BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK

dokumen-dokumen yang mirip
2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Secara umum timbulnya gangguan jiwa pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan sumber daya

Assalamu alaikum Warohamatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, dan. Salam Sejahtera untuk kita semua. Salam Inovasi.

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2014, No Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Den

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

INOVASI PELAYANAN PUBLIK DINAS KESEHATAN KAB LAMONGAN LESUNG SI PANJI (Lenyapkan Pasung dan Memanusiakan Pasien Jiwa)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu)

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB I 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

Pelayanan Antidiskriminasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

BAB IV PENGARUH PEMBENTUKAN ORGANISASI DHARMA WANITA DI KOTA BANJAR PATROMAN. A. Pengaruh organisasi Dharma Wanita dalam Bidang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pember

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

BAB IV PENUTUP. pelayanan kebidanan komprehensif di Puskesmas Kec.Lakudo. Kab.Buton Tengah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

USULAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA,

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

INDONESIA BEBAS PASUNG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I `PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang membutuhkan kesehatan, kesehatan merupakan hak bagi setiap

Transkripsi:

BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK L E M B A G A A D M I N I S T R A S I N E G A R A D E P U T I I N O V A S I A D M I N I S T R A S I N E G A R A P U S A T I N O V A S I T A T A P E M E R I N T A H A N J a k a r t a V e t e r a n 1 0, D e s e m b e r 2 0 1 5

Abstrak Problem kejiwaan di Indonesia, sebagai akibat krisis ekonomi, desakan kebutuhan hidup, kasus PHK yang merajalela, problem rumah tangga, yang kian hari kian berat menjadi faktor yang memicu gangguan jiwa, memungkinkan orang yang terancam penyakit jiwa makin membengkak. Dalam rangka meminimalisir pemasungan terhadap pasien dengan gangguan kejiwaan, Kabupaten Muara Enim melakukan berbagai kegiatan peningkatan kunjungan pasien dan kesadaran akan pentingnya pengobatan pada pasien, di kecamatan yang melibatkan aparat desa. Dengan mengusung Muara Enim Bebas Pasung 2018, tercetuslah inovasi program kesehatan jiwa yang sistematis dan berbasis masyarakat, sehingga permasalahan kesehatan jiwa yang ada didesa dapat diselesaikan dengan baik. Output dari inovasi adalah kondisi pasien yang stabil (membaik) dan dapat kembali ke masyarakat. GANGGUAN KESEHATAN JIWA DAN PASUNG Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Perkembangan orang yang sakit jiwa saat ini mecapai tahap yang menghawatirkan. Dari pemberitaan media, kita bisa melihat betapa orangorang yang mengalami gangguan jiwa ada disekeliling kita. Fenomena bunuh diri, orang yang membunuh secara keji tanpa perasaan bersalah, orang yang tega membunuh anggota keluarganya sendiri, ibu yang membuang bayinya, menjadi beberapa contoh problem kejiwaan di Indonesia. Krisis ekonomi, desakan kebutuhan hidup, kasus PHK yang merajalela, problem rumah tangga, yang kian hari kian berat menjadi faktor yang memicu gangguan jiwa. Makin beratnya beban hidup, memungkinkan orang yang terancam penyakit jiwa makin membengkak jumlahnya.

