IMPLEMENTASI FUZZY EXPERT SYSTEM UNTUK ANALISA PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI FUZZY EXPERT SYSTEM UNTUK ANALISA PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA

APLIKASI FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) TSUKAMOTO UNTUK MENGANALISA TINGKAT RESIKO PENYAKIT DALAM

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

Metode Tsukamoto untuk Mendiagnosa Penyakit Infeksi pada Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Mulut dan Gigi dengan Metode Fuzzy Logic

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

APLKASI SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK MENDIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Demam Typhoid dan Demam Berdarah Dengue dengan Metode Forward Chaining

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Dan Manfaat

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning

SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS KECERDASAN MAJEMUK MENGGUNAKAN METODE FUZZY EXPERT SYSTEM

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30)

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

PERANCANGA SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN KEHAMILAN ABSTRAK

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan

Jurnal Sistem Informasi

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERMASALAHAN TINDAK PIDANA TERHADAP HARTA KEKAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010), kakao (Theobroma

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

BAB I PENDAHULUAN. Lulusan kedokteran gigi di tuntut untuk menyelesaikan pasien dengan

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis perlengkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit THT merupakan salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA MENGGUNAKAN METODE FUZZY EXPERT SYSTEM (STUDI KASUS RS. JIWA MENUR SURABAYA)

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DALAM MEMBANGUN SUATU APLIKASI

PENERAPAN METODE FORWARD CHAINING PADA PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL DEMAM BERDARAH

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA AWAL PENYAKIT THT

FORWARD & BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan. Hal 1 dari 90

APLIKASI SISTEM PAKAR DETEKSI DINI PADA PENYAKIT TUBERKULOSIS

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan kemampuan seorang pakar dibidang keilmuan tertentu.

SISTEM PAKAR UNTUK MEMPREDIKSI JENIS PENYAKIT PADA KELINCI DENGAN METODE FORWARD CHAINING SKRIPSI. Diajukan Oleh :

Wawan Yunanto

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS AUTISME DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS LAINNYA PADA ANAK BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KELAMIN PADA PRIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB

Proses Pendiagnosaan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Dengan Metode Mamdani

UCAPAN TERIMA KASIH. Selama menyelesaikan Tugas Akhir penulis mendapatkan banyak bantuan dan

INFERENSI DAN PENALARAN. PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PAKAR PENGOBATAN HERBAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA MENGGUNAKAN METODE FUZZY EXPERT SYSTEM (STUDI KASUS RS. JIWA MENUR SURABAYA)

SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak

SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot

SISTEM PAKAR ASPHYXPERT UNTUK DIFERENSIAL DIAGNOSA DAN TATALAKSANA PENANGANAN DINI UNTUK PENYAKIT SESAK NAPAS. KHAIRUNNISA, S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. akurat. Sistem pakar juga dapat diterapkan di bidang perkebunan.

PENERAPAN FUZZY MOORA PADA SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PADA MESIN FOTOCOPY CANON MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA)

APLIKASI FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) TSUKAMOTO UNTUK MENGANALISA TINGKAT RESIKO PENYAKIT DALAM. : Trivia Falopi NRP :

PENGENALAN JENIS PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT THT

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR PENYAKIT KULIT PADA ANAK DENGAN METODE EXPERT SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan Metode CF (Certainty Factor)

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PAKAR FUZZY BERBASIS WEB UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT THT SKRIPSI MARIA I. S. SINAGA

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT GINJAL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Kata Kunci : Sistem Pakar, Ginjal, Metode Forward Chaining, Java

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

Transkripsi:

