BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan informasi yang lajunya begitu cepat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) Capres & Cawapres secara langsung yaitu pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas?

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pemilih Pemula di Indonesia

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

Peran Humas Pemerintah dalam Masyarakat Demokrasi

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANDRI AFRIYANTO NIM UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN

3 Sukses LSI di Pilpres 2014

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

FOKUS PAGI MQ 92,3 FM Jogjakarta Edisi Jumat, 24 April 2009 Tema: Politik Topik: Boikot Pilpres, Pilpres Tunggal Bisa Melenggang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam

BAB II KAJIAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

BAB II ANALISA MASALAH

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi (information technology) dan komunikasi mulai berkembang

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak pernah terlepas dari suatu proses komunikasi. Sejarah komunikasi

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB I PENDAHULUAN. Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal belakangan

BAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budiarjo (2008) mengatakan, salah satu perwujudan demokrasi yang menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

SEJUTA RELAWAN GERAKAN PENGAWAS PEMILU POKJANAS GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui

ENAM REVISI PILKADA USULAN PUBLIK LSI DENNY JA FEBRUARI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

Pemilu yang ada bahkan tidak membawa perubahan orang. Sebagian besar akan tetap orang dan muka lama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Pemilu merupakan bentuk pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik. Pemilu di Indonesia dilaksanakan dengan menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dalam Pemilu, masyarakat menaruh harapan mereka kepada calon pemimpin yang mereka pilih untuk mampu memimpin dan menjalankan kegiatan legislatif dan eksekutif. Namun, banyaknya pemberitaan di media mengenai jalannya pemerintahan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat menimbulkan rasa kurang percaya masyarakat terhadap pesta demokrasi lima tahun sekali tersebut. Survei Institut Riset Indonesia memprediksi tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 menurun dibandingkan Pilpres 2009 menjadi 51,3%. Tingkat apatisme di masyarakat dari pemilu ke pemilu terus naik. Itu disebabkan adanya pameo yang tumbuh di masyarakat yaitu 4 L (Lu Lagi Lu Lagi), ungkap peneliti senior Insis Mochtar W Oetomo kepada wartawan saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Minggu (12/1) (Sumber: www.metrotvnews.com/metronews/read/2014/01/12/1/207112/golput-pada- Pemilu- 2014-Diprediksi-Meningkat (diakses Rabu, 19 Maret 2014 19.64). 1

Menurut survei tersebut sebanyak 51,3% responden menyatakan akan menggunakan hak pilih di Pilpres 2014. Angka itu menurun dibandingkan Pilpres 2009 sebesar 72,10%. Selanjutnya, dalam survei itu disebutkan sebanyak 38,22% responden tidak menjawab. Selain itu sebanyak 10,46% responden tidak akan menggunakan hak pilih. Tingkat partisipasi pemilih dalam Pilpres terus menurun sejak 2004. Dalam Pilpres 2004 putaran pertama partisipasi pemilih sebanyak 78%, dan di putaran kedua menurun menjadi 75%. Lalu di Pilpres 2009 tingkat partisipasi pemilih sebanyak 72,10%. Sumber juga menjelaskan partisipasi pemilih pada pemilu pascareformasi yang terus menurun yaitu 1999 (92,74%), 2004 (84,07%), 2009 (79%). Menurut Burhanudin, dari survei yang dilakukan LSI pada 1-12 Februari 2012 terhadap 2.050 responden dengan metode acak bertingkat lebih dari 50 persen responden berpotensi tidak akan memilih pada pemilu 2014. Hanya 49 persen responden yang sudah mantap menentukan pilihan. Sebanyak 25 persen belum menentukan pilihan dan 26 persen masih ragu-ragu dan belum mantap dengan pilihannya. Peneliti pada Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J. Cristiadi menyatakan menurunnya kepercayaan publik pada partai politik ini sebagai akibat merosotnya fungsi partai. Belakangan muncul kecenderungan partai hanya berkutat soal kekuasaan tapi abai terhadap fungsi sosial di tengah masyarakat. (Sumber:www.tempo.co/read/news/2012/02/19/078384982/LSI-Sebut-Angka- Golput-Makin-Besar-pada-2014 (diakses pada rabu, 19 Maret, 20.04 WIB). 2