Jumlah orang dengan gangguan jiwa (berat) di Sumatera Selatan lebih tinggi dibandingkan angka nasional. Satu dari 100 orang penduduk di Sumatera Selatan mengalami gangguan jiwa berat. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi gangguan jiwa berat di Kabupaten Muara Enim sebesar 1,1 % lebih besar dari angka nasional yang hanya mencapai 0,46 %. Di Kabupaten Muara Enim sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 tetap ditemukan banyak penderita gangguan jiwa. Jumlah penderita gangguan jiwa ditemukan berdasarkan pendataan puskesmas 1184 orang pada tahun 2013 dan 1.008 orang pada tahun 2014. Sedangkan penderita gangguan jiwa dipasung yang ditemukan dari tahun 2012 s/d 2014 secara berturut-turut adalah : 62 orang, 12 orang dan 31 orang. Dari hasil penjaringan yang dilakukan di wilayah Puskesmas Teluk Lubuk Kecamatan Belimbing Kabupaten Muara Enim terdapat 45 orang gangguan jiwa berat (skizofrenia) pada tahun 2013 dan 48 orang gangguan jiwa berat (skizofrenia) pada tahun 2014. Di tahun 2014 terdapat peningkatan jumlah, dikarenakan ditemukannya 1 orang pasien baru dan 2 orang pasien lama yang kembali ke desa. Di awal tahun 2015 kembali dilakukan penjaringan, ditemukan 38 orang pasien gangguan jiwa berat, terjadi penurunan dari tahun sebelumnya karena 1 orang meninggal dan 8 orang berpindah tempat tinggal sementara waktu. Sebelum melakukan program Inovasi Kesehatan Jiwa, di Bulan Juli 2015 saya kembali mendata pasien Gangguan Kesehatan Jiwa yang ada di Desa berkoordinasi dengan aparat Desa, Bidan Desa dan Kader Desa. Dari hasil pendataan ulang ditemukan 41 orang pasien (terdapat penambahan 3 pasien). Dari data kunjungan pasien gangguan jiwa yang berobat ke Puskesmas Teluk Lubuk pada tahun 2013 hanya 3,75% pasien yang mengambil obat dengan kunjungan yang tidak teratur (ada beberapa pasien yang tidak rutin mengambil obat tiap bulannya). Dari data tersebut, di awal tahun 2014 kami

melakukan berbagai kegiatan guna meningkatkan kunjungan pasien dan kesadaran akan pentingnya pengobatan pada pasien ini, seperti penyuluhan di desa-desa dan rapat koordinasi di kecamatan yang melibatkan aparat desa. Akhir 2014 didapatkan rata-rata kunjungan pasien perbulan meningkat yaitu 6.08 (meningkat 38,32%) namun hasil tersebut tidak maksimal dan signifikan serta belum menjangkau semua pasien gangguan kesehatan jiwa. Apalagi di tahun 2014 ditemukan 2 pasien pasung dan di Tahun 2015 kembali ditemukan 4 pasien pasung (2 diantaranya adalah pasien yang di pasung sejak 2014). Satu orang pasien merupakan pasien gangguan kesehatan Jiwa baru, 3 orang pasien pasung lainnya merupakan pasien yang sebelumnya stabil namun karena kurangnya pengetahuan, kurangnya dukungan dari keluarga, pengawasan minum obat dan keterbatasan ekonomi membuat mereka tidak teratur berobat sehuingga menjadi tidak stabil kembali. Latar belakang keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa berat memiliki ekonomi menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan rendah sehingga tingkat pengetahuan mengenai masalah kesehatan jiwa masih kurang ditambah lagi masih kuatnya stigma dan diskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa di Desa. Dari hasil kajian 2 tahun terahir, saya mencoba memperbaiki pelayanan pengobatan terhadap pasien gangguan jiwa dengan membuat inovasi terbaru di tahun 2015 dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat sehingga pelayanan kesehatan jiwa dapat diwujudkan secara optimal. Dengan pengobatan dan pengawasan minum obat yang optimal, berkesinambungan dan komprehensif, kondisi pasien gangguan jiwa akan membaik, stabil dan bisa kembali ke tengah-tangah masyarakat menjadi pribadi yang produktif dan yang lebih penting tidak akan ada pemasungan PENDEKATAN PELAYANAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