IMPLEMENTASI FUZZY EXPERT SYSTEM UNTUK ANALISA PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA Leo Willyanto Santoso, Rolly Intan, Feky Sugianto Universitas Kristen Petra Fakultas Teknologi Industri Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236 E-mail: {leow, rintan}@petra.ac.id Abstrak merupakan suatu unsure penting dalam menentukan suatu pasien mengidap penyakit tertentu. Dalam kehidupan nyata, dokter akan menanyakan gejala-gejala pada pasiennya sebelum ia menentukan penyakit pasiennya. Dibuatnya software ini mengambil cara kerja dokter dalam menganalisa pasiennya. Cara kerja software menggunakan metode forward chaining dalam menentukan prediksi awal suatu penyakit setelah pasien memasukkan gejala yang dideritanya. Kemudian dari prediksi penyakit awal, software menggunakan metode backward chaining dalam menanyakan gejala-gejala lain yang pasien belum masukkan. Software ini dibuat dengan menggunakan metode Fuzzy Set dalam mengolah data pada knowledge-based sistem. Metode Fuzzy mengenal kebenaran secara parsial. Hal ini sangat berguna agar sistem yang dibuat memiliki kecerdasan menyerupai manusia. Metode Fuzzy Set merupakan generalisasi dari crisp set dimana elemen dalam suatu set mempunyai nilai interval 0 sampai dengan 1. knowledge-based system dipakai untuk menyimpan informasi dari pakar tentang hubungan antara gejala dengan suatu penyakit menurut intensitas dan frekuensi. Aplikasi dibuat dengan bahasa pemrograman Delphi 6.0 dan Microsoft Access sebagai media penyimpanan knowledge-base-nya. Pengujian software ini adalah dengan memasukkan beberapa gejala kemudian sejauh mana software mampu membuat kesimpulan penyakit yang mengandung gejala-gejala tersebut. Keywords:, penyakit, forward chaining, backward chaining, fuzzy set, fuzzy, knowledge based. 1. PENDAHULUAN Dalam dunia kedokteran kita menjumpai sesuatu yang bersifat pemikiran-pemikiran yang semi relative. Seperti halnya seorang dokter yang menganalisa suatu penyakit, dimana seorang dokter tidak dapat mengatakan gejala menimbulkan suatu penyakit secara mutlak. Demikian pula sebaliknya suatu penyakit tidak dapat disebabkan oleh suatu gejala. Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara gejala tersebut dengan penyakit lainnya. Penyakit adalah sekumpulan informasi yang terdiri dari berbagai macam gejala-gejala yang terjadi pada makhluk hidup. Seorang dokter disini berperan sebagai pakar dalam memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya berdasarkan keluhan-keluhan gejala yang disampaikan oleh si pasien. Penggunaan fuzzy dalam program aplikasi ini ditujukan untuk memerakan nilai prosentase antara suatu gejala dengan penyakit lainnya. Misalnya seorang sakit demam, maupun sakit kepala mempunyai gejala yang sama yakni sakit pada bagian kepala, yang membedakan sakit pada bagian kepala terhadap kedua penyakit diatas adalah intensitas dan frekuensi serangan gejala tersebut dan gejala-gejala susulan yang menyerang pada kedua penyakit. Dengan adanya program aplikasi system pakar yang berbasis fuzzy diharapkan dapat membantu meringankan pekerjaan seorang dokter dalam mendiagnosa pasiennya. Tujuan dari penelitian ini adalah perancangan dan pembuatan aplikasi system pakar dengan metode fuzzy dalam menganalisa penyakit dalam pada manusia. Dimana dengan aplikasi ini diharapkan dapat membantu dokter dalam: - Mengidentifikasi penyakit pasiennya berdasarkan gejala-gejala yang diberikan oleh si pasien. - Mengkonfirmasi gejala-gejala selain yang dimasukkan pasien setelah mengidentifikasi terlebih dahulu penyakit pasien. - Menentukan ketepatan analisa suatu penyakit. Makalah ini dibagi menjadi beberapa bagian, bagian pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini. Kemudian diikuti dengan teori penunjang yang membahas tentang fuzzy expert system, fuzzy information system, forward chaining, backward chaining, fuzzy set, rareness measure (uniqueness measure) dan fuzzy conditional probability. Bagian selanjutnya adalah perancangan dan implementasi system. Kesimpulan dari hasil pengujian software dan beberapa aran untuk G-1