Melihat survei di atas, menunjukkan bahwa ada fenemona dimana masyarakat tidak lagi memiliki kepercayaan yang cukup terhadap pemilihan umum. Padahal partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi penyelenggaraan kekuasaan negara tertinggi yang sah oleh rakyat. Terlebih lagi pemilih baru yang merupakan kaum muda yang skeptis dan kurang memahami siapa yang menjadi calon pemimpin yang nantinya akan mereka pilih. Data Center for Election and Political Party Universitas Indonesia (UI) pada website kpujakarta.co.id (diakses Rabu, 19 Maret 2014, 20:48 WIB) menyebutkan, pada Pemilu 2014 akan ada sekitar 53 juta pemilih muda berusia 17-29 tahun yang terdaftar sebagai pemilih. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat suara Partai Demokrat sebagai pemenang Pemilu 2009. Jumlah ini menunjukan besarnya pengaruh pemilih muda dalam Pemilu 2014. Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU) diperkirakan, pemilih pemula (usia 17-21 tahun) sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Data BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun: 19.878.417 orang. Dengan demikian, jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.503 orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat besar dan bisa menentukan kemenangan partai politik atau kandidat tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum. Secara psikologis, Pemilih Pemula memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang-orang tua pada umumnya. Pemilih Pemula cenderung kritis, mandiri, independen, anti status quo atau tidak puas dengan kemapanan, pro 3

perubahan dan sebagainya. Karakteristrik itu cukup kondusif untuk membangun komunitas pemilih cerdas dalam pemilu yakni pemilih yang memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya. Misalnya karena integritas tokoh yang dicalonkan partai politik, track record-nya atau program kerja yang ditawarkan (Sumber: http://www.antara.net.id/index.php/2014/01/02/pemilihpemula-pemilu-2014-potensi-besar-sosialisasi-program-yang-belum-merata/id/ (Diakses Selasa, 1 April 2014, 5.56 WIB). Melihat masalah tersebut, muncul gerakan-gerakan untuk mengkomunikasikan dan mengajak anak muda untuk turut serta dalam pemilihan umum. Seperti Gerakan Celup Kelingking, Rock The Vote Indonesia yang merupakan kampanye yang terinspirasi dari Rock The Vote International yang pertama kali ada di Amerika. Gerakan Rock The Vote merupakan gerakan yang dicetuskan pada tahun 1990. Pada 2004, lebih 1.2 juta anak muda mendaftar menjadi pemilih di website Rock The Vote. Gerakan Rock The Vote Indonesia merupakan gerakan yang didirikan oleh Center for Election and Political Party, Fakultas Ilmu Sosial dan politik, Universitas Indonesia. Gerakan Rock The vote Indonesia juga melaksanakan kampanyenya melalui twitter dan kini diikuti sekitar 1.177 followers. Selain itu ada pula Kampanye Ayo Vote yang merupakan sebuah inisiatif untuk mengajak kaum muda Indonesia berpartisipasi dalam pemilihan umum legislatif dan presiden dimulai dengan pemilu yang diadakan tahun 2014. Kampanye Ayo Vote lahir dari kesadaran bahwa masih banyak jumlah anak muda Indonesia yang bersikap tidak peduli terhadap sistem perpolitikan. 4

Menurut pakar komunikasi, Rice & Paisley, kampanye adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi opini individu dan publik, kepercayaan, tingkah laku, minta, serta keinginan khalayak dengan daya tarik komunikator yang komunikatif (Ruslan, 2002:56). Kampanye komunikasi merupakan tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek tertentu. Ayo Vote merupakan bentuk kampanye Ideological or cause campaigns, yaitu jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Biasanya kampanye ini disebut dengan social change campaigns dan kegiatan kampanye sosial tersebut bersifat nonkomersial. Ayo Vote memulai gerakan dengan menawarkan one-stop portal untuk menyosialisasikan proses pemilu, edukasi publik tentang parpol, caleg, dan kandidat capres-cawapres. Dari portal berkembang ke social networking yang mereka miliki. Misalnya, Facebook, Twitter, dan Youtube. Website Ayo Vote juga menampilkan berita seperti news portal pada umumnya, plus info grafis untuk memudahkan pemahaman. Abdul Qowi Bastian, penggagas gerakan Ayo Vote mencontohkan profil lembaga DPR dan DPD. Pencetus Ayo Vote, Pingkan Irwin mengakui, metode menjadi bagian penting agar pesan bisa sampai ke memori anak muda. Karena itu, selain lewat media sosial, Ayo Vote 5