lagi. Jadi untuk mewujudkan Muara Enim Bebas Pasung 2018 bukan hal sulit lagi dan bahkan dapat terwujud bebas pemasungan sebelum tahun 2018. Pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia memerlukan pengobatan yang berkelanjutan dan teratur. Jika mereka tidak minum obat teratur, mereka akan meresahkan masyarakat dan akhirnya dilakukan pemasungan. Bertolak dari data kunjungan pasien gangguan jiwa khususnya penyakit skizofrenia ke puskesmas Teluk Lubuk dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini yang masih sangat rendah, maka saya mencoba merubah sistem pelayanan pengobatan yang awalnya difokuskan di Puskesmas beralih difokuskan di desa dengan melibatkan Bidan Desa, Kader desa, Aparat desa, Tokoh Masyarakat dan juga keluarga pasien. Inovasi ini ditunjang dengan Pelimpahan sebagian kewenangan Dokter Puskesmas dalam menangani pasien gangguan kesehatan jiwa kepada petugas di desa salah satunya pendelegasian pemberian obat oleh bidan desa dengan mengacu resep yang sudah dokter Puskesmas buat dan tatalaksana awal penganganan pasien gangguan kesehatan Jiwa baru atau pasien lama yang mengamuk di Desa. Dengan demikian obat dapat diambil di Poskesdes (pos kesehatan desa) atau Pustu (Puskesmas Pembantu), jika keluarga pasien tidak mengambil obat, obat diantarkan langsung ke rumah pasien oleh bidan desa dibantu oleh kader kesehatan desa serta Petugas di Desa dapat cepat tanggap menangani Pasien baru atau pasien lama yang mengamuk yang membuat resah masyarakat. Kegiatan ini terus di awasi Dokter Puskesmas dan follow-up akan dilakukan pertiga bulan di Desa. Obat-obat gangguan kesehatan jiwa diberikan gratis dari Pemerintah. Melalui sistem ini, monitoring pengobatan dapat berjalan baik. Setiap kondisi yang terjadi pada pasien dapat terdata dengan cepat. Tujuan utama kegiatan ini adalah pendistribusian obat dan pemantauan minum obat kepada semua pasien gangguan kesehatan jiwa secara

berkesinambungan dan komprehensif yang outputnya nanti akan terlihat nyata di masyarakat, yaitu kondisi pasien yang stabil (membaik). Kondisi pasien yang telah kooperatif dan dapat kembali ke masyarakat ini nantinya akan menunjang dari tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai. Tujuan tersebut antara lain: keinginan dan ketertarikan masyarakat mengenai masalah kesehatan jiwa meningkat yang beimbas pada peningkatan pengetahuan masalah kesehatan jiwa, menghilangkan stigma, diskriminasi dan pelanggaran hak asasi penderita gangguan jiwa, meningkatkan peran serta masyarakat terhadap kesehatan jiwa, meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa yang telah sembuh (stabil). Kelompok sasaran kegiatan ini adalah penderita gangguan jiwa dan keluarganya serta warga desa. Kegiatan inovasi ini nantinya akan menjawab masalah sulitnya peningkatan kunjungan pasien gangguan jiwa ke puskesmas serta keteraturan minum obat pasien gangguan kesehatan Jiwa. Dengan menggerakkan semua aspek yang ada diwilayah Puskesmas Teluk Lubuk mulai dari petugas kesehatan dan Tim Kesehatan Jiwa di desa, kegiatan yang berbasis masyarakat ini diharapkan akan berjalan secara sistematis dan sinergis. Setiap komponen didesa ikut berperan aktif mengontrol program kesehatan jiwa. Kegiatan ini juga membuat masyarakat lebih peka pada masalah kesehatan jiwa dan tidak malu-malu lagi untuk membawa anggota keluarganya berobat. Masyarakat diharapkan melaporkan jika ada pasien baru gangguan jiwa yang tidak terdeteksi oleh bidan desa serta membantu juga dalam mengatasi kegawatdaruratan psikiatrik di desanya. Dengan inovasi program kesehatan jiwa yang sistematis dan berbasis masyarakat ini, permasalahan kesehatan jiwa yang ada didesa dapat diselesaikan dengan baik PROSES INOVASI BEBAS PASUNG

Sosialisasi Lintas Program Rencana aksi ini diawali dengan penyampaian ide-ide inovasi kepada Pimpinan Puskesmas. Dokter Puskesmas selaku motor penggerak ide berdiskusi, tanya jawab dan menyampaikan latar belakang kegiatan dan kegiatan yang akan dilakukan. Ide inovasi ini mendapat dukungan penuh dari Pimpinan Puskesmas. Advokasi Kecamatan dan Desa Untuk mendapat dukungan dari lintas sektor yang terkait dilakukan advokasi kepada Pemerintah Kecamatan dan Desa. Baik pihak Kecamatan dan Kepala Desa mendukung kegiatan ini sepenuhnya dan akan ikut berperan aktif membantu pelaksanaan program ini. Dari kegiatan ini dibentuk Tim Kesehatan Jiwa di Desa dengan melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa lainnya, Kader Kesehatan Desa dan Tokoh masyarakat. Langkah berikutnya adalah sosialisasi UU No.18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa kepada Camat dan semua kepala desa serta menandatangani pernyataan Dukungan terhadap Muara Enim Bebas Pasung 2018. Dengan sosialisasi ini diharapkan kepala desa dapat memberitahukan warganya mengenai isi dari undang-undang tersebut, khususnya pasal 86 yang berbunyi Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi ODMK dan ODGJ, dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Camat dan seluruh Kepala Desa juga diberikan pengetahuan mengenai alur pengobatan pasien gangguan kesehatan jiwa. Dengan kegiatan ini

diharapkan Kepala Desa dapat menyampaikan informasi ini kepada seluruh warga sehingga masyarakat setempat memiliki pengetahuan mengenai alur pengobatan dan rujukan. Pelimpahan Sebagian Kewenangan Dokter Kepada Petugas Kesehatan di Desa Perbaikan pelayanan pengobatan khususnya pada pasien dengan gangguan jiwa berat yang semula dititikberatkan di Puskesmas akan dialihkan ke Desa melalui Poskesdes/Pustu dengan melibatkan unsur-unsur terkait di desa. Inovasi Pengobatan penyakit Jiwa yang komprehensif, menyeluruh dan berkesinambungan ini diawali dengan pembentukan Tim Kesehatan Jiwa yang solid di Tingkat Puskesmas yaitu dengan peningkatan pengetahuan Bidan Desa mengenai Kesehatan Jiwa. Setiap Bidan Desa mengikuti pelatihan singkat yang dipandu oleh Dokter Puskesmas (Pengelola Program Kesehatan Jiwa) saat minilokakarya, dibekali Panduan Praktis Penatalaksanaan Penderita Gangguan Jiwa dan Buku Kontrol Pasien di Desa yang telah diisi resep obat yang biasa pasien minum oleh Dokter Puskesmas. Kedua buku ini menjadi panduan pendelegasian obat pada pasien gangguan jiwa berat di Desa. Setiap 3 bulan akan di follow-up langsung kondisi pasien oleh Dokter. Untuk Pasien Baru, pada tahap awal akan ditangani langsung oleh Dokter. Jika ada kegawatdaruratan psikiatrik di desa, Bidan Desa dapat melakukan tindakan darurat pertama. Pembentukan Tim Kecamatan dan Desa Tim Kesehatan Jiwa di desa melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa lainnya, Kader Kesehatan Desa dan Tokoh masyarakat. Tim ini bertugas memantau kondisi pasien dan juga melaporkan jika ditemukan pasien baru di desa atau ditemukan adanya pemasungan dan bersama Tim Kesehatan di puskesmas melakukan pembebasan pasung. Tim ini juga sebagai icon yang mencoba

menghapuskan diskriminasi serta stigma di desanya. Beberapa contoh kegiatan tersebut desa. Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan Jiwa di Desa Pembebasan Pasung Bersama semua Tim yang ada di Desa serta di bantu RS. Ernaldi Bahar Palembang dilakukan pembebasan pasung. Pasien mendapat pengobatan gratis. Pasien Pasung yang dibebaskan diwilayah Kecamatan Belimbing sebanyak 6 orang yaitu Herwan dan Hartomo dari Desa Darmokasih, Lina dari Desa Simpang Tanjung, Ahmad Zaini dari Desa Teluk Lubuk, Yansi dari desa Cinta Kasih dan Sardiman dari Desa Dalam. Herwan dan Hartomo merupakan pasien pasung yang telah dibebaskan beberapa tahun lalu, namun karena dukungan keluarga kurang ditambah minum obat yang tidak teratur, kondisi mereka kembali tidak stabil dan akhirnya di pasung lagi. Pasien Lina bahkan tidak bisa jalan karena dipasung. Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Semua Pasien pasung dirujuk ke RS.Ernaldi bahar Palembang, kecuali Yansi. Berikut beberapa foto pasien pasung di wilayah Puskesmas Teluk Lubuk. Pendelegasian Kewenangan Pemberian Obat ke pasien Gangguan Jiwa melaluibidan Desa Saya mencoba memperpanjang distribusi obat, agar dapat dijangkau semua pasien tanpa terkecuali dan agar obat dapat dikonsumsi pasien secara berkesinambungan dengan emberikan kewenangan kepada bidan desa yang telah dilatih terlebih dahulu untuk mendistribusikan obat. Kegiatan bidan desa ini juga dibantu oleh kader desa. Setiap bidan desa mendapatkan surat perintah tugas (SPT) yang berisi pelimpahan kewenangan dari Pimpinan Puskesmas. Obat-obat yang

diberikan disesuaikan dengan resep yang diberikan oleh dokter puskesmas. Bidan desa hanya meneruskannya saja. Setiap 3 bulan dokter puskesmas akan mengadakan kunjungan ke desa untuk memantau kemajuan pengobatan pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan di Desa di Wilayah Kerja Puskesmas teluk Lubuk Kecamatan Belimbing. OUTCOME INOVASI BEBAS PASUNG

Dengan kegiatan ini, obat dapat terdistribusi dengan baik. Pasien dengan latar belakang ekonomi yang menengah ke bawah bisa mendapatkan obat tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi ke puskesmas. Hasil kerja yang telah dilakukan dapat sudah menunjukkan beberapa output yang baik, khususnya pada pasien yang telah bebas pasung dan mendapat perawatan dari RS Ernaldi Bahar telah kembali ketengah keluarga. Beberapa di antara telah beraktifitas seperti semula. 1 orang pasien pasung dari Desa Cinta Kasih telah di bebas pasung oleh pihak keluarga setelah rutin minum obat beberapa bulan. Dengan kontrol pengobatan yang teratur, diharapkan pasien dengan gangguan Jiwa dapat stabil dan kembali berkarya ke tengah masyarakat. KERBERLANJUTAN DAN REPLIKASI Keberlanjutan Inovasi Semua inisiatif ini dapat terlaksana dengan baik karena terorganisasi dan tersistem dengan baik. Hal utama yang perlu kita lakukan adalah membangun sistem kerja dan menguatkan sistem tersebut. Jadi dari hasil yang telah dilakukan bahwa membangun tim adalah hal utama sebelum memulai kerja, karena kesehatan jiwa ini tidak bisa bekerja sendiri, harus melibatkan lintas sektor. Kerja program yang berbasis masyarakat desa ini lebih efektif. Keterlibatan semua aspek di desa membuat warganya menjadi antusias untuk turur mendukung suksesnya program ini. Kedepan peran serta masyarakat akan lebih ditingkatkan lagi, misalnya dengan penyuluhan di desa yang mana salah satu pembicaranya adalah warga desa tersebut. Aplikasi yang telah dijalankan ini saya yakin dapat berlanjut karena:

Penetapan Regulasi Kegiatan ini didukung bapak camat Belimbing dan jajarannya, selain itu Bapak Pimpinan Puskesmas juga mendukung dengan menetapkan SPT pendelegasian obat ke bidan desa. Perencanaan Perencanaan yang telah tersusun rapi mendorong hasil kerja yang maksimal dan sesuai sasaran. Dengan hasil yang didapat, masyarakat dapat menilai sendiri sehingga di tahun mendatang mereka akan lebih aktif lagi ikut berperan serta. Pengalokasian Sumber Daya Kegiatan ini akan terus dievaluasi, peningkatan mutu layanan primer mulai dari bidan desa akan terus ditingkatkan melalui pelatihan singkat yang berkelajutan di tingkat puskesmas dan pasokan obat yang cukup. Temu kerja tahunan di tingkat desa dan kecamatan. Replikasi Dalam pelaksanaan di lapangan memang tidak mudah. Penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa masih rendah, keinginan berobat masih kurang, tingkat ekonomi yang kurang dan juga mereka sudah jenuh berobat. Untuk itu untuk menjalankan inisiatif ini kita harus melakukan pendekatan persuasif dengan mengajak aparat desa dan tokoh masyarakat. Inisiatif ini saya yakin dapat diterapkan di tempat lain, karena inisiatif ini sederhana dan berbasis masyarakat. Dengan berbekal buku pedoman panduan praktis penanganan pasien gangguan jiwa dan buku kontrol,

keberlanjutan terapi pasien dapat terjamin. Hal ini membuatnya mudah direplikasi.