pengembangan lebih lanjut dibahas di bagian kesimpulan dan saran. 2. FUZZY EXPERT SYSTEM Expert system atau system pakar adalah salah satu bagian dari kecerdasan buatan dimana didalamnya terdapat data-data yang berasal dari seorang pakar. James P. Ignizio mengatakan bahwa sistem pakar adalah suatu program komputer yang dibuat dengan berdasarkan bidang tertentu, yang mana tingkat keahlian dari program tersebut untuk menangani masalah, sebanding dengan kemampuan seorang ahli di bidang tersebut [1]. Dengan kata lain expert system mempunyai knowledge atau pengetahuan seperti halnya seorang pakar. Expert system di dalam bekerja berdasarkan rule based yang disimpan di dalam database. Bentuk umum rule based yang dipakai dalam expert system adalah if A then B atau jika A maka B, dimana A disebut sebagai premis dan B disebut sebagai konklusi. Didalam pengerjaan dengan metode rule based akan banyak ditemui kelemahankelemahan yaitu: - Membutuhkan pencocokan yang benar-benar pas, contohnya jika sakit kepala dan suhu badan naik maka terkena demam. Jika diberi pernyataan sakit kepala saja, maka rule diatas tidak dapat memberi kesimpulan apakah terkena demam atau tidak. - Seringkali sulit untuk menghubungkan rule-rule yang berhubungan dengan sebuah inference chain (otak dari system pakar untuk melakukan pengecekan dari rule yang satu ke rule lainnya). - Bisa menjadi sangat lambat jika menampung banyak rule. - Tidak cocok untuk permasalahan tertentu. Untuk mengatasi kekurangan dari sistem pakar yang berbasis rule, maka dikembangakn suatu sistem pakar yang berbasis fuzzy sebagai pengolahannya sehingga sistem tersebut dikenal dengan nama fuzzy expert system. Fuzzy expert system adalah suatu sistem pakar yang menggunakan perhitungan fuzzy dalam mengolah knowledge untuk menghasilkan konsekuensi, premis dengan konklusi atau kondisi dengan akibat sehingga menhasilkan informasi yang memiliki keakuratan kepada end user atau pengguna. Bentuk umum fuzzy expert system hampir sama dengan bentuk rule based pada expert system yaitu if A then B dimana A dan B adalah fuzzy sets [5]. Knowledge based fuzzy set adalah suatu logika fuzzy untuk menyatakan suatu ketidakpastian dalam menentukan keanggotaan suatu elemen terhadap suatu set dengan memberikan membership degree antara 0 sampai dengan 1 yang diberikan oleh beberapa orang (knowledge) [3]. Definisi dari knowledge-based fuzzy set adalah sebagai berikut: Misal U = {u 1, u 2,, u n } sebagai set of element dan K = {k 1, k 2,, k m } sebagai set of knowledge, k 1 (A) didefinisikan sebagai sebuah fuzzy set berdasarkan knowledge k 1 terhadap universal set U adalah suatu mapping dari U ke dalam interval yang tertutup [0,1]. 3. FUZZY INFORMATION SYSTEM Sebuah data yang berada dalam bentuk tabel disebut information system atau information table, data-data yang berada dalam tabel tersebut biasanya terdiri dari data tentang attribute yang dimiliki oleh obyek tersebut. Fuzzy Information System adalah sekumpulan data yang berisi obyek-obyek, dimana masing-masing obyek memiliki attribute [4]. Attribute antara suatu obyek dengan obyek lainnya ditentukan oleh suatu nilai antara 0 dan 1. Biasanya Fuzzy Information System dibentuk dalam bentuk tabel. Tabel Fuzzy Information System dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel Fuzzy Information System a 1 a 2 a 3 a 4 a 5 a 6 a 7 a 8 u 1 0 0 0.5 0 1 0 0 0 u 2 1 0.8 0 1 0 0 0.6 0 u 3 0 0 0.3 1 0 0 0.2 1 u 4 0 0.9 0 0.4 0 1 0 1 Dari Tabel 1 dapat kita lihat bahwa misalkan u 1 sampai u 4 adalah obyek dan a 1 sampai a 8 adalah attribute dari obyek. Dari tabel dapat kita miliki bentuk fuzzy dari masing-masing obyek, bentuk fuzzy adalah sebagai berikut: u 1 = {0.5/a 3, 1/a 5 } u 2 = {1/a 1, 0.8/a 2, 1/a 4, 0.6/a 8 } u 3 = {0.3/a 3, 1/a 4, 0.2/a 7, 1/a 8 } u 4 = {0.9/a 2, 0.4/a 4, 1/a 6, 1/a 8 } Obyek dalam penelitian ini adalah penyakit, dan masing-masing attribute adalah gejala-gejala yang menyertai suatu penyakit. Tiap attribute mempunyai nilai membership degree antara 0 dan 1 terhadap obyek. Bila bernilai 1, maka obyek tersebut pasti memiliki attribute itu. Bila bernilai 0 maka obyek tersebut tidak memiliki attribute itu. Bila bernilai 0 sampai 1 menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu obyek memiliki attribute tertentu. 4. KONSEP FORWARD CHAINING DAN BACKWARD CHAINING Terdapat tiga bagian utama dalam arsitektur pembentukan sebuah expert system [1], dimana bagian-bagian tersebut adalah: - Knowledge base adalah bagian dari expert system yang mengandung domain knowledge. G-2

Pada umumnya berbentuk rule yang berstruktur if sebab then akibat. - Working memory adalah bagian dari expert system yang mengandung informasi yang didapat dari user atau hasil inference dari sistem. Banyak aplikasi expert system yang menyimpan informasi dengan menggunakan database, spreadsheets, atau alat sensor. - Inference engine adalah processor dalam expert system yang akan mencocokkan informasi yang ada di working memory dengan domain knowledge yang terletak di knowledge base. Konsep dari expert system ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Arsitektur Sistem Pakar [1] 4.1 Forward Chaining Forward chaining adalah suatu metode penyelesaian masalah yang digunakan untuk mendapatkan solusi dari suatu problem berdasarkan kondisi yang ada, atau suatu proses yang memulai pencarian dari premis atau data menuju pada konklusi (datadriven). Cara kerjanya adalah inference engine menyalakan atau memilih rule-rule dimana bagian premis-nya cocok dengan informasi yang ada pada bagian working memory. Gambar 2 adalah bagan dari forward chaining Gambar 2. Forward Chaining Contoh pemakaian forward chaining dimana konklusi yang dicari adalah G (Goal: G) R 1 = Jika A dan C Maka E R 2 = Jika D dan C Maka H R 3 = Jika B dan E Maka F R 4 = Jika B Maka C R 5 = Jika F Maka G Langkah-langkah yang diambil oleh proses penalaran dengan forward chaining adalah sebagai berikut: - Komputer mengambil rule yang pertama (R 1 ). Terdapat A pada posisi JIKA karena nilai A belum ada pada memori dan tidak ada rule yang memuat konklusi A, maka komputer akan menanyakan jawaban dari A kepada user (diasumsikan benar). - Setelah A terpenuhi maka giliran C yang akan diperiksa nilainya, tetapi tidak ada nilai C pada memori. Meski demikian C merupakan konklusi dari rule R 4. Sistem akan beralih ke rule R 4. - Terdapat B pada posisi JIKA dari rule R 4. Karena tidak terdapat pada memori dan bukan merupakan konklusi dari rule, maka komputer akan menanyakan jawaban untuk B (diasumsikan dijawab benar). Dengan demikian konklusi C diinputkan ke memori. - Dengan diinputkannya konklusi C pada memori, maka syarat untuk konklusi E pada rule R 1 terpenuhi juga. Konklusi E diinputkan ke memori, kemudian komputer akan mencari rule dengan E pada posisi JIKA dan akan mendapatkan rule R 3. - Pada rule R 3 nilai B dan E terdapat pada memori dengan nilai benar, maka konklusi F terpenuhi dan akan diinputkan ke memori. Komputer kemudian mencari lagi rule dengan F pada posisi JIKA dan akan mendapatkan rule R 5. - Konklusi G pada rule R 5 terpenuhi, karena F bernilai benar dan sistem pakar akan menghasilkan kesimpulan G. 4.2 Backward Chaining Backward chaining adalah suatu metode untuk menemukan suatu fakta dengan cara menelusuri subgoals yang ada secara rekursif. Cara kerjanya inference engine memulai dari goal yang telah ditentukan kemudian berjalan mundur untuk membuktikan kebenaran goal tersebut berdasarkan rule-rule apa saja yang dapat membentuk goal tersebut. Backward chaining merupakan proses pencarian solusi dari kesimpulan kemudian menelusuri fakta-fakta yang ada hingga menemukan solusi yang sesuai dengan fakta-fakta yang diberikan oleh user (goal-driven). Gambar 3 adalah bagan dari backward chaining. Gambar 3. Backward Chaining Dalam menganalisis masalah, maka komputer berusaha memenuhi syarat dari posisi JIKA pada rule yang konklusinya merupakan goal atau premis dari rule lain. 5. RARENESS MEASURE (UNIQUENESS MEASURE) Pada umumnya konsep similarity relation antara 2 obyek dapat dicari dengan cara menghitung nilai-nilai antara attribute yang sama yang dimiliki G-3

oleh mereka pada suatu universal set. Contohnya bila suatu set universal yang berisi penduduk Indonesia, kemudian ada obyek pertama yang bernama Soekarno mantan presiden Indonesia, maka obyek itu akan memiliki perbedaan dengan semua elemen penduduk Indonesia lainnya. Kemudian dating suatu obyek kedua yang bernama Soeharto mantan presiden Indonesia juga bergabung dalam universal set, maka keberadaan keunikan Soekarno dengan elemen universal set lainnya akan menjadi turun karena didalamnya terdapat 2 orang mantan presiden Indonesia. Semakin banyak mantan presiden Indonesia yang masuk, maka semakin turun pula tingat keunikan diantara mereka dengan elemen universal set lainnya. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya presiden Indonesia yang masuk sehingga jika kita ingin menyebut elemen presiden Indonesia, maka yang kita lebih dari satu elemen. Perbedaan yang membuat suatu elemen memiliki keunikan disbanding dengan eleman lainnya disebut Rareness Measure. Rareness measure didefinisikan dengan sebuah fungsi sebagai berikut [4]: δ j (u i ) = 1 ( ρ j (u i ) / u ) + 1/ u...(1) dimana: u = himpunan fuzzy dalam interval [0, 1] ρ j (u i ) = Fuzzy class elemen u yang mempunyai similarity atau tingkat kemiripan dengan domainnya. u = Cardinality dari set u. 6. FUZZY CONDITIONAL PROBABILITY Bila terdapat dua kejadian dimana kejadian pertama muncul bila kejadian kedua terjadi atau terpenuhi, maka kita dapat menghitung hasil probability kejadian pertama tersebut. Contoh terdapat 2 kejadian yaitu X dan Y, maka dapat kita tentukan probability bila Y terjadi maka berapa peluang terjadinya X dengan rumus [3]: X Y P(X Y) = P(Y X) =...(2) Y Fuzzy Conditional Probability merupakan generalisasi dari rumus (2) dimana [3]: 7. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Desain aplikasi ini adalah seperti pada gambar 4. Perencanaan Fuzzy Expert System Perencanaan Database Perencanaan Form Interface Perencanaan Laporan Hasil Proses Gambar 4. Diagram Perencanaan Sistem Pada tahapan perencanaan fuzzy expert system ini, lebih mengacu pada perhitungan nilai fuzzy berada pada interval 0 sampai dengan 1. pada aplikasi fuzzy expert system ini, inference engine sangat menunjang keberhasilan suatu expert system. Pada metode forward chaining dan backward chaining, user dapat memilih menggunakan pendapat satu orang pakar atau dua orang pakar. Apabila user memilih menggunakan dua orang pakar maka user diharuskan untuk memberikan bobot pada masing-masing pakar yang merepresentasikan tingkat kepercayaan user terhadap masing-masing pakar. Pada Gambar 5 dapat dilihat desain basisdata untuk aplikasi yang dibuat. R f(u) X f(u) [0,1] dimana X, Y ε f(u)...(3) uεu min{ ux( u), uy( u)} R(X, Y) =...(4) uεuuy( u) Dimana: R(X,Y) = degree Y yang didukung oleh X atau degree Y yang mirip dengan X Y = Σ uεu uy(u) adalah cardinality atau banyaknya elemen pada set Y. Gambar 5. Physical Data Model Aplikasi 8. PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari program dengan data yang berada pada knowledge based, dan hasil perhitungan melalui rumus dengan proses yang dilakukan oleh program. G-4

Tabel 2. Knowledge-based intensitas gejala menurut Pakar-1 Penyakit a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 Alergi 0.2 0.8 Vasomotor 0.8 0.8 Kronik 1 0.8 1 Akut 1 1 0.8 1 1 Influensa 1 1 1 1 Polip Hidung 0.5 0.2 1 0.3 0.8 a9 a10 a11 a12 a13 a14 a15 a16 0.6 1 1 0.8 0.6 0.6 1 0.6 0.3 0.8 Tabel 3. Knowledge-based frekuensi gejala menurut Pakar-1 Penyakit a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 Alergi 0.2 0.8 Vasomotor 0.8 0.8 Kronik 0.5 0.8 1 Akut 1 1 0.5 1 0.8 Influensa 1 0.5 1 1 Polip Hidung 0.5 0.2 1 0.3 0.8 a9 a10 a11 a12 a13 a14 a15 a16 0.6 1 1 0.8 0.6 0.6 1 0.6 0.3 0.8 Dimana a1, a2,... a16 adalah gejala yang menimbulkan penyakit dengan definisi: a1 = Nyeri pipi a9 = Batuk a2 = Nyeri kepala a10 = Otot sakit a3 = Nyeri gigi geraham a11 = Rasa lelah a4 = Hidung buntu a12 = Bersin a5 = Suara bindeng a13 = Gatal pada Mata a6 = Tenggorokan kering a14 = Hidung gatal a7 = Pilek a15 = Mata sembab a8 = Demam a16 = Bersin alergi Jika seorang pasien terkena gejala dengan ciri-ciri sebagai berikut: - Nyeri pipi dengan frekuensi sangat sering sekali (memiliki nilai=1) dan intensitas rasa sakitnya sangat sakit sekali (memiliki nilai=1). - Nyeri kepala dengan frekuensi sangat sering sekali (memiliki nilai=1) dan intensitas rasa sakitnya sangat sakit sekali (memiliki nilai=1). - Hidung buntu dengan frekuensi sangat sering sekali (memiliki nilai=1) dan intensitas rasa sakitnya sangat sakit sekali (memiliki nilai=1). Pasien tersebut ingin meminya pendapat pada pakar- 1. Jika melihat dari Tabel 2 dan Tabel 3 serta ciriciri gejala tersebut, maka kemungkinan pertama pasien tersebut menderita maksilaris Akut. Apabila dengan aplikasi yang telah dibuat, program memberikan hasil nilai Probability = 0.6 untuk Nama Penyakit Akut. Jika dokter ingin mengkonfirmasi gejala lain yang berhubungan dengan penyakit tersebut, maka seorang dokter akan menanyakan kepada pasien tentang gejala suara bindeng setelah itu gejala nyeri gigi geraham (lihat Tabel 2 dan Tabel 3). Alasan suara bindeng ditanyakan terlebih dahulu dikarenakan gejala suara bindeng dimiliki oleh penyakit Akut dan penyakit Polip Hidung, sedangkan nyeri gigi geraham dimiliki oleh penyakit Akut, Polip hidung, dan Maksilatis Kronik. Nilai rareness measure untuk suara bindeng adalah 0.7692, sedangkan nyeri gigi geraham adalah 0.3333. 9. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: - Penggunaan tabel Information System sangat cocok dalam permasalahan analisa terhadap penyakit. Karena dengan menggunakan tabel Information System proses memasukkan data, mengubah data dan menghapus data dapat dengan mudah dilakukan oleh seorang pakar. - Pada penggunaan konstanta C, semakin C mendekati 1 maka nilai kesesuaian antara gejala G-5

knowledge-based dengan gejala inputan pasien semakin ketat. Artinya penilaian aplikasi terhadap gejala yang dimiliki pasien lebih strict. - Penggunaan nilai kesesuaian dan Fuzzy Conditional Probability membantu menganalisa penyakit yang mungkin diderita oleh suatu pasien. - Penggunaan Rareness measure sangat baik dalam menemukan common symptom, dan specific symptom yang dimiliki oleh suatu penyakit, dan dalam mengkonfirmasi gejalagejala selain yang dimasukkan untuk pengidentifikasian kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien. DAFTAR PUSTAKA [1] Ignizio, J.P., Introduction to Expert System: The Development and Implementation of Rule-Based Expert System. Singapore: McGraw-Hill Book Co., 1991. [2] Intan, R., Mukaidono, M., Fuzzy Relational Database Induced by Conditional Probability Relations, The Transaction of Institute of Electronics Information and Communication Engineers, Vol. E86D No. 8, pp. 1396-1405, 2003. [3] Intan, R., Mukaidono, M., On Knowledge-based Fuzzy Sets, International Journal of Fuzzy Systems, Vol. 4(2), 2002. [4] Intan, R., Rarity-based Similarity Relations in a Generalized Fuzzy Information System, IEEE Conference on Cybernetics and Intelligent Systems (CIS 2004), Singapore, 1-3 Dec 2004. [5] Klir, G.J., Yuan, B., Fuzzy Sets and Fuzzy Relation: Theory and Applications, New Jersey: Prentice Hall, 1995. [6] Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya, 1994. [7] Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya, 1994. G-6