menggandeng beberapa ambasador (duta) dari figur yang dekat dengan anak muda, seperti Stand Up Comedian. Pesepak bola Bambang Pamungkas dan artis Igor Saykoji juga contoh figur publik yang menjadi dutanya (Sumber: http://satelitnews.co.id/?p=29998 (diakses, Selasa, 1 April 2014, 13:15 WIB). Situs jejaring media menjadi wadah bagi Ayo Vote untuk memberikan informasi kepada khalayak. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Berikut statistik pengguna internet menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia: Gambar 1.1 Pengguna Internet Indonesia Sumber: http://www.apjii.or.id/v2/read/page/halaman-data/9/statistik.html Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati 6

peringkat 4 pengguna Facebook dan Indonesia menempati peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris. Pengguna Twitter, berdasarkan data PT Bakrie Telecom, memiliki 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Menurut laporan terbaru dari Onavo Insight pada bulan Agustus lalu, Indonesia menjadi negara dengan tingkat penetrasi Twitter tertinggi di dunia, yakni mencapai 64% (Sumber: http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/kominfo+%3a+pengguna+int ernet+di+indonesia+63+juta+orang/0/berita_satker#.uzo8naisy3l (diakses:1 April 2014). Gambar 1.2 Penetrasi Twitter Sumber: www.jagatraya.com Sangat disayangkan apabila perkembangan dan kemajuan teknologi internet ini hanya digunakan untuk sekadar memperbaharui status atau juga saling menimpali komentar di Twitter. Twitter menjadi media yang bagus untuk 7

mengkampanyekan kepada masyarakat, khususnya anak muda tentang pentingnya ikut serta dalam Pemilu. Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr (2008:8) menjabarkan bahwa para kandidat politik mulai menggunakan situs Internet sebagai bagian dari kampanye mereka selama pemilihan presiden tahun 1996, dan dilakukan secara terus-menerus. Contohnya situs George Bush (www.georgewbush.com). Dalam penelitian ini, akan meneliti tentang kampanye Ayo Vote di twitter. Ayo Vote adalah sebuah program independen, non-partisan yang bertujuan untuk mengajak para pemuda Indonesia memiliki kesadaran penuh tentang peran mereka dalam menentukan wakil mereka dan menggunakan hak pilih yang merupakan sebuah hak istimewa dan kewajiban setiap individu. Ayo Vote menawarkan onestop portal yang berkembang juga dengan membuat akun di media sosial, seperti twitter. Followers @AyoVote sudah mencapai 4600 lebih pengikut. Angka ini lebih banyak dibanding kampanye sejenis lainnya yang menggunakan media twitter, seperti Rock The Vote Indonesia dan Gerakan Celup Kelingking. Melalui akun @AyoVote, Ayo Vote yang didukung oleh salah satu firma Public Relations terkemuka di Indonesia, Edelman untuk mengelola pesan dan informasi baik di situs maupun di jejaring sosial. Ayo Vote berkampanye untuk meningkatakan partisipasi politik. Kampanye ini juga membentuk komunitas dan melaksanakan special event, dimana informasi dan pesannya dengan mudah didapat melalui akun twitter. Edelman membantu Ayo Vote dalam membuat pesan dan menjangkau kaum muda melalui media sosial. 8

Pesan dalam kampanye diharapkan efektif mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak. Melalui komunikasi yang baik diharapkan kampanye ini dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat, khususnya kaum muda. Pesan dan informasi dikemas dengan menarik dan sesuai karakteristik khalayak sasar sehingga bahasan berat mengenai politik mampu dimengerti oleh kaum muda di Indonesia. Penelitian ini ingin melihat bagaimana efektivitas kampanye Ayo Vote dalam mempengaruhi perilaku khalayak, yaitu anak muda yang menjadi followers akun @AyoVote untuk memilih dalam Pemilu Legislatif 2014. 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku khalayak dalam Pemilu Legislatif 2014? 2. Bagaimana pengaruh efektifitas kampanye Ayo Vote terhadap perilaku khalayak? 3. Sejauh mana pengaruh kampanye Ayo Vote bagi perilaku khalayak saat Pemilu Legislatif 2014? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui perilaku khalayak saat Pemilu Legislatif 2014. 2. Mengetahui pengaruh efektivitas kampanye Ayo Vote terhadap perilaku khalayak. 9

3. Mengetahui sejauh mana pengaruh kampanye Ayo Vote bagi perilaku khalayak saat Pemilu Legislatif 2014. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu komunikasi. Dalam hal ini hubungannya dengan komunikasi politik, efektifitas kampanye, dan perilaku khalayak. 2. Kegunaan Praktis Menjelaskan bahwa kampanye mampu mempengaruhi perilaku khalayak. Penelitian dapat menjadi acuan bagi organisasi dalam membuat kampanye selanjutnya. 10