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah. Program ini dilaksanakan oleh dinas PU, indikator kinerja dari program ini adalah Guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah. Program yang dilakukan untuk pembangunan infrastruktur wilayah perdesaan adalah: a. Membuka isolasi daerah-daerah yang terisolasi dengan pembangunan jalan-jalan perdesaan. b. Pembangunan prasarana perekonomian dan pertanian c. Pembangunan prasarana pemerintahan desa/kelurahan

6.2.5. Blue Print Pertanian Program percepatan (akselerasi) pengembangan peternakan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan sumberdaya lokal dengan tujuan agar sesegera mungkin dapat tercapai populasi optimal sesuai dengan daya dukung wilayah sehingga peternakan di Kabupaten Simeulue dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat pedesaan, memenuhi permintaan bibit bagi daerah-daerah lain, dan memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam daerah. Dengan demikian, secara tidak langsung peternakan diharapkan dapat menjadi lokomotif penggerak atau pengungkit sektor ekonomi lainnya dalam rangka meningkatkan perekonomian, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Isu Strategis permasalahan dalam pengembangan peternakan Kabupaten Simeulue: 1. Populasi, produksi, dan produktivitas ternak belum optimal; 2. Penyediaan daging Aman, Sehat, Utuh dan Halal masih terbatas; 3. Pengembangan SDM dan kelembagaan belum efektif dan efisien; 4. Sarana dan prasarana untuk pengembangan peternakan unggas belum memadai; 5. Investasi dalam bidang peternakan masih sangat terbatas. Dalam upaya peningkatan populasi, produksi, dan produktivitas ternak ditetapkan empat kebijakan pokok, yaitu: 1. Pemberian Bibit ternak betina: tujuan kebijakan ini untuk mengoptimalkan produktivitas dan memperbanyak jumlah ternak induk, sehingga meningkatkan jumlah kelahiran; 2. Pengendalian pemotongan betina produktif: kebijakan ini berupa upaya pengurangan persentase pemotongan betina produktif terhadap jumlah pemotongan. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan jumlah induk produktif; 3. Pengendalian penyakit : kebijakan ini berupa upaya pengurangan jumlah kematian yang diakibatkan oleh parasit atau penyakit lainnya dengan memberikan pengobatan dan penyuluhan secara gratis. Peningkatan kapasitas SDM petugas dinas, penyuluh, dan peternak sangat dibutuhkan dalam program peternakan. Kebijakan-kebijakan penting yang diperlukan dalam hal ini adalah: 1 Revitalisasi penyuluhan peternakan: kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja penyuluh;

2 Pengembangan kelompok tani-ternak: kebijakan ini bertujuan agar kelompok tani-ternak menjadi lembaga pemberdayaan dengan manajemen modern. 3 Pengembangan institusi pendukung: kebijakan ini bertujuan agar institusi-institusi pendukung program pengembangan peternakan, seperti Lembaga Perkreditan, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Lembaga Penyuluhan, Puskeswan, Pasar Hewan, dan sebagainya dapat berfungsi optimal. Program ini dilaksanakan oleh dinas Peternakan dan Bappeda. Indikator kinerja dari program ini adalah Agar meningkatkan sumbangan sektor pertanian dalam PDRB, daya serap tenaga kerja sektor pertanian dan segera mungkin dapat tercapai populasi optimal sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat.